SAMBUTAN PRESIDEN RI PADA ACARA PELUNCURAN BUKU “INDONESIA UNGGUL”, 19-12-2008

 
bagikan berita ke :

Jumat, 19 Desember 2008
Di baca 1427 kali

SAMBUTAN
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
PADA
ACARA PELUNCURAN BUKU “INDONESIA UNGGUL”
DAN PERESMIAN TOKO BUKU GRAMEDIA GRAND INDONESIA
TANGGAL 19 DESEMBER 2008
DI GRAND INDONESIA SHOPPING CENTER, JAKARTA


Bismillaahirrahmaanirrahiim,


Assalaamu’alaikum Warahmatullaahi Wabarakaatuh,


Salam sejahtera untuk kita semua,

 

Yang saya hormati para Menteri Kabinet Indonesia Bersatu, Saudara Gubernur DKI Jakarta, Yang Mulia para Duta Besar negara-negara sahabat, Bapak Jacoeb Oetama, penemu, pendiri Gramedia Group, para pimpinan, manajemen dari Gramedia Group dan toko buku Gramedia, para pimpinan dunia usaha, para cendekiawan, para sastrawan, para tokoh masyarakat, hadirin sekalian yang saya muliakan.

 

Marilah pada kesempatan yang baik dan insya Allah penuh berkah ini, sekali lagi kita panjatkan puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Mahakuasa karena kepada kita semua masih diberi kesempatan, kekuatan, dan kesehatan untuk melanjutkan karya kita, tugas kita, dan pengabdian kita kepada masyarakat, bangsa dan negara tercinta, bahkan pengabdian kita kepada misi kemanusiaan sejagat. Kita patut bersyukur pula pada sore hari ini, di tempat ini dapat bersama-sama mengikuti peresmian toko buku Gramedia yang ke-88, sekaligus peluncuran buku Indonesia Unggul, sebagaimana tadi telah disampaikan oleh Bapak Jacoeb Oetama. Oleh karena itu, saya mengucapkan selamat kepada PT. Gramedia atas diresmikannya kembali toko buku megah, toko buku besar, dan insya Allah menjadi salah satu pusat keunggulan, centre of excellence dari dunia pendidikan dan peradaban kita. Dan saya juga berterima kasih pada acara yang penting ini diacarakan sekaligus acara peluncuran buku “Indonesia Unggul” yang dalam versi bahasa Inggrisnya berjudul “Indonesia on the Move”.

 

Saudara-Saudara,


Ada satu pertanyaan yang mesti kita jawab bersama berkaitan dengan apa yang menjadi hajat kita dewasa ini, sehubungan dengan apa yang telah disampaikan oleh Bapak Jacoeb Oetama tadi, penjelajahan kita tentang seluk-beluk pengetahuan yang ada di dunia ini, yang kesemuanya adalah dalam kaitan upaya mencerdaskan kehidupan bangsa. Pertanyaan penting itu adalah, “Bisakah Indonesia menjadi negara maju?” Atau kalau kita kaitkan dengan konteks kekinian, “Bisakah negara kita, Indonesia tercinta ini, menjadi negara maju, negara sejahtera, dan negara yang bermartabat di abad ke-21 ini?” Saya dengan penuh keyakinan mengatakan “bisa”. Tanggal 20 Mei yang lalu dalam pidato saya memperingati 100 tahun Kebangkitan Nasional, saya katakan bahwa dengan ridho Tuhan Yang Mahakuasa, Indonesia insya Allah bisa menjadi negara maju, developed country, developed nation, di abad ke-21 ini apabila kita sungguh bersatu, melangkah dan bekerja keras bersama untuk mewujudkan cita-cita, tujuan, dan harapan itu. Yang sekaligus saya sampaikan, dengan catatan, di tahun-tahun mendatang, di dasawarsa-dasawarsa mendatang, kita dapat membangun dan memperkokoh tiga syarat fundamental dalam kehidupan kita sebagai bangsa. Yang pertama adalah kemandirian. Yang kedua daya saing atau keunggulan. Dan yang ketiga adalah peradaban bangsa yang terhormat, yang tinggi, dan yang mulia, our civilization. Apabila tiga pilar itu dapat terus kita perkokoh di masa depan, disertai dengan tekad kita, kebersamaan kita, dan kerja keras kita, yakin Indonesia maju yang kita harapkan itu akan dapat kita wujudkan.

 

Pertanyaan berikutnya adalah, “Mengapa kita punya keyakinan seperti itu?” Kalau Saudara bertanya kepada saya, “Mengapa SBY begitu yakin Indonesia di abad ke-21 itu bisa menjadi negara maju?”. Ya, karena sesungguhnya Indonesia menjadi negara maju itu bukan sebuah konsep, sebenarnya, bukan suatu grand strategy atau policy, atau action plan yang kita perlukan, meskipun itu juga mesti kita buat sebagai panduan kita melangkah ke depan menuju negara maju itu. Tetapi di atas segalanya, mewujudkan negara maju itu adalah the state of mind, pikiran kita, tekad kita, keyakinan kita, kalau kita memiliki keyakinan, insya Allah kita bisa di abad 21 ini mewujudkan Indonesia sebagai negara maju. Jalan itu terbuka. Sekali lagi, semuanya terpulang pada pikiran kita, pada keyakinan kita, pada hati kita, pada tekad kita, yang saya ringkas sebagai state of mind.

 

Di samping itu, kalau kita memiliki mentalitas seberat apa pun masalah yang kita hadapi, selalu ada solusinya, selalu ada jalan keluarnya, dan dapat dipecahkan, maka apa yang kita cita-citakan, sekali lagi, insya Allah dapat kita wujudkan. Can do spirit sangat penting bagi bangsa kita. Di waktu yang lalu dalam perjalanan sejarah kita, beberapa kali Indonesia diramalkan akan jatuh, ambruk, atau collapse. Mendiang Bung Karno, presiden pertama kita, tahun 1947 dulu mengatakan “Banyak yang meramalkan Indonesia akan bubar karena banyak tantangan yang dihadapi oleh republik yang berusia muda waktu itu, toh Indonesia tidak bubar.” Tahun yang lalu dalam pidato kenegaraan saya di depan DPR RI tanggal 16 Agustus 2007, saya katakan kembali, di awal krisis beberapa tahun yang lalu Indonesia juga diramalkan akan bubar, terjadi balkanisasi dan ramalan serta ramalan yang mencemaskan, Indonesia tetap tegak, makin kuat, dan penuh optimisme untuk melangkah ke depan. Saya mengingatkan dua hal ini, mari kita patrikan dalam alam pikiran dan hati sanubari kita, sebagai state of mind dan dengan semangat can do spirit.

 

Nilai budaya unggul akhirnya menjadi sangat penting. Nilai membangun budaya unggul, the culture of excellence adalah satu nilai penting dalam sebuah peradaban. Oleh karena itulah, berkali-kali saya mengajak rakyat Indonesia, termasuk generasi muda, mari kita tidak berjiwa gelap, tetapi berjiwa yang terang. Mari kita tidak mudah berpikir pesimis, mari kita berpikir optimis, mari kita senantiasa mengembangkan sikap yang positif bukan sikap yang negatif. Itu adalah values, nilai, nilai dari the culture of excellence, nilai dari budaya unggul.

 

Hadirin yang saya hormati,


Negara kita sejak merdeka terus membangun. Sekarang pun kita tengah melanjutkan pembangunan bangsa. Perjalanan sebuah bangsa, sebagaimana perjalanan bangsa lain selalu mengalami pasang-surut, suka-duka, romantika, dinamika, tetapi hanya ketegaran, kekokohan jiwa, semangat pantang menyerah dan do the best, semua itu bisa dilintasi dan akhirnya bangsa akan berhasil mencapai masa depannya. Berkaitan dengan itu, beberapa saat yang lalu, tepatnya tahun 2006 saya mengatakan bahwa kita perlu mengembangkan, menyesuaikan yang saya sebut dengan paradigma membangun bangsa. Ada diskursus atau wacana yang mengatakan yang paling betul di Indonesia ini, strategi pembangunan adalah resource based development, resource based economic development. Ada yang mengatakan itu sudah lewat. Yang betul adalah knowledge based development, knowledge based economic development. Saya katakan mengapa didikotomikan? Indonesia alhamdullillah mendapatkan anugerah dari Tuhan Yang Mahakuasa begitu banyak sumber daya alam, resources. Resources bukan hanya sumber daya alam, hasil pembangunan, manusianya, semua yang kita miliki. Dan dunia masa kini menghadapi tantangan yang makin beragam, makin kompleks, diperlukan solusi teknologi, technological innovation, pendekatan-pendekatan teknologi. Berarti kehadirannya diperlukan. Saya katakan dua-duanya mesti dipadukan. Dan saya tambahkan lagi, ketika saya menyampaikan pidato di Universitas Diponegoro, Semarang beberapa minggu yang lalu, bangsa kita memiliki heritage, bangsa kita memiliki nilai-nilai sejarah, bangsa kita memiliki nilai-nilai budaya yang membedakan dengan bangsa lain sebagai way of life, sebagai bagian dari philosophy kehidupan kita. Oleh karena itu, paradigma pembangunan ke depan mestilah paduan dari yang resource based, knowledge based, dan culture based.

 

Hanya dengan cara seperti itu maka tidak ada ruang yang selang atau ruang yang tidak terisi. Semua akan saling mengisi, menutup, menguatkan dalam satu harmoni yang bagus. Mari kita betul-betul memahami bahwa kemajuan Indonesia di abad 21 ini apabila kita cerdas dan arif memadukan tiga pendekatan sebagai paradigma pembangunan kita yang berbasiskan pada sumber daya, pengetahuan, dan budaya.

 

Hadirin yang saya hormati,
Lantas dimana letak membaca buku dalam konteks yang penting dan besar ini? Berkali-kali saya mengatakan, “Bangsa yang unggul, yang maju, itu mesti memiliki masyarakat yang maju, advanced society.” Masyarakat maju seperti itu lazimnya adalah berangkat dari atau apabila masyarakatnya gemar belajar dan terus belajar, yang disebut dengan learning society. Masyarakat belajar dengan berbagai metodologi dan cara itu berangkat dari masyarakat yang gemar dan terus membaca, reading society. Oleh karena itu, kalau kita ingin menjadi advanced society mesti berangkat dari reading society menjadi learning society dan akhirnya menjadi advanced society. Percayalah jalan ini adalah jalan yang tepat, yang bisa mengantarkan perjalanan bangsa menuju masa depannya yang dicita-citakan.

 

Saudara-Saudara,


Berkaitan dengan itu, muncul pula satu pertanyaan, lantas pendidikan nasional, pendidikan yang dilakukan di negeri ini sebetulnya arahnya seperti apa? Orientasinya juga seperti apa? Dan tekanannya dimana?

 

Saudara-Saudara,


Dari berbagai ragam dan rumusan tentang tujuan dan sasaran pendidikan, banyak sekali yang merumuskan, yang mendefinisikan tentang tujuan dan sasaran pendidikan. Pada hakekatnya, menurut saya, dua hal yang ingin dicapai. Pertama adalah pembentukan watak, character building. Bangsa yang berhasil bukan hanya bangsa yang cerdas, memiliki pengetahuan yang tinggi, menguasai teknologi, rukun satu sama lain, tetapi bangsa yang berkarakter, berwatak yang kuat, yang kokoh, yang penuh semangat, yang tidak mudah menyerah, yang ulet, yang terus berusaha mengatasi persoalan yang ada di hadapannya. Kalau sejak awal generasi muda kita dibangun wataknya, nilainya diciptakan, pasti generasi muda kita, generasi bangsa akan memiliki karakter yang tangguh. Sekolah, pendidikan bukan hanya mentransfer ilmu, tapi juga creating values, changing behaviour yang sangat penting sebagai elementary character sebuah bangsa.

 

Nah, yang kedua, memang bagaimana pun di abad 21 ini, manusia, masyarakat, bangsa memang harus menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi, memiliki kecerdasan yang memungkinkan bangsa itu bisa maju dan berkembang. Dalam konteks ini, saya ingin mengaitkan pada peran dan fungsi buku yang Pak Jacoeb Oetama dengan luar biasa mengaitkan tadi, tanpa buku saya kira kehidupan kita akan kering, jauh dari inspirasi, tidak punya jalan untuk berinovasi dan lain-lain. Tapi satu hal, sumber kemajuan manusia, yang dimulai dari pendidikan awalnya, adalah yang disebut dengan rasa ingin tahu, kepedulian yang tinggi, intellectual curiousity. Kalau anak-anak kita memiliki itu, dia akan haus pengetahuan, dia akan mau membaca buku, bertanya dan bertanya. Melakukan inquiry dalam tanda kutip, dalam perjalanan hidupnya. Dan itu semua akan menemukan yang dicari antara lain, atau yang utama melalui buku, dengan membaca buku. Jangan keliru kita memilih metodologi, melihat anak-anak sebagai sesuatu yang, katakanlah, pasif, dikasih ilmu, dicekoki ilmu, diuji, kemudian dianggap mereka serba bisa, dianggap mereka siap. Belum. Mereka akan menjadi manusia unggul, manusia yang kreatif dan inovatif, dan akan menjadi manusia yang terus mampu mengembangkan dirinya, apabila sejak dini dibangkitkan rasa ingin tahu, kepedulian, yang disebut dengan intellectual curiousity. Ini yang mesti kita aplikasikan di negeri kita ini. Bukan hanya pendidikan formal tapi juga pendidikan-pendidikan yang tidak formal.

 

Saudara-Saudara,


Semua itu berkaitan dengan dunia pendidikan, berkaitan dengan masyarakat belajar, masyarakat membaca, berkaitan dengan peran buku, dan tentunya peran toko buku sebagaimana toko buku Gramedia yang akan kita resmikan pengembangannya hari ini.

 

Saudara-Saudara,


Sebelum saya mengakhiri, saya ingin mengangkat sedikit tentang buku Indonesia Unggul ini. Sebenarnya buku ini adalah buku yang kedua setelah buku pertama terbit, yang disebut dengan Transforming Indonesia. Itu berisi kumpulan pidato saya, tulisan-tulisan saya, dibantu oleh Saudara Dino Patti Djalal dan staf yang lain, ada juga masukan dari jajaran Kabinet tetapi dari segi substansi, dari pikiran-pikiran dasar memang saya hadirkan sebagai alat komunikasi saya, baik kepada masyarakat global maupun kalangan di dalam negeri sendiri. Pilihan-pilihan atau kumpulan dari pidato dan artikel saya yang sudah saya delivered di berbagai forum di negara-negara sahabat, di seluruh dunia, maupun juga di berbagai media, utamanya international media.

 

Apa yang mendasari? Banyak yang mengatakan di Indonesia ini antara myth and reality, antara perception dengan fact itu suka berjarak. Sedangkan saya pernah ketemu Collin Powel waktu saya masih menjadi Menteri Koordinator Bidang Politik dan Keamanan kurang lebih tahun 2003, lima tahun yang lalu, dikatakan oleh Collin Powel bahwa Indonesia itu disebut dengan the least understood country. Saya kira bukan hanya Powel yang punya pandangan seperti itu. Banyak yang salah mengerti tentang Indonesia, banyak terjadi misunderstanding, banyak yang bergerak dengan perception not necessarily the fact, the reality. Oleh karena itu, sebagai kepala negara, sebagai Kepala Pemerintahan, sebagai Presiden wajib hukumnya bagi saya dalam interaksi dengan berbagai kalangan di seluruh dunia itu untuk menceritakan apa dan siapa itu Indonesia, supaya mental image itu bisa kita bawa sedemikian rupa sehingga menjadi tepat dan benar agar tidak ada stereotyping tentang Indonesia, dan lain-lain. Oleh karena itu, saya memang menyampaikan banyak hal tentang negeri kita, pikiran-pikiran kita, visi kita, masalah yang dihadapi oleh bangsa kita, achievement yang dapat diraih oleh bangsa kita, dan banyak hal yang substantif, yang mendasar meskipun sering juga masuk masalah-masalah operasional dan masalah-masalah kekinian.

 

Kalau hadirin membaca buku itu, saya banyak bicara tentang demokrasi. Orang mengatakan demokrasi Indonesia masih muda. Barangkali benar. Tapi we are on the right track untuk terus mengembangkan, memekarkan, mematangkan demokrasi kita, nurturing our democracy, not only consolidating. Kita menyaksikan banyak terjadi krisis demokrasi di dunia ini, tapi alhamdullillah kita bisa mempertahankan, kita terus menghormati hak asasi manusia, kita terus menghormati kebebasan, kita terus menghargai perbedaan-perbedaan pikiran yang menjadi nilai dan nafas demokrasi sambil mematangkan konstitusionalisme dan membawa rule of law untuk bisa bergandengan dengan demokrasi dengan kebebasan agar terjadi harmoni, kerukunan dalam kehidupan di negeri kita ini.

 

Saya juga menyampaikan banyak hal tentang Islam. Islam adalah juga salah satu misunderstood religion. Kita sampaikan the true teaching of Islam supaya, sekali lagi, tidak ada misunderstanding dari sahabat-sahabat kita di luar negeri. Saya juga mengangkat segi-segi resolusi konflik. Kita punya pengalaman panjang menyelesaikan konflik, era sekarang ini, kita menyelesaikan konflik harus dengan cara-cara yang bermartabat, dengan cara-cara yang peaceful, dengan cara-cara yang terbaik bagi kita semua. Andaikata itu menyangkut konflik di dalam negeri yang, katakanlah, mengancam kedaulatan negara kita, keutuhan teritorial negara kita, tetap kita bisa carikan solusinya yang damai, yang bermartabat, dan yang tidak menimbulkan permasalahan lain yang sama buruknya. Yang penting negara kita utuh, merah-putih berkibar di seluruh tanah air, dengan kedaulatan yang penuh. Caranya terpulang kepada kita, mana yang paling baik menurut ukuran kita.

 

Kemudian, saya dalam banyak pidato di forum global, di PBB, di forum di Eropa, di Asia, di Amerika Latin, juga mengangkat banyak hal tentang perlunya masyarakat global lebih menyadari our global challenges sekarang ini betul-betul besar. Ada the crisis of food, ada the crisis of energy, ada the crisis of environment, a climate change, global warming, sekarang the crisis of global finance, itu semuanya memerlukan kebersamaan, memerlukan kerja sama, memerlukan kemitraan, untuk bersama-sama mengatasi yang kita sebut dengan tantangan global, global challenges. Gelombang peradaban ke-4, gelombang peradaban abad 21 ini kalau menurut pikiran saya adalah keberhasilan bangsa-bangsa sedunia untuk bersatu mengatasi tantangan-tantangan global yang ada dewasa ini. Satu pesan yang ingin saya sampaikan di berbagai kesempatan adalah harapan kita abad 21 ini adalah abad yang lebih banyak menggunakan soft power bukan hard power. Abad 20 yang di dalamnya ada dua kali perang dunia, yang mendatangkan korban jiwa dan harta benda yang besar, perang dunia I, perang dunia II, sering kita sebut sebagai the century of hard power. Kita ingin, our dream, bangsa-bangsa sedunia abad 21 ini betul-betul menjadi the century of soft power.

 

Hadirin,


Kita ingin sebetulnya, doa kita, upaya kita, kerja keras kita, agar apabila ada buku yang terbit di tahun depan, maka judulnya barangkali, mudah-mudahan sudah bisa masuk yang disebut dengan “Indonesia Rising, Indonesia Emerging”. Insya Allah bisa. Dimulai dari Transforming Indonesia, Indonesia on the Move kalau kita sudah mencapai banyak hal, kita sudah masuk G-20, kita sudah diundang oleh G-8 + 8 Conference, kita menjadi Enhanced Partner dari OACD dan banyak lagi standing kita, maka bukan sesuatu yang mustahil tahun-tahun mendatang kita menjadi emerging nation dan judul buku, mudah-mudahan pada saatnya nanti menjadi Indonesia Rising. Insya Allah bisa. Terima kasih.

 

Akhirnya, saya ingin mengucapkan selamat kepada Gramedia Group, Toko Buku Gramedia di Grand Indonesia ini, yang saya mendengar dari anak saya yang juga senang membaca, besar, bagus, megah, mudah-mudahan saya bisa melihat, tetapi saya dengan tulus mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang tinggi kepada Gramedia Group dan Toko Buku Gramedia karena apa yang Saudara-Saudara lakukan ini menjadi bagian dan mata rantai dari upaya mencerdaskan kehidupan bangsa yang diamanahkan oleh konstitusi kita. Dan harapan saya semoga terus berkembang. Kalau makin maju, makin berkembang, jangan lupa membantu saudara-saudara kita, rakyat kita yang masih memerlukan bantuan dalam program-program Corporate Social Responsibility sebagaimana yang selama ini dilaksanakan oleh Gramedia.

 

Itulah Saudara-Saudara yang dapat saya sampaikan dan akhirnya dengan memohon ridho Tuhan Yang Mahakuasa serta mengucapkan bismillahirrahmanirrahim, Toko Buku Gramedia yang berlokasi di Grand Indonesia Shopping Town, dengan resmi saya nyatakan dibuka.

 

Sekian


Wassalaamu’alaikum Warahmatullaahi Wabarakaatuh