Sambutan Presiden RI pada Pembukaan Intl Microfinance Conference, Yogyakarta, 22 Oktober 2012

 
bagikan berita ke :

Senin, 22 Oktober 2012
Di baca 825 kali

SAMBUTAN

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PADA ACARA

PEMBUKAAN INTERNATIONAL MICROFINANCE CONFERENCE

DI HOTEL SHERATON MUSTIKA, YOGYAKARTA

TANGGAL 22 OKTOBER 2012

 

 

 

Bismillahirrahmanirrahiim,

 

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh,

 

Salam sejahtera untuk kita semua,

 

Yang saya hormati Saudara Ketua Mahkamah Konstitusi, para Menteri, para anggota DPR RI, Utusan Khusus Presiden Bidang Penanggulangan Kemiskinan, Saudara Direktur Utama Bank Rakyat Indonesia, Bung Sofyan Basir,

 

Yang saya muliakan para Duta Besar Negara Sahabat dan para Pimpinan Organisasi-organisasi Internasional, Saudara Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta, dan para Pejabat Negara yang bertugas di Yogyakarta,

 

Yang saya hormati, tamu terhormat kita, Bapak Professor Mohammad Yunus, peraih Nobel Laureate di Bidang Perdamaian, sahabat saya, dan juga Bapak Microfinance,

 

Yang saya hormati Dr. Larry Reed, Director of Global Microcredit Summit Campaign, yang tadi memberikan sambutan,

 

Para Pimpinan Dunia Usaha, para Pelaku Microfinance dan Peserta Konferensi sekalian, baik dari dalam maupun luar negeri yang saya muliakan,

 

Saya mengajak Hadirin sekalian untuk sekali lagi, memanjatkan puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, Allah SWT, karena kita semua dapat menghadiri acara yang sangat penting, hari ini, di Yogyakarta, yaitu Konferensi Internasional tentang Keuangan Mikro. Saya mengucapkan selamat untuk melaksanakan konferensi ini. Semoga dengan konferensi ini, dapat ditingkatkan kerja sama dan gerakan sedunia untuk menyukseskan microfinance dan microcredit. Saya juga mengucapkan selamat datang kepada pembicara dan peserta konferensi, utamanya dari negara-negara sahabat, dengan harapan di samping Saudara-saudara menghadiri konferensi ini, semoga dapat pula menikmati keindahan alam serta warisan sejarah dan budaya yang amat tinggi, dan khas yang ada di Daerah Istimewa Yogyakarta ini.

 

Saya, atas nama Pemerintah dan Rakyat Indonesia, ingin menyampaikan apresiasi khusus saya kepada Professor Mohammad Yunus dan juga Dr. Larry Reed, atas kepemimpinan dan kepeloporannya dalam tingkat global dalam mengembangkan gerakan keuangan mikro dan juga kredit mikro, serta atas partisipasi dan kontribusinya dalam konferensi yang dilaksanakan di Yogyakarta, Indonesia kali ini.

 

Hadirin yang saya hormati,

 

Tadi Dr. Larry Reed telah menyampaikan satu letter of recognition yang sesungguhnya ditujukan kepada bangsa Indonesia melalui saya. Oleh karena itu, dengan penuh rasa syukur dan dengan segala kerendahan hati, saya mengucapkan terima kasih atas penganugerahan letter of recognition ini dan semoga dengan penganugerahan penghargaan ini, saya mengajak segenap pelaku microfinance yang ada di Indonesia dan seluruh rakyat Indonesia untuk betul-betul lebih gigih lagi berjuang dan mengembangkan kebijakan serta gerakan kredit mikro dan keuangan mikro ini agar kita lebih berhasil lagi di dalam menanggulangi kemiskinan, di dalam mengurangi pengangguran, dan di dalam mencegah melebarnya kesenjangan di negeri kita.

 

Hadirin yang saya hormati,

 

Tema utama konferensi kali ini, sebagaimana disampaikan oleh Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah tadi, adalah Towards Microfinance Sustainability dan Financial Inclusion. Tema ini, saya kira kita setuju, tepat dan relevan, dengan permasalahan dan tantangan pembangunan dewasa ini, terutama tantangan untuk menurunkan angka kemiskinan dan juga angka pengangguran, bukan hanya di Indonesia tapi hakekatnya juga di seluruh dunia. Saya yakin dalam konferensi yang akan berlangsung selama dua hari ini, tema ini akan dielaborasi oleh para pembicara dan para peserta konferensi. Oleh karena itu, saya tidak ingin masuk kepada wilayah yang terlalu teknis, tetapi saya ingin menggunakan kesempatan yang baik ini untuk mengajak Saudara semua sungguh memahami mengapa gerakan microfinance, microcredit, dan financial inclusion ini harus betul-betul kita sukseskan.

 

Tadi kita mendengar apa yang disampaikan oleh Saudara Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta dan juga Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah, yang menggambarkan sekali lagi betapa pentingnya upaya pengurangan kemiskinan dan pengangguran yang salah satunya bisa dilakukan melalui pemberian kredit mikro. Melalui pengembangan keuangan mikro dan juga gerakan financial inclusion.

 

Saudara-saudara,

 

Salah satu misi besar kita, kita semua adalah menanggulangi kemiskinan sedunia dan kemudian terus meningkatkan kesejahteraan rakyat di seluruh dunia. Untuk mencapai tujuan dan sasaran besar itu maka bangsa-bangsa di dunia sebagaimana kita saksikan sekarang ini, utamanya negara-negara berkembang, terus melakukan pembangunan nasionalnya utamanya melalui jalur pembangunan ekonomi. Pembangunan ekonomi sesungguhnya memiliki sejumlah sasaran utama, antara lain terciptanya pertumbuhan ekonomi yang sustain dan sustainable, berkurangnya pengangguran, terjaganya stabilitas harga dan akhirnya berkurangnya kemiskinan di seluruh dunia. Di Indonesia, untuk mencapai sasaran-sasaran itu kita telah mengembangkan strategi pembangunan ekonomi empat jalur yaitu strategi pro pertumbuhan, pro lapangan pekerjaan, pro pengurangan kemiskinan dan pro pemeliharaan lingkungan. Dalam formulasi yang lain, inilah yang sering saya sebut dengan istilah sustainable growth with equity, yang belum lama ini saya sampaikan di hadapan peserta Rio+20 Summit di Rio de Janeiro, Brasil. Juga saya sampaikan beberapa saat yang lalu di depan Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa dan belum lama juga saya sampaikan di hadapan Sidang High Level Panel of Eminent Persons on the Post 2015 Development Agenda yang Saudara tahu, saya mendapatkan kehormatan bersama Presiden Liberia dan Perdana Menteri Inggris untuk menjadi Ketua Bersama dalam panel tersebut.

 

Dalam praktiknya, Saudara-saudara, pembangunan nasional yang dilaksanakan di seluruh dunia itu menghadapi dua permasalahan dan tantangan utama, tentu banyak tantangannya, banyak permasalahannya tetapi saya hanya ingin mengangkat dua hal yang menurut saya patut menjadi perhatian kita. Pertama, tidak mudahnya menurunkan angka kemiskinan dan pengangguran, tidak mudah, apalagi di tengah ketidakpastian perekonomian global dewasa ini. Yang kedua, tanpa disadari, di tengah-tengah kisah sukses negara-negara yang ekonominya tumbuh, termasuk emerging economies, adalah melebarnya kesenjangan antara si kaya dan si miskin. Inilah yang saya sebut dengan isu tentang inequality, yang apabila tidak kita tangani secara bijak dan tepat, akan menimbulkan permasalahan baru di negara-negara yang sedang membangun.

 

Saudara-saudara,

 

Dengan pemahaman itu, maka menurut pendapat saya, jawaban dan solusinya adalah diperlukan keterpaduan antara, di satu sisi, mekanisme ekonomi, baca: mekanisme pasar, dengan kebijakan dan program pemerintah yang memiliki sasaran langsung untuk mengurangi kemiskinan, mengurangi pengangguran, dan kesenjangan. Yang harus bekerja dalam tatanan perekonomian dunia dalam praktik kehidupan ekonomi di negara mana pun, menurut pendapat saya adalah di invisible hands. Itulah yang kerap kita sebut dengan mekanisme pasar, dan juga the visible hands. Tangan-tangan yang kentara, yang sesungguhnya adalah apa yang dilakukan oleh pemerintah dan negara. Pasar sering tidak bisa menciptakan keadilan, pasar sering meninggalkan mereka yang tertinggal dalam mekanisme pasar, dan apabila dibiarkan tidak ada visible hands, tidak ada tangan-tangan pemerintah dengan sebutlah intervensi yang positif, yang proporsional, maka tidak kita sadari, pasar atau ekonomi akan menghadirkan ketimpangan dan ketidakadilan. Oleh karena itulah, sebenarnya apa yang kita lakukan ini memadukan dari sesuatu yang harus dipadukan dengan tepat dan bijak. Pasar kita perlukan karena untuk efisiensi. Tetapi ketika pasar gagal untuk menghadirkan keadilan dan menolong si lemah maka tugas negara, tugas pemerintah untuk melakukan kewajiban itu.

 

Dengan pendekatan seperti itu, Saudara-saudara, ke hadapan para peserta konferensi, utamanya dari negara-negara sahabat, saya ingin menyampaikan apa yang diimplementasikan di Indonesia.

 

Saudara-saudara,

 

Indonesia mengembangkan sejumlah kebijakan dan program aksi. Dalam kaitan ini, dalam konteks ini, pertama adalah menyalurkan kredit mikro, baik yang dengan atau tanpa jaminan pemerintah. Yang dengan jaminan pemerintah, tadi kita lihat tayangannya di layar di hadapan Saudara-saudara, kita sebut dengan Kredit Usaha Rakyat dan progress-nya bagus. Sejak saya luncurkan pada tahun 2007, total kredit mikro yang dialirkan kepada masyarakat, utamanya pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah, telah mencapai Rp 87 trilyun atau setara dengan US$ 9,5 milyar. Dengan dana sebesar itu, telah digerakkan lebih dari 7 juta unit usaha mikro, kecil, dan menengah. Yang menonjol dari skim ini, dari Kredit Usaha Rakyat ini, adalah nonperforming loan atau kredit macet itu rendah. Jauh lebih rendah dibandingkan dengan skim pinjaman konvensional non-KUR. Dan dengan pemberdayaan masyarakat melalui kebijakan KUR ini, ternyata fakta menunjukkan bahwa kemiskinan dan pengangguran secara bertahap telah dapat kita turunkan. Angka kemiskinan di Indonesia sekarang ini sekitar 12% dan angka pengangguran sekitar 6%. Meskipun sudah menurun tetapi kami, Pemerintah Republik Indonesia, akan bekerja lebih keras lagi bersama-sama mitra kami di negeri ini untuk lebih menurunkan angka kemiskinan dan pengangguran itu.

 

Yang kedua, guna membangun perasaan aman masyarakat apalagi di tengah-tengah ekonomi dunia yang bergejolak seperti ini, maka tentu masyarakat memerlukan yang disebut dengan economic security. Oleh karena itu, Indonesia terus mengembangkan gerakan keuangan untuk semua, financial inclusion, misalnya melalui sistem dan skim tabungan bagi masyarakat berpenghasilan rendah atau berpenghasilan sangat rendah. Kepada mereka, diberikan kemudahan, keringanan, dan bahkan penggratisan atas jasa perbankan sehingga mereka bisa menabung seberapa pun yang mampu mereka tabung. Gerakan ini kita sebut dengan Gerakan Tabunganku, My Saving Program, dan sejak kita luncurkan pada tahun 2010 yang lalu, telah menghasilkan 2 juta rekening tabungan baru dari mereka yang berpenghasilan rendah dan sangat rendah, dan dana yang terkumpul hingga hari ini mencapai US$ 200 juta atau setara dengan Rp 2 trilyun.

 

Yang ketiga, ke depan ini, Saudara-saudara, Indonesia, kami, tengah mematangkan strategi nasional pembangunan sektor keuangan yang inklusif. Di sini diharapkan, sebagaimana yang sedang kita lakukan sekarang ini, pemerintah, swasta, dan masyarakat bekerja sama dengan cara memperluas pelayanan bank tanpa cabang atau branch less bank yaitu satu skim kerja sama di antara perbankan dengan perusahaan telekomunikasi dan dengan pedagang ritel. Ini semua ditujukan untuk mengurangi biaya pelayanan bank.

 

Hadirin yang saya hormati,

 

Itu sejumlah kebijakan dan program aksi yang dilaksanakan oleh Pemerintah Indonesia untuk benar-benar menyukseskan gerakan microfinance, microcredit, dan financial inclusion. Sedangkan hal penting yang perlu saya sampaikan dan merupakan ajakan Indonesia kepada dunia, kepada negara-negara sahabat, kepada lembaga-lembaga internasional, yang memiliki kepedulian pada wilayah ini adalah kerja sama global yang melibatkan semua pemangku kepentingan harus terus kita tingkatkan. Siapa yang harus bekerja sama? Negara dan pemerintah, forum-forum seperti G-20 and regional economic grouping, World Bank, IMF, and regional development banks, dan private sectors di seluruh dunia. Indonesia akan terus berperan secara aktif untuk menggalang kerja sama global ini. Di forum G-20 misalnya, saya selalu mengangkat isu pembangunan, narrowing gap of development, financial inclusion, social protection, food security, dan sebagainya. Saudara tahu, di tingkat G-20 agenda utamanya biasanya membahas tentang perlunya menjaga strong growth pada tingkat global, perlunya menjaga financial stability pada tingkat dunia, perlunya membikin ekonomi more balance. Tetapi bagi Indonesia urusan financial inclusion, urusan development, urusan narrowing the gap of the development, dan yang saya sebutkan tadi, itu sangat-sangat penting dan itu menjadi agenda kita. Saya kira 192 negara, yang hanya 20 negara yang diwakili dalam G-20, sangat berharap bahwa forum itu tidak lupa untuk membahas isu-isu yang menjadi kepedulian dari bangsa-bangsa yang tergolong negara berkembang.

 

Di Los Cabos beberapa saat yang lalu, bersama Presiden Meksiko, Presiden Chile, dan Princess Maxima dari Belanda, saya ikut meluncurkan yang disebut dengan global network bagi financial inclusion. Semangatnya sama. Satu ajakan kepada bangsa-bangsa sedunia agar kita bisa bekerja sama lebih efektif untuk menyukseskan gerakan financial inclusion ini.

 

Di ASEAN sendiri, kami telah membentuk satu kerangka kerja sama yang disebut dengan ASEAN Framework for Equitable Economic Development. Kemudian secara bilateral, Indonesia juga terus meningkatkan kerja sama dengan World Bank, dengan IMF, dengan Asian Development Bank, dan Islamic Development Bank, untuk menyukseskan gerakan financial inclusion, microfinance, dan microcredit.

 

Dengan apa yang saya sampaikan itu, Saudara-saudara, langkah ke depan kita, gerakan nasional di Indonesia sendiri, masih perlu ditingkatkan. Saya yakin negara-negara lain juga menganggap pentingnya upaya yang efektif dan sinergis dari semua pelaku, dari semua pemangku kepentingan, untuk meningkatkan gerakan financial inclusion ini.

 

Yang kedua, juga diperlukan kerja sama dan kemitraan internasional yang lebih baik, yang lebih efektif. Oleh karena itu, dengan memahami apa yang harus kita lakukan ke depan ini, saya sungguh berharap, Saudara-saudara, dalam konferensi ini kita bisa berbagi pengalaman termasuk best practices dalam pengembangan dan pengelolaan dunia keuangan mikro. Saya sangat berharap Profesor Yunus, sahabat saya, bisa berbagi pengalaman beliau dan semua pembicara dari dalam dan dari luar negeri, untuk bersama-sama memikirkan apa yang harus kita lakukan, baik secara nasional maupun secara internasional. Alangkah baiknya, meskipun konferensi ini hanya berlangsung selama dua hari, juga bisa dipikirkan strategi dan cara-cara yang efektif bagi kerja sama internasional di masa depan, karena kalau itu bisa kita laksanakan dengan baik, dampak positifnya juga akan dilaksanakan di semua negara.

 

Dan terakhir, saya ingin mengingatkan kepada kita semua bahwa microfinance, microcredit, dan financial inclusion itu bukan tujuan akhir. Tujuan akhir yang hendak kita capai tiada lain adalah berkurangnya kemiskinan, berkurangnya pengangguran, berkembangnya koperasi, usaha mikro, kecil, dan menengah, tercegahnya kesenjangan yang makin lebar, terpenuhinya rasa aman masyarakat kita, economic security, apalagi dalam dunia yang masih mengalami resesi dan sejumlah krisis perekonomian sekarang ini. Dan yang terakhir, terbukanya akses perbankan bagi rakyat berpenghasilan sangat rendah. Kalau semua sasaran itu dapat dicapai, maka saya yakin, saya kira Saudara juga setuju, negara dan dunia kita akan makin aman dan damai, makin adil, dan makin sejahtera. Dan saya kira akan banyak lagi pengikut Profesor Yunus, mereka-mereka yang mendapatkan Nobel Laureate di Bidang Perdamaian, karena through microfinance kita bisa menciptakan dunia yang lebih aman dan damai, international peace and security, yang menjadi charter dari Perserikatan Bangsa-Bangsa.

 

Itulah Saudara-saudara yang dapat saya sampaikan. Dan akhirnya dengan terlebih dahulu memohon ridho Allah SWT dan dengan mengucapkan bismillahirrahmanirrahiim, Konferensi Internasional tentang Keuangan Mikro pada tahun 2012 ini dengan resmi saya nyatakan dibuka.

 

Wassalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

 

 

 

Asisten Deputi Naskah dan Penerjemahan,

Deputi Bidang Dukungan Kebijakan,

Kementerian Sekretariat Negara RI