di Ruang Makan Husein, Komplek Akademi Militer (Akmil), Magelang, Provinsi Jawa Tengah
Saudara-saudara sekalian,
Wakil Presiden Republik Indonesia yang saya hormati,
Para Menteri Koordinator yang saya hormati,
Para Menteri dan Wakil Menteri Kabinet Merah Putih yang saya hormati, saya banggakan,
Para Kepala Staf Angkatan, Panglima TNI, Kapolri, Gubernur, dan para taruna sekalian yang saya hormati, saya banggakan, dan saya cintai,
Selamat malam,
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Salam sejahtera bagi kita sekalian,
Syalom,
Om Swastiastu,
Namo Buddhaya.
Pada malam hari ini, saya ingin ucapkan terima kasih kepada seluruh akademi angkatan dan akademi kepolisian yang telah melaksanakan suatu Upacara Parade Senja dengan penuh semangat dan disiplin. Saudara-saudara telah membanggakan kami senior-seniormu, para pendahulumu.
Saya sengaja memilih Lembah Tidar untuk saya mengajak pimpinan pemerintah Republik Indonesia untuk lima tahun yang akan datang. Saya jelaskan kepada mereka bahwa Lembah Tidar ini bagian dari suatu wilayah perjuangan panjang. Di sini perlawanan terhadap penjajah berlangsung ratusan tahun. Di sini perjuangan pahlawan-pahlawan kita dari sejak Sultan Agung melintasi daerah ini untuk menyerang Batavia, Diponegoro melawan penjajah basisnya adalah di antara lima gunung: Merapi, Merbabu, Sindoro, Sumbing, dan Tidar. Saya jelaskan bahwa dalam legenda rakyat kita Bukit Tidar adalah pakunya Pulau Jawa. Dan, saya kira hampir semua taruna dan alumni akademi militer tiga angkatan sama Polri pernah naik ke Bukit Tidar, secara sukarela ataupun tidak sukarela pernah naik Bukit Tidar. Ada yang dihukum berkali-kali naik.
Tapi, ini adalah pusatnya kesatria-kesatria. Para kesatria adalah mereka yang dari sejak remaja memilih hidup dalam pengorbanan. Saudara-saudara para taruna dan taruni memilih masuk profesi kesatria, profesi pengabdian, profesi berbakti. Di ruangan ini Saudara lihat gambar-gambar mereka yang telah berkorban jiwa dan raga, agar kita bisa hidup merdeka. Saudara adalah harapan kita semua.
Sengaja saya membawa menteri-menteri yang akan mengendalikan republik kita lima tahun ke depan. Saya bawa mereka untuk melihat tunas-tunas pemimpin bangsa, untuk melihat semangatmu, melihat disiplinmu bahwa seorang prajurit itu siap berkorban jiwa dan raga untuk bangsa dan negara. Dan, para menteri-menteri pun siap memberi segalanya untuk membela kepentingan bangsa dan rakyat Indonesia.
Saya kira itu saja yang ingin saya sampaikan, yang paling penting adalah saya ingin menyampaikan terima kasih saya sebesar-besarnya dan rasa bangga saya melihat penampilan generasi penerus TNI dan Polri. Saya percaya negara di tangan yang aman, kita punya masa depan generasi penerus yang baik-baik.
Di kabinet saya terdiri juga dari beberapa alumni dan saya bersyukur, saya beruntung, saya mendapat alumni yang terbaik yang masuk kabinet saya. Ternyata, ada enam lulusan terbaik Adhi Makayasa di kabinet saya. Dua dari kepolisian, saya minta berdiri, dua-duanya jenderal bintang 4, dua-duanya mencapai puncak karier sebagai kapolri, dua-duanya masih mengabdi kepada negara dan bangsa. Kemudian, dari TNI empat juga. Tadi dua [dan] dari TNI empat, saya minta berdiri, empat Adhi Makayasa, Pak Herindra, Muhammad Herindra angkatan ’87, Marsekal Madya Udara Doni Hermawan dari angkatan udara angkatan ‘88. Kemudian, Iftitah lulusan alumni 1999. Kemudian, Menteri Koordinator Infrastruktur Saudara Agus Harimurti Yudhoyono (AHY). Empat. Tapi kita pun banyak lulusan terbaik, lulusan terbaik secapa, lulusan terbaik sesko, para komandan divisi di sini Pak Wiranto hadir bintang 4, Pak Dudung bintang 4, Pak Agus Subiyanto bintang 4, Pak Maruli, mana Pak Maruli? Beliau bintang 4 dan juara judo Asia Tenggara, satu-satunya perwira yang digendong oleh Presiden Republik Indonesia Prabowo Subianto. Alumni kami juga banyak di sini juga KSAL Pak Muhammad Ali, KSAU Pak Tonny penerbang Sukhoi.
Jadi, kami bangga dengan Saudara-saudara sekalian. Penampilan Saudara tadi, saya itu lihat Saudara basah-basah, saya pun mengajak para jenderal ikut basah-basah. Karena asas kepemimpinan kita adalah ing ngarsa sung tulodo. Kalau anak buah basah pimpinan harus basah, kalau anak buah kepanasan pimpinan harus kepanasan, kalau anak buah lapar pemimpin harus merasakan lapar juga. Itu adalah asas kepemimpinan kita.
Pernah saya dengar waktu seorang jenderal bintang 1 gugur di daerah operasi, ada yang bertanya, “Kenapa seorang brigjen kok berada di daerah operasi di depan?” Karena tradisi kita adalah bahaya yang dipikul oleh anak buah, harus juga dipikul oleh atasan-atasannya. Pemimpin selalu berada di tempat yang paling berbahaya, pemimpin harus berada di tengah-tengah anak buah.
Saya kira itu pesan saya. Terima kasih. Tapi, kalau hanya terima kasih saya kira akeh. Karena itu sebagai presiden, panglima tertinggi saya instruksikan pada Gubernur Akmil dari semua angkatan termasuk kepolisian, karena sebagai presiden saya juga bisa perintah kepolisian kan? Bisa kan. Gubernur empat akademi, beri libur untuk para taruna yang ikut tadi upacara. Liburnya tiga hari tapi karena tadi walaupun basah tetap semangat ditambah satu hari lagi, tidak termasuk Sabtu [dan] Minggu.
Dan, saya janji, saya akan berkunjung ke Akademi Angkatan Udara, Akademi Angkatan Laut, dan Akademi Kepolisian. Kalau sering dikunjungi, berarti kemungkinan sering dapat libur. Tapi tidak berarti nilai kamu harus jelek, semakin dikasih libur semakin belajar lebih keras. Sanggup?
Terima kasih. Selamat berjuang.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Selamat malam.