SAMBUTAN
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
PADA
PERAYAAN HUT IV HARIAN JURNAL NASIONAL
DI KANTOR HARIAN JURNAL NASIONAL, JAKARTA
TANGGAL 3 JUNI 2010
Bismillahirrahmanirrahim,
Â
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,
Â
Salam sejahtera untuk kita semua,
Â
Para tamu undangan yang saya hormati,
Â
Bung Syamsudin dan keluarga besar Harian Jurnal Nasional yang saya cintai,
Â
Hadirin sekalian yang saya muliakan,
Â
Marilah sekali lagi pada kesempatan yang baik dan, insya Allah, penuh berkah ini, kita panjatkan puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, karena kepada kita masih diberikan kesempatan untuk melanjutkan ibadah, tugas, dan pengabdian kita kepada masyarakat, bangsa, dan negara tercinta, utamanya di dalam terus membangun kehidupan demokrasi yang makin matang dan terus memajukan kehidupan pers di negeri tercinta ini.
Â
Saya juga ingin menggunakan kesempatan yang baik ini untuk mengucapkan selamat ulang tahun yang keempat bagi keluarga besar Jurnas, semoga ke depan Jurnas makin sukses. Sebagaimana yang disampaikan oleh Bung Syam dalam sambutannya tadi. Dan, kita berharap tekad besar dari Jurnas untuk melangkah ke depan dengan lebih baik lagi, dengan semangat perubahan baru untuk langkah baru, juga mendapatkan ridho Allah Subhaanahu wa Ta'alaa sehingga bisa menjadi kenyataan.
Â
Ini adalah kunjungan saya yang pertama ke harian Jurnas. Saya pernah diingatkan oleh Bung Syam dan Bung Asro Kamal waktu itu. Pada saat pemilihan umum 2009, saya datang hampir di semua media massa untuk berkomunikasi, dan saya tidak sempat waktu itu berkunjung ke Jurnas. Oleh karena itu, saya minta maaf, dan hari ini, alhamdulillah, akhirnya saya bisa berkunjung ke Jurnas tempat Saudara bekerja semuanya.
Â
Sewaktu Jurnas tengah membangun karakter sebagai salah satu media masSa di Indonesia. Dan pimpinan Jurnas waktu itu datang ke saya, saya berpesan agar Jurnas betul-betul mengembangkan positive journalism, memberikan pewartaan yang berimbang dan jangan tinggalkan idealisme. Ketiga pesan dan harapan saya itu masih tetap relevan untuk Jurnas pegang dan jalankan di dalam mengembangkan media masa ini, sesuai dengan tekad Saudara-saudara yang baik.
Â
Dalam peringatan hari ulang tahun yang keempat ini, saya ingin menyampaikan dua hal. Pertama adalah harapan saya selaku Kepala Negara terhadap Jurnas dalam kontribusinya untuk pematangan demokrasi, itu yang pertama. Sedangkan yang kedua, saya ingin mengangkat satu isu, khusus yang menjadi perhatian dunia dan juga perhatian bangsa kita, yaitu yang disebut dengan green economy, ekonomi yang sustainable, ekonomi yang berwawasan lingkungan, ekonomi yang membawa kemashalatan bagi seluruh umat manusia dan tentunya bagi bangsa kita.
Â
Saya mulai dari bagian pertama, harapan saya kepada Jurnas. Pertama, tentu saya mendukung penuh freedom of the press yang hadir di negeri kita. Kebebasan pers atau kemerdekaan pers ini sebagaimana yang kita ketahui adalah pilar penting dalam kehidupan demokrasi. Dulu kita pernah mengalami defisit dalam freedom of the press. sekarang barangkali kita merasakan surplus dalam freedom of the press. yang penting jaga dengan penuh kehormatan dan tanggung jawab sesuatu yang amat mahal dan mulia ini, yang kita banggakan kehadirannya sejak dulu di Indonesia, sekali lagi freedom of the press. Napoleon pernah mengatakan bahwa pena wartawan lebih tajam dibandingkan pedang, pedang militer, maknanya dalam. Dan saya berpesan sekali lagi, jalankanlah freedom of the press ini dengan penuh amanah kemuliaan dan tanggung jawab.
Â
Yang kedua, mengapa kemerdekaan pers ini penting, Saudara-saudara, dan mesti kita jaga terus. Tiada lain harus saya awali bahwa dengan menjaga kebebasan pers maka kita juga bisa menjaga kebebasan berpendapat dan berekspresi warga negara, semua, yang itu sejatinya adalah cerminan dari kedaulatan rakyat. Publik dengan adanya kebebasan pers itu akan memiliki informasi yang diperlukan tentang apa yang dilakukan oleh power holder. Siapa? Tiada lain adalah para pejabat negara yang sedang mengemban amanah baik dari eksekutif, legislatif, maupun yudikatif.
Â
Rakyat tahu apa yang dilakukan oleh para pejabat negara itu, dan ini tentunya memenuhi prinsip transparansi dan akuntabilitas dari semua yang mendapatkan mandat dari rakyat untuk memimpin negeri ini. Juga akan tersedia ruang publik, karena ada kebebasan pers, untuk sebuah pertukaran ide, aspirasi dan berbagai kepentingan yang berkembang dalam masyarakat. Dengan demikian pers ikut menjaga agar tercegah dominasi dan hegemoni ide, aspirasi, dan kepentingan. Oleh karena itu, harapan dan pesan saya kepada Jurnas sediakan ruang yang fair, yang adil, yang berimbang.
Â
Jangan terlalu tebang pilih, karena lazimnya di negeri manapun ada agenda setting, ada haluan, ada posisi dari media masa meskipun ingin tetap mempertahankan ideliasme. Oleh karena itu, pragmatisnya saya harus mengatakan jangan terlalu tebang pilih, untuk mewadahi ide, aspirasi dan kepentingan dari berbagai pihak. Yang lain, yang ingin saya sampaikan adalah dengan adanya kebebasan pers, tersedia akses bagi publik untuk berpartisipasi dalam politik, dan ikut pula dalam diskursus atau wacana yang sering berkembang di masyarakat, sehingga diskursus itu akan terasa utuh dan lengkap. Juga, kalau Jurnas bisa benar-benar menjaga kebebasan pers dan memberikan ruang yang cukup bagi publik kita, maka akan terjadi keseimbangan di antara pilar-pilar demokrasi dalam berkomunikasi dengan publik, dalam mewartakan apa yang dilakukan atau menjadi pemikiran-pemikirannya.
Â
Saya sebut disini eksekutif, legislatif, yudikatif, NGO atau LSM atau civil society dan pers sendiri. Karena pilar-pilar itu harus berada dalam keseimbangan yang positif bagi sehatnya kehidupan politik dan demokrasi itu. Oleh karena itu, kita menyadari betapa insan pers memiliki tanggung jawab yang sangat mulia, dan privillage, Â yang tidak mudah dibandingkan dengan siapa pun. Oleh karena itu, saya berharap Saudara-saudara, utamanya wartawan Jurnas, dapat menggunakan "kekuasaan" dan privillege itu dengan tepat dan benar.
Â
Sebagaimana yang sering saya katakan di hadapan para wartawan selama ini, kita ingin terus menjaga agar pemberitaan, pewartawaan, coverage di berbagai media massa cetak, maupun elektronik itu tetap objektif, dan senantiasa dapat dijaga kebenarannya, berimbang, cover both side, karena kita tidak mengenal yang namanya bredel, tentu diharapkan ada self sensoring dan tetap menghormati etika jurnalisme dan rule of law yang sama-sama di junjung tinggi oleh seluruh rakyat Indonesia.
Â
Saudara-saudara,
Â
Itulah makna dari kebebasan pers. Itulah peran yang luas dari media massa. Dan bagaimana harapan saya, saya kira harapan rakyat Indonesia jug,a untuk bersama-sama menjaga kemuliaan dari kebebasan atau kemerdekaan pers ini.
Â
Hadirin yang saya hormati,
Â
Industri media massa berkembang pesat sejak awal reformasi, sejak 1998. Kita rasakan sekarang ini. Oleh karena itu, jagalah kompetisi di antara industri media masa dengan sehat, tetaplah menjaga idealisme dan jangan surrender, surrender dalam arti hanya menjadi alat atau bagian dari kekuatan kapital. Ada istilah no money, no news. Tentu dalam kompetisi industri yang begitu keras dan ketat, kita berharap tetap menjaga keseimbangan antara kepentingan industri dan juga idealisme dari dunia media masa kita.
Â
Saya juga ingin mengatakan bahwa pers itu memiliki yang saya sebut influential capacity, jangkauan yang menembus sangat dalam dan luas di masyarakat luas. Lebih dari apa yang bisa dilakukan oleh pemerintah, oleh parlemen, oleh lembaga manapun di negeri ini. Dan ini juga berlaku secara universal, influential capacity, menjangkau karena pemberitaan Saudara baik cetak maupun elektronik di segala lapisan masyarakat. Oleh karena itu, sekali lagi saya mengingatkan, mari kita jaga semuanya itu dengan penuh kemuliaan dan tanggung jawab.
Â
Saya berharap asosiasi wartawan, asosiasi industri media massa, Dewan Pers, Komisi Penyiaran Indonesia terus berperan secara positif, karena peran Saudara semua menjadi pelengkap dari upaya bersama untuk menjaga kemerdekaan pers yang membawa manfat bagi kehidupan masyarakat, bangsa dan negara. Itulah bagian pertama dari pidato saya, harapan, pesan, dan ajakan kepada insan pers, industri media masa dan bahkan segenap komponen bangsa. Untuk satu sisi menjaga kemerdekaan pers ini, disisi lain memastikan kemerdekaan pers ini kontributif terhadap upaya memajukan kehidupan bangsa, menuju masa depan yang lebih baik.
Â
Saudara-saudara,
Â
Bagian yang kedua atau yang terakhir, sebagaimana yang saya janjikan tadi. Saya ingin meminta perhatian Saudara atas satu isu besar yang patut kita pedulikan, dan bukan hanya pedulikan tapi, insya Allah kita jalankan dengan baik ke depan ini, yaitu bagaimana kita menuju atau membangun green economy. Diberbagai kesempatan di dalam dan di luar negeri, saya mengatakan bahwa green economy itu menjadi semacam ideologi ekonomi baru pada tingkat dunia di abad ke 21. Mengapa saya mengatakan seperti itu? New world ideology in the 21st century dalam bidang ekonomi.
Â
Pertama, dunia di abad 21 menghadapi tantangan maha besar, yaitu perubahan iklim atau climate change. Dampaknya sudah kita rasakan di seluruh dunia. Yang kedua, di sadari atau tidak, dunia juga menghadapi tantangan di dalam membangun kesejahteraan bagi seluruh bangsa di dunia secara adil dan berkelanjutan. Terutama yang berkaitan dengan tersedianya pangan, energi, dan air yang cukup bagi 6,8 miliar manusia di dunia yang jumlahnya masih akan terus bertambah. Ini isu besar saudara-saudara. Elemen dari green economy itu tiada lain adalah sebuah ekonomi yang dibangun dan dijalankan yang bisa mengatasi perubahan iklim, yang bisa mencegah makin membesarnya emisi gas rumah kaca. Kalau business as usual yang terjadi, gelap masa depan bumi kita, dunia kita.
Â
Oleh karena itu, kita harus menghentikan dan membalik, to reverse the trend. Itu elemen pertama, sedangkan elemen kedua mengingat bumi kita tidak berkembang, ditambah dengan kerusakan yang sistematis tejadi dan manusia di dunia jumlahnya bertambah dan makin banyak yang memerlukan keperluan hidupnya, saya sebut secara khusus pangan, energi dan air, maka green economy elemennya adalah sebuah tata kehidupan di dunia dan di negara kita yang tidak menguras sumber-sumber energi, pangan, dan air. Dua elemen itu keep in our mind, green economy, ekonomi yang terus berkembang yang bisa meningkatkan kesejahteraan rakyat tetapi di satu sisi tidak memperburuk masalah perubahan iklim dan yang kedua tidak menguras sumber-sumber daya alam yang tidak semestinya. Pertanyaannya kemudian adalah lantas apa yang bisa dilakukan oleh masyarakat dunia, yang bisa dilakukan oleh bangsa Indonesia atau pilar-pilarnya, agar green economy itu bisa kita jaga?
Â
Yang pertama adalah kebijakan yang benar, correct policy, semua negara di dunia termasuk Indonesia. Yang kedua kontribusi ilmu pengetahuan dan teknologi, diaplikasikan untuk kepentingan itu, dan yang ketiga yang tidak kalah pentingnya dan saya meminta betul peran media masa di Indonesia ini adalah membangun mind set atau cara pandang, nilai, behaviour, gaya hidup masyarakat yang tidak rakus, greedy, yang tidak boros, yang tidak mudah menguras sumber daya alam ciptaan Allah Subhaanahu wa Ta'alaa, tetapi dengan penuh tanggung jawab, ingat anak cucu menggunakannya secara efisien. Itulah yang menjadi sangat penting untuk kita jalankan semua.
Â
Mumpung belum terlambat, saya ingin mengingatkan seperti apa yang terjadi, atau kasus yang baru kita lihat di Amerika Serikat. Terjadinya kecelakaan, minyak tumpah yang dibuat oleh sebuah maskapai minyak terkenal di dunia, akibatnya bisa menjadi akan terjadi perubahan besar dalam bisnis perminyakan di dunia. Akan ada regulasi-regulasi baru di dunia. Tidak semudah itu mendapatkan liason untuk drilling di lautan misalnya. Ataupun juga di daratan yang bisa menimbulkan malapetaka dan pencemaran lingkunga,. kalau itu terjadi bisa jadi tidak semudah itu dunia memproduksi minyak-minyak mentah ataupun energi yang berasal dari fosil, kalau itu terjadi bisa terjadi kelangkaan, shortage, dari bahan bakar minyak untuk keperluan masyarakat sedunia. Ingat tahun 2010 ini diperkirakan tiap hari manusia sedunia memerlukan sekitar 90 juta barel minyak mentah, sangat besar. Sepuluh tahun lagi bisa mencapai 100 juta barel minyak mentah perhari. Sepuluh tahun berikutnya lagi bisa mencapai 110 juta barel minyak mentah per har,i manakala business as usual dipertahankan.
Â
Dengan kejadian ini yang ingin saya ceritakan apa yang terjadi, kalau kita bergantung absolut kepada minyak, harga minyak akan meroket. Kalau harga minyak akan meroket memukul semua perekonomian di dunia. Ingat Saudara-saudara, dari APBN kita lebih dari 20 %, seperlimanya itu untuk mensubsidi, yang terbesar subsidi minyak dan subsidi listrik yang juga karena minyak. Kalau itu bisa kita kurangi karena perubahan pola kehidupan di negeri ini, maka jumlah ratusan triliun itu bisa kita gunakan untuk membangun yang lain. Kita gunakan untuk pendidikan, kesehatan, mengurangi kemiskinan, menciptakan lapangan pekerjaan dan sebagainya. Ini sangat-sangat mendasar, dulu waktu harga minyak meroket, kita semua sadar, mari kita secara serius meninggalkan ketergantungan pada minyak yang berasal dari fosil, minyak bumi, batu bara dan gas dan kita masuk pada energi terbarukan, luar biasa semangatnya. Kita rasakan 2008, 2009 begitu harga minyak turun lupa lagi kita, semangat itu kendor, barangkali, ah, nggak terlalu mahal, ini lampu kuning. Jangan ketika kita dihimpit beban yang berat baru kita ribut sebelum malapetaka datang mari kita melakukan segala sesuatu agar tidak terjadi malapetaka itu.
Â
Yang ingin saya sampaikan adalah berkaitan dengan green economy, berkaitan dengan persoalan minyak dan energi dunia. Sekaligus pangan dan air maka untuk negeri kita, green economy yang akan kita bangun termasuk kebijakan dan langkah-langkah kita, kita harus mulai sekarang melakukan gerakan meninggalkan ketergantungan mutlak pada energi yang berasal dari fosil dan mengembangkan secara besar-besaran energi terbarukan, termasuk panas bumi, termasuk sumber-sumber energi yang lain. Mungkin ini kurang menarik berita seperti ini, karena dianggap ini masih jauh, masih aman-aman saja. Kita punya tanggung jawab sejarah, untuk anak cucu kita, untuk masa depan kita, untuk negara kita. Oleh karena itu, saya minta dukungan pers, dukungan media masa, bangun pemahaman kesadaran mindset rakyat kita, bangsa kita untuk betul-betul menuju energi terbarukan dan pelang-pelang moving a way from energi yang berasal dari fosil.
Â
Yang kedua, yang saya juga minta bantuan pers ke depan. Dalam pengembangan produksi pangan pertanian, mari betul-betul kita menuju pertanian yang memiliki produktivitas yang tinggi dan tidak harus merambah lahan apalagi itu kawasan hutan. Yang kita pilih sustainable agriculture, produksi pangan harus meningkat, kita menuju ke ketahanan pangan, kita menuju ke swasembada komoditas-komoditas strategis untuk rakyat kita, untuk masyarakat sedunia tanpa harus merusak lingkungan apalagi hutan-hutan. Oleh karena itu, green economy di dalam dunia pertanian adalah sustainable agriculture dengan meningkatkan productivity, dengan research development and technological innovation dan kemudiaan stay away dari upaya merusak hutan yang justru menjadi paru-paru dunia untuk kita semua.
Â
Dan yang terakhir masih dalam green economy, air jangan dikira terus melimpah ruah. Air makin langka, air makin sedikit, lihat itu tayangan televisi, di Afrika, di banyak negara mereka berebut bahkan dengan kekerasan untuk air. Jerigen demi jerigen, gelas demi gelas, mari kita sadar. Meskipun Indonesia dari 8 juta kilometer persegi, ¾-nya lautan tidak berarti sumber air bersih, sumber air minum kita melimpah ruah. Mari benar-benar kita bangun budaya untuk hemat air, menyelamatkan sumber-sumber air dan menggunakan air secara efisien. Ini titipan saya melalui media ulang tahun Jurnas ini. Kepada insan pers dan media massa titip untuk di komunikasikan ke seluruh Indonesia. Sekali lagi ini bukan hot topics, bukan hot issues, bukan hot news yang menarik, tapi kalau para wartawan, insan media masa sudi untuk mewartakan ini pahalanya akan sangat tinggi, tambah rezeki, tambah iklan, tambah dan sebagai-sebagainya.
Â
Itulah yang ingin saya sampaikan. Sudah dua yang saya sampaikan pesan kepada Jurnas, sejatinya juga ajakan dan harapan kepada dunia media masa di negeri kita, dan yang kedua, khusus tadi tentang green economy yang itu juga lekat pada ajaran agama, dan tanggung jawab moral kita sebagai umat manusia, umat hamba Tuhan yang punya tanggung jawab untuk masa depan dan anak cucu kita.
Â
Demikianlah Saudara-saudara, selamat sekali lagi Jurnas.
Terima kasih atas perhatiannya
Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Â
Biro Naskah dan Penerjemahan,
Deputi Mensesneg Bidang Dukungan Kebijakan,
Sekretariat Negara RI