Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,
Bismillahirrahmanirrahim.
Alhamdulillahi robbil alamin, washolatu wassalamu ‘ala asrofil ambiya’i wal mursalin, sayyidina wa habibina wa syafiina wa maulana Muhammadin, wa ‘ala alihi wasohbihi ajma’in. Amma ba’du.
Yang saya hormati, yang saya muliakan, Wakil Presiden Republik Indonesia sekaligus mustasyar PBNU Prof. Dr. K.H. Ma’ruf Amin beserta Ibu;
Yang saya hormati, yang saya muliakan, Rais Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama Bapak K.H. Miftachul Akhyar beserta seluruh jajaran Syuriyah;
Yang saya hormati, yang saya muliakan, Ketua Umum PBNU Prof. Dr. K.H. Said Aqil Siraj beserta seluruh jajaran Tanfidziyah;
Yang saya hormati, Ketua dan Pimpinan Lembaga-lembaga Negara;
Yang saya hormati, Wakil Presiden Republik Indonesia ke-10 dan ke-12, Bapak Drs. Jusuf Kalla;
Yang saya hormati, para Menteri Kabinet Indonesia Maju yang hadir, seluruh jajaran Mustasyar PBNU;
Yang saya muliakan, para Kiai, para Masayikh, para Alim Ulama, Gubernur Provinsi Lampung, beserta seluruh Bupati dan Wali Kota yang hadir;
Yang saya hormati, seluruh jajaran Pengurus Wilayah, Pengurus Cabang, Pengurus Ranting dari seluruh Tanah Air;
Peserta Muktamar, Hadirin, dan Undangan yang Berbahagia.
Pertama-tama atas nama pemerintah, atas nama masyarakat, atas nama negara, saya menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang tinggi kepada Nahdlatul Ulama yang telah membantu pemerintah dalam menenangkan umat, menenangkan masyarakat, dalam pandemi ini.
Yang kedua, juga terima kasih untuk Nahdlatul Ulama yang juga telah mengajak masyarakat untuk menaati protokol kesehatan dan mengajak masyarakat untuk berbondong-bondong ikut dalam program vaksinasi. Ini saya rasakan betul, betapa ajakan para kiai, ajakan para ulama betul-betul berdampak pada meningkatnya keinginan masyarakat untuk ikut vaksinasi.
Pada awal-awal program vaksinasi, begitu keluar yang namanya vaksin Astrazeneca banyak daerah yang tidak mau mengambil, padahal saat itu stok yang banyak adalah Astrazeneca. Tetapi begitu saat itu ada telepon dari para kiai dari Jawa Timur, “Pak Presiden, silakan semuanya vaksin dikirim ke Jawa Timur, kami terima.” Besoknya saya ke Jawa Timur. Betul, berkumpul dan benar-benar semuanya mau menerima vaksin itu. Setelah itu semua daerah satu-persatu mau, mau, mau, mau. Inilah pengaruh para ulama, para kiai dalam mengajak masyarakat untuk ikut vaksinasi.
Kita tahu di bulan Juli, tepatnya pertengahan Juli, 15 Juli (2021), kita berada pada posisi keadaan yang sangat mencekam. Ngeri saya kalau menceritakan. Semua rumah sakit di Jawa dan Bali penuh. Oksigen kurang, obat habis, kekurangan. Kasus harian saat itu 56 ribu, 56 ribu, sehingga rumah sakit tidak cukup, tidak mencukupi. Di lorong-lorong rumah sakit, semuanya pasien-pasien antre untuk bisa masuk ke ICU.
Alhamdulillah, berkat dukungan dari NU kemarin kasusnya, alhamdulillah, alhamdulillah hanya 216 kasus per hari di seluruh Tanah Air. Kalau kita memiliki 514 kabupaten/kota kasusnya hanya 216, artinya di setiap kota dan kabupaten itu hanya ada setengah kasus.
Kemudian vaksinasi, sampai hari ini kita telah menyuntikkan 263 juta vaksin kepada masyarakat. Bapak-bapak Kiai bisa membayangkan, menyuntikkan kepada 263 juta kali suntikan, itu sebuah pekerjaan yang sangat rumit, sangat kompleks. Belum membawa vaksinnya ke tempat-tempat yang sangat sulit, di atas gunung, ke pulau-pulau kecil dengan membawa perahu, dengan naik sepeda motor, membawa boks untuk pendingin vaksin. Sekali lagi alhamdulillah, kita sudah mencapai 263 juta (suntikan vaksinasi). Dosis pertama 73,9 persen, dosis kedua 51,8 persen. Kita harapkan segera bisa mencapai 70 persen untuk mengejar agar Covid-19 ini tidak menyebar ke mana-mana lagi. Dan juga hari ini telah disuntikkan kepada anak-anak (usia) 6 sampai 11 tahun, sudah satu juta (suntikan vaksin), ini juga kecepatannya sangat bagus sekali, alhamdulillah.
Tapi kita tetap harus masih hati-hati, masih harus waspada, karena sekarang muncul varian baru yang namanya Omicron. Telah ada 83.000 kasus di dunia dan ke negara kita Indonesia juga telah masuk. Sehingga sekali lagi sangat mengapresiasi protokol kesehatan didampingi Satgas dalam Muktamar ini dan insyaallah kita semuanya kembali ke daerah masing-masing dalam keadaan sehat.
Yang kedua, yang berkaitan dengan ekonomi umat. Kita tahu, banyak yang disampaikan mengenai masalah pemerataan, seperti tadi juga Bapak Ketua Umum PBNU juga menyampaikan, memang kita harus berbicara apa adanya, pemerataan bukan sebuah hal yang gampang untuk dilakukan. Tetapi saya melihat bahwa kekuatan NU sekarang, anak-anak muda yang pintar-pintar, santri-santrinya yang pintar-pintar, yang keluaran banyak dari universitas- universitas yang besar dari seluruh negara yang ada di dunia ini, apabila ini bisa dirajut dalam sebuah kekuatan lokomotif, saya meyakini, ini bisa menarik gerbong-gerbong yang ada di bawah untuk bersama-sama dalam rangka menyejahterakan kita semuanya.
Saya menawarkan, yang muda-muda ini dibuatkan sebuah wadah. Bisa PT atau kelompok usaha. Dan pemerintah, saya, menyiapkan kalau siap, saya menyiapkan konsesi, baik itu yang namanya konsesi terserah mau dipakai untuk lahan pertanian, silakan. Saya juga ingin menawarkan konsesi minerba, yang pengin bergerak di usaha-usaha nikel misalnya, usaha-usaha batu bara, usaha-usaha bauksit, usaha-usaha copper/tembaga, silakan. Tetapi sekali lagi, ini dalam sebuah kelompok usaha besar, sehingga nanti bisa menggeret, mengajak gerbong-gerbong yang lain untuk ikut menikmati. Ini memerlukan sebuah kerja besar, tetapi saya melihat potensi di Nahdlatul Ulama itu ada, tinggal merajutnya.
Yang berkaitan dengan teknologi, saya melihat juga yang pintar-pintar urusan teknologi ini sangat banyak sekali di NU. Doktor-doktornya banyak sekali yang muda-muda, santri-santri yang (memiliki gelar) Doktor banyak sekali. Karena apapun, ke depan yang namanya teknologi ini harus, mau tidak mau, kita harus masuk pesan. Karena kita ingin teknologi ini maslahat bagi umat, maslahat bagi masyarakat, maslahat bagi rakyat. Jangan sampai ini malah merusak, membuat hal-hal yang negatif bagi rakyat kita.
Lima tahun yang lalu, saya ingat betul, saya bertemu dengan pemiliknya Facebook, yang namanya Mark Zuckerberg. Saya diajak, saat itu, main pingpong. Tapi tidak ada bola pingpongnya, tidak ada meja pingpongnya. Pakai kacamata Oculus kemudian main bersama. Sama kayak main pingpong, persis 100 persen, tak tok, tak tok, keringatan juga. Dan dia membisikkan kepada saya, “Presiden Jokowi, ini baru awal. Nantinya semuanya akan virtual. Semuanya akan muncul yang namanya metaverse. Restoran virtual, kantor virtual, wisata virtual, mal virtual.” Hati-hati menyikapi ini. Dan NU, karena di dalam temanya “Berkhidmat untuk Peradaban Dunia”, hati-hati, memang peradaban itu harus kita pengaruhi, agar maslahat bagi umat manusia di seluruh dunia, khususnya di negara kita Indonesia.
Nanti semuanya dakwah virtual, pengajian virtual, tetapi betul-betul kayak kita bertemu seperti ini. Bukan seperti sekarang yang masih vidcon. Bukan.
Metaverse akan mengubah, saya tidak tahu apakah karena pandemi ini menjadi dipercepat lima tahun atau sepuluh tahun, tapi pasti datang. Oleh sebab itu, kita semuanya harus siap dan kita bersama-sama NU untuk peradaban dunia. Dan Indonesia sekarang juga memimpin G20, menjadi keketuaan G20, juga ingin mempengaruhi kebijakan-kebijakan dunia yang berpihak kepada negara-negara miskin, kepada negara-negara berkembang, kepada negara-negara kecil, kepada negara-negara kepulauan, dalam segala hal, utamanya dalam hal digitalisasi, perubahan iklim, dan ekonomi hijau.
Terakhir, sekali lagi saya ingin menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada NU yang terus mengawal kebangsaan, mengawal toleransi, mengawal kemajemukan, mengawal Pancasila, mengawal Undang-Undang Dasar 1945, mengawal kebinekaan kita, mengawal NKRI, dan kita harapkan dengan itu kita terus bisa menjaga dan merawat bangsa dan negara kita yang kita cintai.
Saya rasa itu yang bisa saya sampaikan pada kesempatan yang berbahagia ini, dan dengan mengucap bismillahirahmanirrahim, pada pagi hari ini saya secara resmi membuka Muktamar ke-34 Nahdlatul Ulama (NU).
Terima kasih.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.