Sambutan Presiden RI - Penandatanganan Kontrak.., Jakarta, 29 Februari 2016

 
bagikan berita ke :

Senin, 29 Februari 2016
Di baca 955 kali

SAMBUTAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
PENANDATANGANAN KONTRAK PENGADAAN BARANG DAN
JASA KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA
MINERAL (ESDM) TAHUN 2016 TAHAP KETIGA
KANTOR KEMENTERIAN ESDM, JAKARTA
29 FEBRUARI 2016




Bismillahirrahmanirrahim,
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Selamat pagi,
Salam sejahtera bagi kita semua,

Bapak-Ibu dan Saudara-saudara sekalian yang saya hormati,

Dua puluh, tiga puluh tahun ke depan, kita akan dihadapkan pada persaingan, pada kompetisi perebutan sumber energi dan pangan.

Oleh sebab itu, mulai sekarang mestinya kita harus membuat sebuah strategi besar, ke depan bagaimana energi kita, bagaimana pangan kita.

Kenapa selalu saya sampaikan fokus pada pangan, fokus pada energi menuju ke sana infrastruktur dibangun? Ya karena di depan tadi, energi dan pangan akan menjadi rebutan, akan menjadi persaingan, akan menjadi kompetisi untuk direbutkan negara-negara yang membutuhkan.

Dan alhamdulillah, kita sebetulnya mempunyai kekuatan dan potensi untuk itu. Jadi saya titip, betul-betul strategi besar itu harus mulai dipikirkan, dan jangan sampai terlambat.

Saya berikan contoh, seperti sekarang, waktu minyak murah, waktu minyak harganya jatuh seperti ini. Mestinya dipikirkan, baik BUMN, Pertamina, baik juga kementerian, bagaimana bisa membeli, membuat stok sebanyak-banyaknya. Terserah, stok mau ditaruh di dalam  negeri, stok mau ditaruh di luar negeri.

Tetapi pada saat harga seperti ini, mestinya kita harus beli sehingga nanti, pada saat harga pada posisi normal, entah 60, entah 70, entah mungkin kembali di atas 100, stok kita paling tidak kita punyai.

Strategis besar bisnis, itu juga harus dirancang dengan baik. Jangan sampai ada yang tidak berpikiran, harga sangat murah seperti ini, tidak ada yang beli atau kita tidak berpikiran membuat stok.

Kemudian juga pembangunan kilang. Saya ingatkan. Sudah berapa tahun kita tidak pernah berpikir membuat kilang, membangun kilang, memperbaiki kilang kita yang sudah ada.

Saya sampaikan kepada menteri, tahun ini harus sudah diputuskan, kilang harus dibangun, harus. Silakan negara mana pun yang punya crude oil, silakan bangun, buat stok di sini sehingga rantai pasokan kita tidak terlalu panjang, tidak usah lewat trader-trader lagi, trading-trading lagi.

Negara mana pun silakan. Mau buat di Cilacap, silakan. Di Tuban, silakan. Di Bontang, silakan. Di Indonesia bagian timur, silakan. Bagian barat, silakan karena kebutuhan kita memang sangat banyak sekali. Jangan ditunda-tunda.

Yang kedua, yang berhubungan dengan tanda tangan tadi, pemerintah sudah tegas menetapkan tahun ini sebagai tahun percepatan kerja. Maka saya kejar, saya dorong agar semua kementerian mempercepat tanda tangan kontrak.

Enggak usah kayak yang dulu-dulu. Saya sudah hafal. Kalau tanda tangan, ini pasti Juli, September, Agustus. Nanti kejar-kejarannya baru November, Desember. Hafal saya.

Sekarang enggak. Kemarin, minggu pertama Januari, PU sudah tanda tangan, Pertanian sudah, Perhubungan juga sudah sehingga uang muka-uang muka sudah keluar semuanya, ada peredaran uang, ekonomi di swasta, di rakyat  juga jalan.

Saya lihat di ESDM juga yang dulu-dulu bulan Agustus saja masih 10%, masih 10%. Tahun kemarin, realisasi 64%. Tahun ini—saya sudah bisiki tadi Pak Menteri—harus di atas 90 persen, harus. Saya enggak mau ditawar.

Karena apa? Ya di ESDM ini berpikirnya, menurut saya, “Karena sudah banyak dikerjakan oleh swasta, karena yang gede-gede sudah banyak dikerjakan oleh BUMN sehingga kementerian ngapain?”

Urusannya sebenarnya masih banyak sekali: urusan listrik di desa, urusan listrik di Indonesia bagian timur, pipa-pipa gas rumah tangga. Kalau enggak diurus, sampai kapan pun enggak akan pernah dikerjakan. Masih banyak sekali.

Kalau ditumpukkan pada swasta, enggak akan selesai, enggak akan selesai sehingga ini—tadi saya sudah baca—terutama bagian timur, banyak sekali dikerjakan.

Gas rumah tangga sudah mulai dikerjakan. Saya kira memang kita harus meninggalkan pola-pola lama, tradisi-tradisi lama: bulan November baru kontrak ditandatangani.

Dan saya harap, setelah tadi diteken, besok harus sudah bekerja. Jadi cepat ditandatangani, cepat dikerjakan, cepat diselesaikan.

Tetapi juga ingat kualitasnya. Jangan cepat-cepat, tetapi kualitasnya jelek. Kalau ditandatangani di awal, biasanya kualitasnya baik.

Tapi, kalau dikerjakan, tanda tangani bulan September, Oktober, waktu hujan baru kerja. Semen belum kering, sudah terus naik. Begitu Desember, temboknya ambrol.

Banyak seperti itu. Karena apa? Dipaksa-paksakan. Wong bulan hujan, enggak mungkin sehari-dua hari-tiga hari kering. Itu yang banyak. Ini harus mulai ditinggalkan.

Apa yang kita kerjakan saat ini adalah cara percepatan kerja yang sistematis dan berdampak. Artinya masyarakat mendapatkan manfaatnya.

Pertumbuhan ekonomi akan juga terpengaruh oleh adanya tanda tangan kontrak ini. Artinya, baik dari segi perencanaan maupun pelaksanaan, harus sistematis.

Dan perlu saya tegaskan bahwa perencanaan dan pelaksanaan adalah setali tiga uang, dwitunggal, semangat percepatan kerja yang tidak bisa berdiri sendiri.

Banyak orang bilang bahwa perencanaan adalah kunci keberhasilan, tapi juga sebenarnya itu saja tidak cukup. Selain perencanaan yang matang, kita harus berdisiplin dalam pelaksanaan.

Hadirin sekalian yang saya hormati,
Pada kesempatan ini, saya juga ingin menegaskan bahwa proyek-proyek yang akan dilaksanakan nanti harus dapat, yang pertama, menyerap tenaga yang sebanyak-banyaknya, menyerap tenaga yang sebesar-besarnya.

Kedua, saya ingin agar melibatkan kontraktor-kontraktor lokal sehingga peredaran uang, uangnya tidak kembali lagi ke Jakarta. Uangnya harus ditinggal di daerah supaya ekonomi daerah jalan karena uangnya ditinggal di sana. Kontraktornya, sekali lagi, dilibatkan kontraktor-kontraktor kecil yang ada di daerah itu.

Yang ketiga, juga local content, menggunakan produk-produk dalam negeri. Batasi yang namanya barang impor.

Dan sekali lagi, ini jangan sampai banyak alasan mengenai local content ini. Sering disampaikan ke saya, ”Pak, ini pipanya enggak mungkin, Pak.” “Di dalam negeri ada.” “Ini semuanya harus impor.” “Siapa bilang?”

Saya cek, saya perintah, “Mana? Spec-nya mana?” Kita carikan. Ternyata bukan ada, melainkan banyak. Itu kan hanya alasan saja.

“Pak, ini dari impor lebih murah.” Saya cek juga, “Tidak.”

Hati-hati masalah ini. Yang sering menggunakan barang-barang impor pasti akan saya kejar, benar atau enggak benar.

Kepada Menteri ESDM dan jajarannya, saya ingin memerintahkan untuk memantau, memonitor terus pelaksanaan berbagai proyek yang tadi telah ditandatangani.

Dan juga kepala daerah, bila ada masalah, bila ada masalah, segera ambil keputusan, segera selesaikan. Jangan terlalu banyak didiskusikan, jangan terlalu banyak diseminarkan, jangan terlalu banyak dikaji, dikaji, dikaji. Putuskan. Lihat lapangan, putuskan.

Saya tegaskan kembali bahwa birokrasi harus menjadi sumber solusi. Ibarat orang bermain bola, Saudara-saudara ini striker-nya, penyerang yang tugasnya membikin gol. Garap proyeknya ini sampai gol, bukan asyik menjaga gawang sehingga enggak ada yang mengegolkan.

Saya rasa itu yang bisa saya sampaikan pada kesempatan yang baik ini. Dan dengan mengucap ‘Bismillahirrahmanirrahim’, kita tanda tangani kontrak pengadaan barang dan jasa Kementerian ESDM tahun 2016 tahap ketiga. Dan saya tunggu hasilnya segera terlihat dan dirasakan manfaatnya langsung oleh rakyat. Terima kasih.

Wassalamualaikum warahmatullah wabarakatuh.
*****
Biro Pers, Media dan Informasi
Sekretariat Presiden