Sambutan Presiden RI - Rapimnas Partai Amanat Nasional, Jakarta, 13 November 2016
SAMBUTAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
RAPAT PIMPINAN NASIONAL PARTAI AMANAT NASIONAL (PAN)
HOTEL BIDAKARA, JAKARTA
13 NOVEMBER 2016
Assalamualaikum warahmatullah wabarakatuh,
Yang saya hormati Ketua Umum PAN beserta seluruh jajaran Pengurus dari pusat sampai ke daerah yang pada sore hari ini hadir,
Yang saya hormati Wakil Ketua DPR RI, Bapak Taufik Kurniawan,
Yang saya hormati para Menteri Kabinet Kerja,
Yang saya hormati Ketua Majelis Pertimbangan Partai PAN,
Bapak-Ibu, Saudara-saudaraku yang saya hormati,
Tadi sudah disampaikan dengan penuh semangat oleh Bapak Ketua Umum PAN. Penjelasan-penjelasannya sudah sangat gamblang sekali. Saking semangatnya tadi, harusnya belok ke sana, mau ke sana. Sudah gamblang penjelasannya, sudah jelas.
Saya hanya sedikit ingin menambahkan saja. Yang pertama, saya kira kita tahu semuanya. Ekonomi dunia, ekonomi global sedang lesu, melambat. Perkiraan 3,4% turun, di Bank Dunia, IMF, OECD, semuanya menurunkan lagi. Sekarang menjadi 3,1. Tahun depan diperkirakan masih melambat lagi. Inilah sebuah tantangan yang sangat berat, yang mau tidak mau harus kita hadapi.
Tetapi, kalau kita melihat ekonomi Indonesia sekarang ini, alhamdulillah, ini yang patut kita syukuri. Di triwulan yang pertama, kita tumbuh 4,94%. Di triwulan kedua, 5,18%. Di triwulan yang ketiga ini, kita bisa tumbuh 5,02%.
Kita termasuk tiga yang tertinggi di dunia. Setelah India, China dan Indonesia. Ini harus, patut kita syukuri.
Kemudian, angka kemiskinan. Meskipun kecil, tapi turun. Kemudian, angka pengangguran. Meskipun kecil, tapi turun.
Yang lain-lain meloncat semuanya karena ekonominya negara-negara lain betul-betul ada yang sudah minus. Ada yang dari 5,8 turun menjadi 4. Ada yang 4 turun menjadi 2. Ada yang 10 turun menjadi 6,5. Memang semuanya pada posisi yang sangat sulit.
Kemudian Gini Ratio, ketimpangan kita, paling tidak kita bisa menghambat jangan naik lagi. Posisi sekarang sudah posisi kuning menuju ke merah. Harus dihentikan. Sekarang sudah bisa kita turunkan menjadi 0,397. Turun, yang paling penting turun. Sekecil apa pun, turun.
Kemudian, yang berkaitan dengan inflasi. Inflasi kita dalam dua tahun ini, alhamdulillah, betul-betul bisa kita kendalikan dengan baik. Tahun yang lalu, inflasi kita 3,53%. Tahun ini, perkiraan kita bisa di bawah 3,5%.
Artinya apa? Pergerakan harga-harga barang itu bisa dikendalikan dengan baik. Kalau pertumbuhan ekonominya 5, katakanlah 5,1 atau 5, kemudian inflasinya hanya 3,5, artinya ada keuntungan 1,5 yang bisa kita nikmati. Berbeda, ini kita harus mulai melihat berbeda.
Misalnya pertumbuhan ekonominya 6, tetapi inflasinya 8,5 atau 9, berarti malah tekor. Banyak dari kita ini yang tidak sadar bahwa hal-hal tersebut akan sangat memberatkan daya beli rakyat kita.
Yang kedua, ini masalah pilkada. Pilkada tahun depan, 2017 awal, di bulan Februari. Di seluruh Indonesia ini, ada 111 pilkada, baik pemilihan gubernur-wakil gubernur, pemilihan wali kota-wakil wali kota, pemilihan bupati dan wakil bupati. 111 pilkada itu.
Jadi, kenapa energi, konsentrasi kita habis hanya di Jakarta? Apa hitung-hitungannya? Apa kalkulasinya?
Kalau ada masalah yang berkaitan dengan hukum, ya sudah, serahkan kepada proses hukum. Sejak awal, saya sudah menyampaikan. Sebelum demo, sudah saya sampaikan. Proses hukum, silakan diproses di wilayah hukum.
Kalau saya disuruh-suruh mengintervensi, ya tidaklah. Begitu sekali saya mengintervensi sebuah proses hukum, yang lain-lain akan datang kepada saya, "Itu, Pak. Itu, Pak, intervensi, Pak." Datang lagi yang lain, "Pak, itu, Pak, intervensi, Pak." Datang lain lagi.
Ya apa seperti itu yang kita maui? Saya kira enggak mau seperti itu.
Silakan diproses di wilayah hukum, diproses hukum. Sebelum tanggal 4, kan juga sudah saya sampaikan. Dan sebetulnya, saksi sudah dipanggil. Saksi ahli juga sudah dipanggil. Sudah mulai dipanggil kan?
Ya memang belum selesai, karena proses seperti itu ada bahkan yang sampai 2 tahun juga ada. Setahun juga ada. 6 bulan juga ada.
Tapi, sudah saya sampaikan saat itu bahwa proses ini akan cepat, tegas, dan transparan. Mau ditambahi apa lagi kata-katanya kalau sudah seperti itu?
Yang saya lebih heran, ini kan urusan DKI seperti tadi yang saya bilang ke Bapak Ketua Umum, Pak Zulkifli. Ini kan urusan DKI. Lha kok digesernya ke Presiden, ke saya? Coba kita logika dan kalkulasi nalar saja. Ini ada apa? Saya sih senyum-senyum saja.
Saya hanya ingin mengingatkan kita semuanya. Kita memiliki Pancasila, ideologi kita, kekuatan sebagai alat pemersatu. Dan secara tegas disampaikan bahwa sistem ketatanegaraan kita sangat menghargai kebinekaan, sangat menghargai kemajemukan. Dan tugas kita bersama, tugas kita bersama adalah merawat dan menjaga.
Saya sebagai Presiden, sebagai kepala negara, dan kita semuanya harus menjaga agar prinsip-prinsip dalam Pancasila itu tetap utuh. Yang mayoritas saya ajak kepada kita semuanya untuk melindungi yang minoritas. Tapi yang minoritas juga menghargai yang mayoritas. Sama-sama saling menghargai, saling menghormati.
Kalau ada hal-hal yang memang sangat penting, sangat urgent, Saudara-saudaraku bisa bisik-bisik ke Pak Ketua Umum untuk disampaikan ke saya. Kalau sangat penting sekali, saya selalu ingin mendengar hal-hal yang bisa kita pakai untuk memperbaiki, hal-hal yang bisa kita pakai untuk membenahi apa yang masih kurang.
Sekali lagi saya ingin mengingatkan. Kita ini terdiri dari banyak suku, banyak bahasa lokal. Data yang ada di saya 340 bahasa lokal. Tapi tadi saya buka, ada angka lagi 646.
Suku, dari data yang ada di saya, 704 kurang lebih. Tapi data terbaru yang saya terima, ada 1.128. Ini banyak sekali suku kita, bahasa lokal kita. Ini sebetulnya kekuatan kita kalau kita bisa merawat dan menjaganya.
Jangan sampai kita menjadi terpecah belah. Kebersamaan kita sebagai bangsa menjadi rusak, tidak utuh gara-gara sebetulnya persoalan yang itu sudah diproses dalam wilayah hukum.
Coba Saudara-saudaraku lihat dalam sebulan ini, dalam seminggu, dua minggu, hingga tiga minggu ini coba. Bukalah media sosial. Melihat isinya, sudah geleng-geleng saya.
Kita tahu semuanya. Nabi mengajarkan pada kita akhlakul karimah, mengajarkan pada kita akhlak yang lembut, kelembutan. Begitu kita lihat coba di media sosial: saling menghujat, saling mengejek, saling memaki, fitnah, mengadu domba, memprovokasi.
Saya ingin mengajak kader-kader Partai Amanat Nasional. Marilah kita meluruskan saudara-saudara kita yang masih melakukan itu, supaya kita kembali kepada etika dan tata nilai Islam, etika dan tata nilai Pancasila. Enggak, itu bukan tata nilai Islam, bukan tata nilai bangsa kita.
Saya membaca di media sosial. Saya itu, kalau pulang dari Jakarta menuju ke Bogor, ada kesempatan satu jam untuk buka-buka media sosial. Isinya, aduh enggak bisa ngomong saya.
Saya kira itu yang bisa saya sampaikan pada kesempatan yang baik ini. Dan saya mengajak kepada kita semuanya sekali lagi untuk menjaga kemajemukan, menjaga kebinekaan kita, menjaga kebersamaan kita sebagai sebuah bangsa.
Sekali lagi, Indonesia adalah bangsa yang besar. Terima kasih.
Wassalamualaikum warahmatullah wabarakatuh.
*****
Biro Pers, Media dan Informasi
Sekretariat Presiden