Sambutan Presiden RI pada Buka Puasa Bersama, Purwokerto, 25 Agustus 2011

 
bagikan berita ke :

Kamis, 25 Agustus 2011
Di baca 981 kali

SAMBUTAN

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PADA

BUKA PUASA BERSAMA DALAM RANGKAIAN ACARA SAFARI RAMADHAN

DI BATURRADEN, PURWOKERTO

TANGGAL 25 AGUSTUS 2011

 

 

 

Assalaamu'alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh,

 

Bismillaahirrahmaanirrahiim,

 

Alhamdulillaahirabbil ‘aalamiin, wasshalaatu wassalaamu ‘alaa asyrafil anbiyaai walmursaliin, sayyidinaa wa Maulana Muhammadin, wa ‘ala aalihii washahbihii ajma'iin, amma ba'du.

 

Yang saya hormati para Menteri Kabinet Indonesia Bersatu II, Saudara Gubernur Jawa Tengah beserta Ibu, Saudara Bupati Banyumas beserta Ibu, dan para pejabat negara dan pejabat pemerintahan yang bertugas di Jawa Tengah, baik dari unsur eksekutif, legislatif, dan yudikatif, maupun dari TNI dan Polri,

 

Yang saya cintai dan saya muliakan para ulama, para tokoh masyarakat,

 

Yang saya cintai dan saya banggakan, para petani khususnya anggota Gapoktan Dewi Sri,

 

Hadirin-hadirat yang dimuliakan Allah SWT.

 

Pada kesempatan yang baik, semoga senantiasa penuh berkah ini, saya mengajak hadirin dan hadirat sekalian untuk sekali lagi memanjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT, karena kepada kita masih diberikan nikmat kesempatan, nikmat kekuatan, dan nikmat kesehatan untuk melanjutkan ibadah kita, karya kita, serta tugas dan pengabdian kita kepada masyarakat, bangsa dan negara tercinta. Kita juga bersyukur, di bulan suci ramadhan ini, sore ini kita dapat bersilaturrahim dan beribadah bersama, semoga ibadah kita diterima dan mendapatkan ridaa Allah SWT.

 

Shalawat dan salam marilah sama-sama kita haturkan kepada junjungan kita, Nabi Besar Muhammad SAW, beserta para keluarga, para sahabat, dan para pengikut Rasulallah, insya Allah termasuk kita semua hingga akhir zaman.

 

Hadirin dan hadirat yang saya cintai,

 

Tadi kita sama-sama mendengar sambutan dari Bapak Ahmad Darsono, pimpinan Gapoktan Dewi Sri, yang menyampaikan kepada saya, apa saja yang dilakukan oleh komunitas petani di daerah ini. Saya bersyukur, saya senang, dan bergembira, bahwa hasil yang dicapai oleh para petani, makin ke depan makin baik. Marilah terus kita lanjutkan kerjasama, kebersamaan, dan kegotongroyongan antara kita semua, baik pemerintah pusat, pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten, komunitas petani, para pimpinan dunia usaha yang bergerak di bidang pertanian, untuk berbuat yang terbaik dan terus mengembangkan upaya, untuk meningkatkan produktivitas pertanian, utamanya produktivitas padi di negeri ini, menuju bukan hanya swasembada, tetapi menuju surplus produksi beras di negeri tercinta ini. Saya yakin dengan upaya kita bersama, dengan ikhtiar kita, kita akan bisa meningkatkan produksi, padi atau beras kita, secara lebih signifikan, sehingga cita-cita kita untuk menjadikan Indonesia, sebagai lumbung padi di negerinya sendiri, dan lumbung padi di kawasan dan dunia itu dapat diwujudkan.

 

Pemerintah akan terus meningkatkan program-programnya, pemerintah akan terus meningkatkan anggaran untuk sektor pertanian, baik yang dijatuhkan kepada Kementerian Pertanian maupun disalurkan kepada provinsi, kabupaten, dan kota di seluruh Indonesia. Insya Allah, untuk anggaran bidang pertanian tahun depan, tahun 2012, akan kita tingkatkan dan mudah-mudahan peningkatan ini lebih memajukan lagi produksi kita, utamanya di bidang beras. Dan, ini bulan Ramadhan, Saudara-saudara, pak Ahmad Darsono, saya juga nanti akan memberikan bantuan khusus kepada Gapoktan Dewi Sri, tolong digunakan dengan sebaik-baiknya, untuk meningkatkan semangat kinerja, dan tentunya hasil yang lebih baik lagi dari komunitas petani kita.

 

Saudara-saudara,

 

Tadi kita juga menyimak dengan seksama, hikmah ramadhan yang disampikan oleh Bapak Bambang Sucipto. Saya dengarkan baik-baik, saya mengajak, selaku umaro, yang sedang mengemban amanah di negeri ini, mari kita jalankan nasehat para ulama, para cendekiawan, yang menurut saya patut untuk kita jalankan dengan sungguh-sungguh. Saya menggarisbawahi yang disampaikan pak Bambang Sucipto tadi, yaitu perlunya kita sebagai umat, hamba Allah, senantiasa bersyukur, bersyukur. Kita tahu, paling tidak ada empat sifat seorang yang beragama Islam, seorang muslimin dan muslimat yang sangat dicintai oleh Allah SWT. Yang pertama adalah senantiasa syukur atas nikmat, anugerah yang diberikan oleh Allah, bersyukur. Yang kedua, ketika menghadapi persoalan, tantangan, dan ujian, kita senantiasa sabar dan tawakal. Yang ketiga, manusia tidak pernah tidak berbuat kesalahan, kekhilapan, termasuk dosa, Allah sangat menyayangi umatnya yang senantiasa bertaubat, atas kesalahannya dan kemudian berjanji dan dilaksanakan, tidak mengulangi lagi kesalahan-kesalahan itu. Kemudian sifat yang keempat, yang disayangi oleh Allah bagi kita adalah, mereka yang berikhtiar, tidak pernah menyerah, ingin membangun hari esok yang lebih baik, termasuk di bidang pertanian, dibidang perikanan, apa pun, di negeri yang kita cintai ini. Empat sifat, empat karakter muslimin dan muslimat itulah yang kita tahu sangat disukai oleh Islam, dan sangat dicintai oleh Allah SWT. Mari sebagai umat Islam, kita kembangkan kepribadian kita, untuk betul-betul memiliki empat sifat itu dan kita jalankan.

 

Masih ada satu lagi, ada istilah empat sehat lima sempurna. Yang kelima, kita disuruh oleh Yang Maha Kuasa, oleh junjungan kita, Nabi Muhammad SAW, agar hidup kita, orang-seorang ini membawa kebaikan bagi yang lain, membawa kebajikan bagi sesama. Lengkaplah sudah, kalau kita punya empat karakter tadi, syukur, sabar, taubat, dan ikhtiar, ditambah kita berbuat yang baik kepada sesama, amal kita, shadaqah kita, dan apapun yang kita bisa berikan kepada lingkungan kita, akan menambah lengkapnya sifat, karakter kita sebagai umat Islam.

 

Hadirin dan hadirat yang saya cintai,

 

Pada bulan Ramadhan 1432 H ini, saya beserta Ibu Negara, para menteri, dan rombongan dari Jakarta, sebagaimana tahun-tahun sebelumnya, menjalankan yang disebut Safari Ramadhan. Kali ini, yang kami pilih adalah rute perjalanan di Jawa Barat bagian tengah dan selatan, kemudian Jawa Tengah bagian selatan, tengah, dan kemudian insya Allah nanti atau besok sampai di Tegal. Apa yang ingin saya lihat, saya temui, dan saya jumpai? Pertama-tama, baik seraya kita menjalankan ibadah puasa di bulan suci Ramadhan ini, saya bisa menyapa, bisa bertemu, bisa bertukar pikiran dengan masyarakat di kedua provinsi ini, di Jawa Barat dan di Jawa Tengah.

 

Di samping itu, saya juga ingin melihat pelayanan publik, pelayanan kepada masyarakat yang diberikan oleh pemerintah daerah, baik mulai tingkat desa, tingkat kecamatan sampai tingkat kabupaten dan kota, apakah sudah sesuai dengan harapan masyarakat, apakah belum, dan mana-mana yang kurang, serta mana-mana yang perlu ditingkatkan. Di samping itu, saya juga ingin melihat kondisi sekolah-sekolah yang ada di kedua provinsi ini, utamanya SD dan SMP, baik bangunannya, kelas-kelasnya atau lokalnya, termasuk fasilitas pendidikan yang sangat diperlukan untuk mendidik anak-anak kita, yang bersekolah di SD dan SMP. Saya juga ingin melihat pelayanan terhadap warga negara kita kalau mengalami sakit, khususnya saya melihat Puskesmas dan rumah sakit yang paling depan, apakah sudah baik atau belum. Di samping itu, saya juga meninjau usaha mikro, usaha kecil, yang tidak boleh diabaikan karena itu membuka lapangan pekerjaan bagi rakyat kita, mendapatkan penghasilan, dengan penghasilan, insya Allah hidupnya semakin baik. Saya ingin memastikan, bahwa usaha kecil dan usaha mikro itu terus tumbuh berkembang di negeri yang kita cintai ini.

 

Saya juga melihat tempat-tempat latihan prajurit, mereka-mereka yang harus mengemban tugas bangsa dan negara, untuk Sang Merah Putih, untuk tanah air yang kita cintai. Saya juga bertemu dengan komunitas pesantren, yang saya pilih untuk safari ini, pesantren yang skalanya kecil ke bawah, yang besar-besar sudah beberapa kali saya datangi, saya ingin datang justru yang memerlukan perhatian kita semua. Alhamdulillah, saya juga sempat bertemu dengan komunitas petani, dan besok juga akan saya lanjutkan bertemu lagi dengan para petani bawang, dan kemudian bertemu dengan para nelayan di Tegal, sebelum saya dan rombongan kembali ke Jakarta dengan menggunakan kereta api.

 

Hadirin-Hadirat yang saya cintai,

 

Jadi, saya ingin betul melihat keadaan yang nyata di lapangan, melihat kehidupan masyarakat kita yang paling depan, untuk mengetahui apa yang dipikirkan, yang dirasakan, termasuk apa lagi, yang disarankan kepada kita semua, utamanya pemerintah. Saudara  tahu, bahwa pemerintah dari tahun ke tahun, baik pemerintah pusat, pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten dan kota, sampai yang paling bawah atau paling depan, sesungguhnya ingin terus memajukan kehidupan dan kesejahteraan rakyatnya. Berbagai  kebijakan dan program telah kita gulirkan, dengan menggunakan anggaran yang tidak sedikit. Kita ingin semua kebijakan, semua program itu sungguh dilaksanakan. Kalau  memang ada yang kurang-kurang, kita perbaiki, yang sudah baik, dipertahankan. Barangkali muncul lagi ide yang baru, baik ide Pak Bupati, Pak Walikota, ide Pak Gubernur, ide para menteri, termasuk barangkali apa yang saya pikirkan sebagai Kepala Negara dan Kepala Pemerintahan.

 

Saya ingin, karena kita sungguh serius untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat, untuk mengurangi kemiskinan, untuk juga meningkatkan taraf hidup rakyat kita di seluruh tanah air, dari Sabang sampai Merauke, maka diperlukan kebersamaan, diperlukan saling dukung di antara kita. Saya yakin, kalau kita terus bergotong royong, terus saling mendukung, bersama-sama, maka insya Allah semua kebijakan dan program pemerintah, baik di bidang pendidikan, di bidang kesehatan, di bidang pertanian, di bidang usaha kecil, mikro, dan menengah, apapun, yang dilaksanakan di negeri ini, yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat, akan dapat kita laksanakan dengan baik.

 

Bapak-Ibu, Saudara-saudara, Hadirin sekalian yang saya cintai,

 

Selama kemarin saya berjalan dari Jakarta ke Bogor, ke Cianjur, ke Bandung barat, ke Bandung, ke Tasikmalaya, ke Banjar, Cilacap sampai di Banyumas, di sini, saya melihat langsung, berdialog langsung, mengecek langsung, apa saja, yang telah dilaksanakan oleh baik masyarakat luas maupun jajaran pemerintah, utamanya pemerintah daerah. Terus  terang, ada hal-hal yang saya masih prihatin, saya memberikan tegoran-tegoran kepada mereka yang saya anggap lalai, dan kurang bertanggung jawab, baik terhadap pelayanan publik, terhadap bagaimana mengelola pendidikan, kesehatan, dan sebagainya, tetapi saya juga memberikan pujian, memberikan penghargaan atas apa yang dilakukan oleh saudara-saudara kita itu, yang menurut saya luar biasa, untuk menolong saudara-saudaranya, untuk memajukan masyarakatnya. Dalam pemerintahan yang sehat, maka wajib hukumnya, untuk memberikan penghargaan bagi mereka yang berprestasi, tetapi memberikan tegoran dan sanksi bagi mereka yang lalai.

 

Saya berharap, apa yang telah saya sampaikan kemarin, sebagai contoh, ada gedung sekolah, ada kelas-kelas tempat belajar, kantor guru, yang tidak rapi, yang kotor. Bayangkan kalau sekolahnya kotor, tempat guru-gurunya tidak bersih, tidak rapi, kebawa kepada situasi di sekolah itu. Anak-anak kita enam tahun bersekolah di situ, melihat situasinya tidak rapi, tidak bersih, kotor, akan berpengaruh pada jiwanya, padahal kita ingin anak-anak kita cerdas, jiwanya baik, menyenangi kebersihan, kerapian, tidak suka penyimpangan-penyimpangan, termasuk korupsi dan kejahatan apapun. Itu juga dimulai sejak dini, sejak anak-anak kita bersekolah di TK, di SD, dan SMP. Oleh karena itu, saya menggarisbawahi, bukan hanya di tempat yang saya kunjungi kemarin, tetapi seluruh Indonesia, agar betul-betul dijaga kebersihan, kerapian, ketertiban karena itu membikin bangsa kita disiplin, tertib dan rapi. Masyarakat yang disiplin, tertib, dan rapi hampir pasti akan maju.

 

Tetapi sebaliknya, dalam kunjungan saya juga ada yang membanggakan. Tadi tanpa rencana sama sekali, saya mendadak melihat atau mengunjungi sebuah SMP di Kabupaten Banjar. Gopoh, kepala sekolahnyapun pakai sandal, pakai kaos, karena tidak tahu kalau saya kunjungi, ada satu orang guru bahasa Inggris pakai kaos, kemudian ada dua orang ibu-ibu, tetapi saya suruh membuka semuanya, mana kantor kepala sekolahnya, mana kantor gurunya, mana kelasnya, mana kamar mandi, WC-nya, dan saya harus memberikan penghormatan. Karena meskipun tidak tahu kalau saya kunjungi, ternyata bersih, padahal tidak ada yang membersihkan, sudah satu minggu muridnya meninggalkan di situ, dan lain-lain. Ini contoh yang baik.

 

Memang yang saya kunjungi SD, SMP kali ini adalah bangunan-bangunan yang saya nilai, termasuk yang kurang layak dan bahkan sebagian tidak layak, atau ada kerusakan yang sedang, sebagian kerusakan berat. Maksud saya, tidak seluruh bangunan itu rusak berat tetapi ada lokal-lokal yang rusak berat. Itu yang saya pilih. Kalau yang sudah baik, tidak saya kunjungi.

 

Dari 100% di seluruh tanah air kita punya SD, SMP, menurut laporan Menteri Pendidikan Nasional, itu 85% dalam keadaan layak dan baik. 15% itu tidak layak dan tidak baik. Itulah  yang saya kunjungi. Tetapi yang saya dapatkan kemarin, meskipun bangunannya ada yang tidak layak, tetapi kalau tetap dijaga kebersihannya itu tetap berbeda. Oleh karena itu, saya intruksikan kemarin dan ini berlaku, Mendiknas, tolong sampaikan kepada seluruh pimpinan sekolah di seluruh Indonesia, setelah kita perbaiki insya Allah tiga tahun mendatang, agar anak-anak kita bisa bersekolah dengan baik, wajib hukumnya, dijaga kebersihannya, dijaga kerapiannya, pemeliharaannya, sehingga tidak mudah rusak, tidak coret sana-coret sini akhirnya membawa jiwa yang tidak baik bagi anak-anak kita. Itu  kemarin yang saya dapatkan antara lain dalam kunjungan atau safari saya hingga ke tempat ini.

 

Saya juga melihat Nagreg, Bapak-Ibu barangkali mendengar, kalau mudik lebaran, saya dulu suka mudik, Bapak-Ibu, bawa mobil sama istri dan dua anak saya dari Bandung, nyetir sendiri, mobilnya mobil biasa, sampai Jawa Timur pulang pergi, sehingga merasakan kalau mengantri sepuluh kilo, kalau berhenti sekian jam, menanjak di tanjakan Nagreg, ada truk gandengan yang macet, nunggu tiga jam di situ, merasakan. Oleh karena itulah, sejak tahun 2006 hingga sekarang terus kita perbaiki dengan harapan makin baik. Ini saya lihat kemarin, karena kita harus memberikan pelayanan terbaik kepada para pemudik lebaran. Mereka setahun sekali bertemu dengan sanak keluarganya, biasanya membawa rejeki, oleh-olehnya dibagi-bagi, ekonomi bergerak. Oleh karena itu, negara, pemerintah harus memberikan pelayanan yang terbaik.

 

Saya berkomunikasi dengan Pak Bibit Waluyo, Pak Gubernur, minggu lalu, tentang ini semua, saya senang, daerah pun, Jawa Tengah misalkan, juga punya inisiatif bagaimana memberikan pelayanan terbaik bagi pemudiknya, utamanya yang melintasi Jawa Tengah ini, atau yang melaksanakan kegiatan halal bihalal di provinsi ini. Saya ingin sinergi seperti inilah, kebersamaan seperti inilah, antara pemerintah pusat dengan pemerintah daerah yang harus kita laksanakan.

 

Bapak-Ibu, Hadirin sekalian,

 

Minggu lalu saya memimpin sidang kabinet untuk evaluasi mudik lebaran tahun lalu, sambil untuk mengecek kesiapan kita melayani mudik lebaran tahun ini. Ada yang memprihatinkan. Meskipun tahun 2010, lebih baik dibanding tahun 2009, tetapi angka kecelakaan masih tinggi, utamanya adalah pengendara motor. Kalau  mobil, tidak begitu banyak, tetapi motor yang banyak. Oleh karena itu, saya menyeru kemarin, saudara-saudara kita memang senang akan bertemu dengan orang tua, sanak saudara, kawan, pacar barangkali tetapi waktu naik motor hati-hatilah, jangan ngebut-ngebutan, akhirnya inginnya bersuka cita, yang ada adalah berduka cita. Maksud saya, setelah pemerintah dengan anggaran yang tidak sedikit membangun infrastruktur, prasarana jalan, semua itu agar lancar, setelah pihak kepolisian memberikan rambu-rambu, mengatur, setelah pihak kesehatan membikin tempat-tempat pertolongan dan semua bekerja, maka masyarakatlah yang diharapkan juga bisa bekerja sama dengan baik, mentaati aturan, peringatan, rambu-rambu, dengan demikian, tidak ada kecelakaan pada saat melaksanakan mudik lebaran.

 

Banyak hal yang Alhamdulillah dapat saya lihat kemarin, termasuk tadi ada dialog di tengah sawah di Kabupaten Cilacap, kalau tidak salah, saya lupa kecamatannya apa tadi, Pak Bibit, itu? Wanareja atau Wonorejo? Wanareja, berdialog dengan, alhamdulillah kalau hasil panennya bagus, satu hektar sudah mencapai tadi 6 sampai 7 ton, bagus sudah maju. Kemudian ada tiga ibu-ibu, "Pak SBY, ini anak saya masih mahal kalau bersekolah." Kebetulan, "Mendiknas, sini. Mendiknas, coba dengarkan ibu-ibu itu." dialog, harus saya dengarkan suara ibu-ibu itu, ada apa, sebab sebetulnya anggaran pendidikan nasional kita jumlahnya tahun depan mencapai 281 triliun. Besar sekali, itu kalau dibelikan kerbau se-Jawa Tengah mutar itu, besar sekali. Satu triliun nol-nya 12. Sekarang sudah 20,2% dari APBN. Jadi kalau kita punya anggaran belanja, belanjanya negara, seperlima sudah kita arahkan untuk pendidikan nasional, betul? Betul begitu. Oleh karena itulah, kita ingin sebetulnya ada peningkatan yang sangat signifikan dari penggunaan anggaran itu.

 

Saya tadi mau bicara apa tadi ya? Oh, biaya sekolah waktu dialog tadi. Kita sudah memberikan Bantuan Operasional Sekolah. Kita sudah membangun banyak sekali infrastruktur. Kita sudah mengalirkan biaya untuk ke daerah-daerah juga untuk pendidikan. Kita sudah memberikan beasiswa dan lain-lain. Harapan kita, semakin ke depan semakin baik. Memang, tentu tidak bisa sekaligus, karena belanja negara, uangnya negara dibagi-bagi untuk pertanian, untuk pertahanan, untuk perhubungan, untuk membangun waduk, jembatan, jalan, termasuk untuk pendidikan dan kesehatan. Jadi, harus bertahap. Nah, mestinya kalau bisa bersekolah di sekolah-sekolah negeri, tentu lebih ringan biayanya, bahkan bagi yang miskin digratiskan. Nah kalau ke swasta, lihatlah kemampuannya. Dengan demikian, apa yang telah disediakan oleh pemerintah itu bisa digunakan dengan baik.

 

Tentu kami dengar semuanya itu, tetapi kebijakan dan program pemerintah, baik pusat maupun daerah, sesungguhnya sudah ingin betul membikin pendidikan ini lebih baik dibanding sebelum-sebelumnya. Oleh karena itu, mari kita jalankan program dan kebijakan ini dengan sebaik-baiknya.

 

Bapak-Ibu, Hadirin sekalian yang saya cintai,

 

Saya ingin sedikit bicara tentang pangan. Kebetulan hari ini alhamdulillah saya bisa bertemu dengan komunitas petani. Untuk diketahui, penduduk dunia sekarang ini jumlahnya 7 miliar manusia. Besar, Ibu, ya? Banyak, katah. Tahun 2045, diperkirakan akan menjadi 9 miliar, padahal buminya tidak berkembang, bahkan bumi, tempat bercocok tanam, tempat menggali tambang, tempat kehidupan manusia ini, sebagian sudah rusak. Rusaknya karena kelalaian manusia, kesalahan manusia, termasuk perubahan iklim yang ada. Kemarau panjang sekali, hujannya berlebihan, banjir, tanah longsor, topan, badai dan sebagainya. Itu namanya perubahan iklim. Buminya sudah seperti itu, tidak bertambah, manusianya bertambah.

 

Dari pertambahan manusia itu, diperkirakan mulai tahun ini sampai tahun 2045, itu manusia sedunia memerlukan tambahan pangan sebesar 70%. Besar sekali. Tambahan  energi, seperti BBM seperti itu, dan energi yang lain itu juga sekitar 70%. Kalau kita, bangsa sedunia, termasuk Indonesia, termasuk Jawa Tengah, termasuk Banyumas, tidak mengantisipasi bagaimana kita bisa meningkatkan produksi pangan kita dan energi kita, dunia akan menghadapi "kiamat." Memang kiamat itu rahasia Allah, tetapi dalam arti akan menghadapi krisis yang berat. Karena manusia tidak memiliki kecukupan pangan maupun kecukupan energi. Oleh karena itulah, Indonesia sadar. Mengingat tanah air kita seperti ini, mengingat penduduk kita juga besar, kita harus berjuang sekuat tenaga dengan kebijakan yang benar, dengan program yang benar, dengan kerja keras kita semua, termasuk para petani, makin ke depan kita bisa meningkatkan produksi hasil-hasil pertanian kita.

 

Sebenarnya kita sudah banyak yang swasembada, bahkan surplus, bahkan diekspor tetapi ada lima komoditas yang Menteri Pertanian terus berusaha untuk mencapainya. Komoditas pertama apa? beras. Beras ini bukan hanya cukup memenuhi keperluan rakyat Indonesia, tidak. Kita ingin punya surplus. Alhamdulillah, dua tahun yang lalu kita sudah swasembada, tetapi mengingat iklim seperti ini, kadang-kadang gagal panen, puso dan macam-macam, bisa saja ada kekurangan sedikit-sedikit. Belum lagi harga beras dunia yang bergejolak. Itu juga memberikan pengaruh pada ekonomi atau stabilitas harga di negeri kita. Pendek kata, negeri kita harus memiliki surplus yang besar, yang tinggi.

 

Kita ingin, tahun-tahun mendatang meningkatkan lagi sehingga insya Allah surplus beras kita, lebihnya beras kita itu 10 juta ton. Kita ingin menuju ke situ dengan berbagai cara, tentu antara lain harus meningkatkan produktivitas pertanian beras kita. Dengan memperbaiki cara tanam, penyuluhan menjadi penting, pemilihan pupuk menjadi penting, untuk mengatasi hama menjadi penting, dan seterusnya-dan seterusnya. Kita ingin betul-betul meningkatkan surplus beras kita. Jagung, meskipun sudah cukup, kita ingin lebih lagi. Kemudian, tebu kita harus lebih meningkatkan lagi, meskipun sudah relatif baik. Tetapi daging sapi ini masih kurang. Kita ingin menggalakkan peternakan dalam negeri. Kedelai juga masih kurang, kita akan meningkatkan lagi di negeri kita ini. Kalau yang lainnya: cabe, bawang, brambang, kentang, sayur, saya kira semuanya sudah cukup dan bahkan kita bisa mengekspor, termasuk ayam, telur itik, dan sebagainya.

 

Mari bareng-bareng, bersama-sama kita bangunlah Indonesia betul-betul menjadi lumbung pangan, insya Allah bisa, insya Allah bisa. 

 

Bapak-Ibu, Hadirin sekalian yang saya hormati,

 

Penelitian dan pengembangan sangat penting. Yang melaksanakan penelitian-pengembangan bukan hanya negara, bukan hanya pemerintah, tetapi juga dunia swasta. Saya menyeru kepada bisnis yang bergerak di dunia pertanian, pangan, lakukanlah juga penelitian dan pengembangan atau inovasi bersama-sama para petani. Dengan demikian, bisa lebih meningkatkan produksi dan produktivitas yang lebih tinggi lagi. Itu harapan kita. Energi juga demikian, kita tidak boleh hanya menggantungkan minyak, kita akan menggunakan energi yang ramah lingkungan, angin, air, surya, dan sebagainya, termasuk panas bumi. Ini adalah pekerjaan besar kita, pekerjaan rumah kita, pemerintah pusat, daerah, bersama masyarakat luas, bersama dunia usaha untuk meningkatkannya di masa yang akan datang.

 

Bapak-Ibu, Hadirin sekalian yang saya hormati,

 

Kita punya pekerjaan rumah dan pemerintah akan terus bekerja, yaitu mengurangi jumlah kemiskinan. Jumlah kemiskinan tiap tahunnya terus turun, tetapi menurut pandangan saya, pendapat saya, jumlahnya masih cukup besar, sekitar 30 juta dan harus terus-menerus kita kurangi. Demikian juga kita harus mengurangi pengangguran, supaya lebih banyak lagi yang bisa bekerja.

 

Alhamdulillah, ekonomi dunia sekarang gonjang-ganjing, di Eropa repot, di Amerika repot, Indonesia sebetulnya ditolong Allah, ekonomi kita sebetulnya baik-baik saja, tetapi kita punya tugas besar, kita punya pekerjaan rumah untuk terus menurunkan kemiskinan dan pengangguran. Oleh karena itulah, untuk menuju semuanya itu diperlukan kebersamaan di antara kita. Tadi Pak Bambang Sucipto mengingatkan justru kebersatuan, kebersamaan, jangan saling salah-menyalahkan, saling hujat-menghujat, berburuk sangka satu sama lain, itu tidak ada pahalanya, dan negara kita tidak ke mana-mana, akan menjadi negara yang tidak teduh, negara yang penuh dengan kekerasan, amarah, dan saling ketidakpercayaan di antara kita.

 

Mari di bulan Ramadhan ini kita bersihkan hati kita, jiwa kita, justru lebih memperkuat persatuan dan kebersamaan, ukhuwah di antara kita, untuk melaksanakan pekerjaan rumah tadi.

 

Itulah yang ingin saya sampaikan dan yang terakhir, saya kembali kepada syukur tadi, mengapa kita harus beryukur, Bapak-Ibu, Saudara-saudara yang saya cintai. Tidak semua negara, Saudara-saudara kita kaum muslimin dan muslimat, pada bulan Ramadhan ini bisa menjalankan ibadah puasanya dengan baik. Contohlah di Libya. Libya sekarang justru ada perang saudara  yang luar biasa hebatnya. Di Tripoli, ibu kota Libya, terjadi peperangan yang luar biasa.

 

Dua hari yang lalu, di Cipatat, ketika saya berbuka puasa bersama dengan para prajurit TNI dan masyarakat sekitar di situ, saya menyerukan kepada bangsa Libya, saudara-saudara kita di Libya, segera berakhirlah konflik dan perang saudara, kekerasan di situ, karena korbannya sudah banyak. Kebanyakan mereka-mereka yang tidak berdosa, kaum sipil yang menjadi korban. Dan bahkan saya contohkan ada sejarah yang gemilang, Rasulullah, Nabi Muhammad SAW, dulu pada saat beliau memimpin pasukan kembali ke Kota Mekkah Almukaromah, waktu itu suasananya sangat mencekam, dilanda ketakutan dan kecemasan, takut kalau pasukan Rasulullah akan melaksanakan balas dendam, akan terjadi pertumpahan darah. Apa yang terjadi? Dengan kearifan dan keagungannya, Nabi Muhammad SAW, justru menyerukan, "Hari ini bukan hari pembalasan. Hari ini bukan hari pertumpahan darah, tetapi adalah hari kasih sayang, hari pengampunan." Luar biasa. Kemarin saya serukan kepada dunia sebetulnya, kepada saudara-saudara kita yang masih ada konflik kekerasan dan perang saudara, utamanya Libya, pada bulan Ramadhan dibukakan pintu hatinya dan segera berakhirlah konflik dan kekerasan di Libya karena, bangsa Libya, adalah sahabat kita, saudara-saudara kita. Jadi, saya menggarisbawahi makna syukur yang sejati, yang tidak boleh kita tinggalkan dalam hidup dan kehidupan kita.

 

Demikianlah yang dapat saya sampaikan, Bapak-Ibu, hadirin sekalian, dan insya Allah besok pagi saya akan melanjutkan perjalanan ke Bumiayu untuk bertemu dengan para petani bawang, kemudian saya akan bertemu dengan saudara-saudara kita para nelayan di Tegal, dan setelahnya saya mohon izin untuk kembali ke Jakarta, melanjutkan tugas saya di Jakarta, utamanya, tadi itu, melaksanakan program-program pro-rakyat, meningkatkan kesejahteraan, mengurangi kemiskinan, menjaga keamanan negeri ini, menjaga politik yang baik, hubungan internasional yang baik, sehingga Indonesia makin ke depan makin baik, menjadi rumah di negeri sendiri, dan juga disegani, dihormati oleh bangsa-bangsa lain di dunia.

 

Semoga Tuhan Yang Maha Kuasa, Allah SWT mendengarkan cita-cita baik kita ini, niat baik kita ini, dan bangsa ini diberikan kemudahan, jalan yang lurus untuk menuju masa depannya yang baik. Sekian.

 

Wassalaamu'alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh.    

 

 

 

Asisten Deputi Naskah dan Penerjemahan,

Deputi Bidang Dukungan Kebijakan,

Kementerian Sekretariat Negara RI