Sambutan Presiden RI pada Peresmian Pembukaan Rapimnas Pemuda Panca Marga, 23-6-2009

 
bagikan berita ke :

Selasa, 23 Juni 2009
Di baca 1080 kali

 

SAMBUTAN

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PADA ACARA

PERESMIAN PEMBUKAAN RAPAT PIMPINAN NASIONAL

PEMUDA PANCA MARGA

DI HOTEL MERCURE, ANCOL, JAKARTA
PADA TANGGAL 23 JUNI 2009

 

 

 

Bismillaahirrahmaanirrahiim,

 

Assalaamu'alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh,

 

Salam sejahtera untuk kita semua,

 

Yang saya hormati para Menteri Kabinet Indonesia Bersatu, Kepala Staf Umum TNI, Wakapolri,

 

Yang saya hormati Sekretaris Jenderal LVRI dan para sesepuh veteran, pejuang negara,

 

Yang saya hormati Saudara Wakil Gubernur DKI Jakarta,

 

Yang saya cintai Ketua Umum Pengurus Pusat Pemuda Panca Marga, para senior Pemuda Panca Marga, para pimpinan organisasi kepemudaan,

 

Keluarga Besar Pemuda Panca Marga yang saya cintai dan saya banggakan,

 

Pada kesempatan yang baik dan semoga senantiasa penuh berkah ini, marilah sekali lagi kita panjatkan puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena kepada kita masih diberikan kesempatan, kekuatan, dan semoga kesehatan untuk melanjutkan karya, tugas, dan pengabdian kita kepada masyarakat, bangsa, dan negara tercinta. Kita juga bersyukur ke hadirat Allah Subhaanahu wa Ta'aala karena dapat bersama-sama menghadiri Pembukaan Rapat Pimpinan Nasional Pemuda Panca Marga yang dilaksanakan pada tahun 2009 ini.

 

Saya didampingi oleh sejumlah Menteri, di samping Menteri Pemuda dan Olahraga dan Sekretaris Kabinet. Mengingat topik yang akan diangkat oleh Rapimnas Pemuda Panca Marga kali ini adalah menyangkut keutuhan NKRI, saya didampingi oleh Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan dan Menteri Pertahanan serta Kasum TNI dan Wakapolri. Dan karena Pemuda Panca Marga juga ingin terus berkontribusi dalam peningkatan kesejahteraan rakyat, sebagaimana menjadi tema pula dalam Rapimnas ini, saya didampingi oleh Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat. Dengan demikian, apa yang saya sampaikan pada acara yang penting ini kiranya juga nanti bisa menjadikan upaya kita bersama untuk benar-benar menjaga kedaulatan dan keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia dan terus meningkatkan kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia.

 

Kepada peserta Rapimnas, saya juga mengucapkan selamat datang di Jakarta, selamat melaksanakan Rapimnas, semoga Rapat Pimpinan ini lebih meningkatkan lagi tekad, semangat, dan pengabdian Pemuda Panca Marga kepada bangsa dan negara tercinta. Saya juga berharap hasil dari Rapimnas ini, terutama yang berkaitan dengan kehidupan bernegara di masa depan, juga dapat disumbangkan kepada negara, kepada pemerintah, dan tentunya kepada Presiden terpilih, siapapun Presiden terpilih itu, sebagai kecintaan dan sumbangsih Pemuda Panca Marga kepada bangsa dan negaranya.

 

Hadirin yang saya hormati,

 

Khususnya kepada keluarga besar Pemuda Panca Marga, atas nama negara, atas nama pemerintah, dan selaku pribadi, saya mengucapkan terima kasih dan penghargaan atas pengabdian yang dilakukan sejak berdirinya Pemuda Panca Marga hingga hari ini, dengan harapan agar pengabdian itu terus dilanjutkan karena kita ingin masa depan negara kita di masa depan lebih baik dari sekarang ini. Warisi jiwa kepejuangan para veteran, ayahanda-ayahanda kita, ibunda-ibunda kita yang telah mengorbankan jiwa raga, yang telah berbuat yang terbaik pada jamannya untuk mengisi kemerdekaan, untuk membangun kehidupan bangsa dan negara ke arah yang lebih baik.

 

Saudara-saudara,

 

Tema yang diangkat dalam Rapimnas kali ini saya kira relevan, kontekstual, dan sesuai dengan apa yang sedang dilaksanakan oleh bangsa kita utamanya dalam Pemilihan Umum tahun 2009 ini. Kalau yang kalimat pertama, itu sepenuhnya saya serahkan kepada saudara-saudara keluarga besar Pemuda Panca Marga, kita serahkan kepada rakyat Indonesia sambil tentunya menunggu keputusan Tuhan Yang Maha Kuasa siapa yang akan dipilih nanti untuk memimpin negara ini lima tahun ke depan. Tugas saya adalah untuk merespons dua hal, yang saya kira sangat penting yang itu menjadi kepedulian kita semua, bagaimana kehidupan kita ini makin ke depan makin sejahtera, dan tentunya bagaimana negara yang kita proklamasikan pada tanggal 17 Agustus 1945 tetap tegak berdiri, merdeka, bersatu, dan berdaulat, dan tentunya juga adil dan makmur. Demikian cita-cita para pendiri Republik yang tercantum dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945.

 

Saudara-saudara,

 

Rasanya cocok, tepat, relevan, kalau Pemuda Panca Marga mengangkat permasalahan kedaulatan, kemandirian, keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Dan juga cocok kalau sebagai agen pembangunan Pemuda Panca Marga juga sangat peduli dan ikut mengambil bagian dalam meningkatkan kesejahteraan rakyat Indonesia. Saya menangkap butir-butir pidato dari Saudara Erdin Odang tadi, mudah-mudahan kita semua sungguh bisa menjaga kedaulatan dan keutuhan negara yang sama-sama kita cintai.

 

Oleh karena itu dalam sambutan saya ini, saya ingin menyampaikan tiga hal secara singkat yang berkaitan dengan tema yang diangkat dalam Rapimnas ini. Pertama adalah, saya mulai dari yang menjadi hajat hidup orang banyak, yaitu kesejahteraan rakyat, karena kita membangun tujuannya adalah agar rakyat kita makin sejahtera.

 

Yang kedua, saya ingin menyampaikan bagaimana kita semua harus bersama-sama menjaga kedaulatan negara kita. Sedangkan yang ketiga, ini persoalan yang juga sangat penting apalagi kita hidup dalam era globalisasi sebagaimana yang saya sampaikan dalam pidato hari Kebangkitan Nasional tahun lalu yaitu soal kemandirian kita sebagai bangsa yang berdaulat. Saya ingin menyampaikan satu persatu secara ringkas.

 

Saudara-saudara,

 

Kalau kita bicara kesejahteraan rakyat bukan hanya yang nampak serba lahir tetapi juga yang ada dalam batin, dalam pikiran, dalam hati rakyat kita. Oleh karena itu, yang saya sampaikan ini satu demi satu tidak akan saya rinci karena Saudara sudah memahami semua adalah elemen utuh kalau kita bicara kesejahteraan rakyat.

 

Pertama pangan. Alhamdulillah, kita makin memiliki ketahanan pangan yang tinggi. Bukan hanya berswasembada beras tetapi kita sudah mencapai produksi berlebih atau surplus pada beras, swasembada jagung, swasembada gula konsumsi, tinggal kedelai dan daging sapi, yang lainnya sudah, daging ayam, telor, cabe, bawang, sayur, buah bahkan kita mengekspor sandang. Saya kira, alhamdulillah, kita tidak lagi mengalami kesulitan dalam mengkonsumsi sandang. Papan terus kita lakukan untuk meningkatkan kepemilikan rumah dan pemerintah memberikan bantuan dengan kebijakan yang tepat bagi saudara-saudara kita yang tidak berkemampuan untuk membangun rumahnya sendiri dengan berbagai macam scheme dan kredit untuk perumahan rakyat atau rumah sederhana baik satu lantai maupun yang susun.

 

Kemudian penghasilan. Ukuran dari kesejahteraan. Income orang seorang terus kita tingkatkan bukan hanya pegawai, bukan hanya guru, bukan hanya TNI, bukan hanya Polri, bukan hanya karyawan swasta tapi juga petani, nilai tukarnya, juga buruh, upahnya, nelayan, semua. Yang miskin pun kita berikan bantuan langsung agar dia memiliki daya beli dan penghasilannya relatif layak untuk kehidupan sehari-harinya.

 

Pendidikan. Tidak ada yang meragukan kita melakukan reformasi di bidang pendidikan dalam empat tahun ini. Bukan hanya anggaran yang mencapai 20 persen tetapi berbagai unsur pendidikan kita bongkar dan kita tingkatkan.

Kesehatan. Saya kira sama dengan pendidikan, kita ingin lebih berkualitas, lebih murah, lebih mudah berobatnya dan yang miskin kita gratiskan.

Lapangan pekerjaan. Kalau pendidikan diberikan kepada mereka-mereka, kalau kesehatan, kita berikan kepada warga kita, mereka punya paling tidak kemampuan untuk mencari lapangan pekerjaan. Oleh karena itu ini kebutuhan dasar. Pendidikan, kesehatan agar dia bisa mendapatkan lapangan pekerjaan. Dengan lapangan pekerjaan dia punya penghasilan. Dengan punya penghasilan kembali hidupnya makin layak.

 

Energi, juga elemen sekarang dari kesejahteraan rakyat. Tanpa energi, tanpa listrik, tanpa bahan bakar tidak mungkin rumah tangga bisa hidup layak.

 

Rasa aman jangan lupa. Rasa aman, tidak ada artinya kecukupan dari segi materi tapi hidupnya tidak aman karena kejahatan, karena gangguan, karena kerusuhan dan hal-hal yang mengancam ketentraman serta keamanan orang seorang, masyarakat kita. Oleh karena itu, itu juga menjadi sasaran dalam bidang kesejahteraan rakyat.

 

Keadilan sangat-sangat penting. Tidak boleh ada ketidakadilan dalam segi hukum. Di muka hukum, equality before the law, bukan retorika tapi kita jalankan. Keadilan gender, kita berikan kesempatan kepada siapapun laki-laki atau perempuan dan tidak ada lagi diskriminasi. Itu amanah Undang-Undang Dasar, itu pilar kehidupan kita, Bhinneka Tunggal Ika.

 

Dan yang terakhir unsur kesejahteraan dalam lingkungan. Bangsa kita tidak sejahtera kalau lingkungannya terancam, masa depan kita, tanah air kita, bumi kita, anak cucu kita. Sebelas elemen itulah paling tidak yang akan menjadi sasaran, sekarang sudah kita lakukan dan tentunya ke depan, lima tahun lagi, lima tahun lagi, lima tahun lagi, menjadi tugas generasi yang akan datang, terus meningkatkan tingkat kesejahteraan rakyat Indonesia. Paling tidak sebelas elemen yang saya sampaikan tadi. Itulah kurang lebih kalau kita bicara kesejahteraan rakyat Indonesia.

 

Saudara-saudara,

 

Saya ingin masuk bagian kedua tentang kedaulatan NKRI. Saya hanya ingin masuk pada beberapa elemen saja menyangkut kedaulatan ini.

 

Pertama adalah keutuhan wilayah. Tidak ada satupun di antara kita yang merelakan satu jengkal tanah pun, satu jengkal wilayah lautan pun yang bisa, yang boleh kita lepaskan kepada bangsa lain, kepada negara lain.

 

Ke dalam negeri tidak ada gerakan separatisme yang kita benarkan. Merah putih harus berkibar dari Sabang sampai Merauke, dari Miangas sampai Pulau Rote. Bahwa menyelesaikan separatisme tidak harus dengan cara militer, dimungkinkan. Yang penting tujuannya utuh, NKRI. Yang penting Merah Putih berkibar. Kalau dengan cara damai, dengan diplomasi, dengan pendekatan di antara sesama warga bangsa bisa selesai, itu yang lebih bermartabat. Kalau tidak ada cara lain tentu dengan pendekatan yang lebih koersif, demi menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Jangan tidak bisa membedakan tujuan dengan alat, ends dan means. Ends kita, tanah air kita, NKRI kita harus tetap utuh dari rongrongan siapapun dari dalam negeri dan juga luar negeri.

 

Ambalat. Muncul masalah ini sejak dua tahun yang lalu, sebenarnya, dua setengah tahun yang lalu. Saya kira sebagian dari Saudara tahu, di tengah keramaian politik waktu itu, pandangan yang bermacam-macam, perang, tidak perang, dan sebagainya, saya berlayar dengan kapal perang menuju ke perairan Ambalat. Saya sampai pada titik batas Indonesia dengan Malaysia. Kalau saya berdiri satu setengah meter sudah Malaysia. Saya minta teropong, saya keker di mana kapal-kapal perang Malaysia, di mana kapal-kapal kita, bordernya di mana. Garis batas yang dipersengketakan seperti apa, dan di mana kita punya keyakinan bahwa itu adalah teritori kita.

 

Saya katakan waktu itu, kalau memang bangsa ini memang pilihannya perang ya perang ayo, saya di depan. Saya di depan, bukan di belakang. Tetapi kalau kita lebih rasional yang penting tidak ada satu meter pun wilayah kita lepas dan kita bisa menyelesaikan tanpa perang. Tidakkah itu yang lebih bermartabat, tidakkah itu yang lebih tepat? Kita tidak harus mengeluarkan anggaran ratusan triliun tiap tahunnya, belasan triliun tiap bulannya, belum korban jiwa, belum cost dari kita punya angkatan darat, angkatan laut, angkatan udara dan sebagainya. Belum dunia melihat kita, katanya ASEAN, katanya zone of peace and freedom, katanya kita ada ASEAN Charter. Katanya ada yang disebut ASEAN Political and Security Community, kenapa berperang di antara sesama anggota ASEAN?

 

Saya memilih dengan melaksanakan perundingan sangat intensif dengan catatan kedaulatan harga mati, tidak boleh sejengkal tanah pun kita lepas kepada siapa pun.

 

Ada yang mengatakan dulu Ligitan, Sipadan lepas. Beda. Ligitan, Sipadan dulu sekali diserahkan kepada Mahkamah Internasional. Ini tidak pernah kita serahkan kepada siapa-siapa karena kita punya keyakinan wilayah itu yang diklaim adalah wilayah kita.

 

Dengan demikian diplomasi itu pilihan, choice, bukan ragu-ragu, bukan tidak tegas, pilihannya perang atau tidak perang. Saya berpegang teguh pada tujuan. Cara, mari kita pilih mana yang lebih civilized. Kalau tidak ada cara lain, kalau tidak ada jalan lain sebagaimana sasanti bangsa Indonesia, cinta perdamaian tetapi lebih cinta kemerdekaan, artinya kedaulatan itu sesuatu yang tidak kita perjualbelikan.

 

Oleh karena itu, untuk dipahami oleh rakyat Indonesia bahwa kita sangat-sangat serius untuk menyelesaikan permasalahan di perairan Ambalat itu. Ketika terjadi insiden, saya sedang berada di, kalau tidak di Korea Selatan saya waktu itu, ingat saya, betul? Saya sedang ada Pertemuan Puncak 10 Pemimpin ASEAN di Jeju Island, Korea Selatan dengan Presiden Korea Selatan, Lee Myung-bak. Saya telepon Panglima TNI, saya telepon Kepala Staf TNI Angkatan Laut, saya telepon Menko Polhukam untuk mengambil langkah-langkah yang tepat. Bilang kalau memang masuk wilayah kita, kita usir dan halau saat itu juga dan sudah diusir, dan sudah dihalau. Tidak pernah dibiarkan, karena sudah berlaku prosedur operasi sejak dua setengah tahun yang lalu. Angkatan Laut kita sudah berpatroli, TNI kita sudah melaksanakan tugas, penjagaan wilayah kita. Tidak ada kata-kata dibiarkan, tidak ada kata-kata takut, tidak ada kata-kata ragu, semua berlangsung sebagaimana yang telah kita tetapkan atas dasar sistem, prosedur dan operasi yang kita jalankan.

 

Saya mengirim utusan ke Malaysia menemui Perdana Menteri Malaysia, saya berbicara telepon dengan Perdana Menteri Malaysia meskipun tidak harus dipublikasikan. Intinya jangan sampai terjadi insiden, kita lanjutkan perundingan yang lebih intensif, lebih konklusif agar bisa selesai. Tidak ada yang tidak kita tangani dengan sesungguh-sungguhnya. Ini akuntabilitas seorang Presiden kepada konstitusinya, kepada negaranya, kepada sejarah dan kepada masa depan.

 

Dengan demikian mari kita jaga bersama-sama termasuk Ambalat agar wilayah itu benar-benar menjadi wilayah negara kita yang tidak bisa diganggu oleh siapapun.

 

Saudara-saudara,

 

Kedaulatan politik bagian dari kedaulatan negara. Saya tetap menjalankan politik bebas aktif. Pernah dulu Indonesia, haluan politik kita kekiri-kirian, pernah kekanan-kananan. Kita harus kembali pada politik bebas aktif. Lima tahun terakhir ini kita membangun yang disebut dengan strategic partnership dengan negara-negara besar, dengan berlandaskan politik bebas aktif.

 

Kami, saya, sebagai Kepala Negara, sebagai Presiden menandatangani banyak sekali dokumen, perjanjian kemitraan strategis. Kita dengan China, kita dengan Rusia, kita dengan Korea, kita dengan Jepang, kita dengan Timur Tengah, kita dengan Eropa, kita dengan Australia dan sebagainya. Sepanjang dia tidak mengganggu kita, tidak mengancam kedaulatan kita, mereka adalah sahabat demi kepentingan Indonesia. Politik bebas aktif.

 

Isu HAM Tim-Tim, baru tiga bulan saya menjadi Presiden, ada surat dari PBB, meminta agar segera diselesaikan isu HAM Tim-Tim. Kalau tidak, sejumlah jenderal kita akan diangkat pada mahkamah internasional. Saya katakan tidak. Saya jawab secara tertulis. Saya jawab secara lisan. Saya bertemu dengan Sekjen PBB, Koffi Anan, beberapa kali. Tidak, biarkan kami Indonesia menyelesaikan sendiri dengan Timor Leste. Dunia waktu itu tidak bersedia. Ini pelanggaran HAM berat, sangat serius. Iya, tapi kami akan menyelesaikan dengan Timor Leste. Pilihan itulah yang melahirkan CTF, Commission of Truth and Friendship, bukan the Commision of Expert yang diinginkan Perserikatan Bangsa-Bangsa. Kita membuktikan bahwa dalam hal itupun kita berani untuk menyelesaikan secara sendiri dan kemudian alhamdulillah, tahun lalu sudah selesai, dan alhamdulillah kita dengan Timor Leste yang harus kita jaga demi keutuhan kita, harga diri kita, martabat kita dan juga persahabatan kita dengan Timor Leste.

 

Lagi-lagi kemandirian di bidang politik. Ketika isu nuklir Iran mengemuka, saya jelaskan kepada Saudara, kepada rakyat Indonesia, kita memilih atas dasar pilihan kita, kepentingan kita. Indonesia, menjadi anggota Dewan Keamanan PBB waktu itu. Pertama kita setuju dengan resolusi, lima belas anggota, lima anggota tetap, sepuluh anggota tidak tetap. Indonesia setuju karena kita pikir setuju dengan resolusi. Kita tidak didikte oleh siapa-siapa waktu itu. Tidak Amerika, tidak Inggris, tidak Prancis, tidak Rusia dan tidak China yang punya hak veto. Tidak siapapun.

 

Ketika resolusi berikutnya lagi, Indonesia berseberangan dengan empat belas anggota Dewan Keamanan PBB, Indonesia satu melawan empat belas, mereka setuju resolusi, kita abstain. Itu saya tidak didikte oleh Ahmadinejad? tidak. Tidak didikte oleh siapapun. Tapi pikiran rasional kita, kepentingan kita. Di situ saya buktikan bahwa ketika kepentingan kita mengatakan A, nobody can dictate us. Dan kita membuktikan justru disitu disegani, tidak takut sama sana, tidak takut sama sini. Celaka kalau kita mengambil keputusan pilihan politik posisi kita di PBB didikte oleh Irak atau didikte oleh Amerika, tidak boleh. Yang mendikte kita sendiri. Itu contoh lain dari kedaulatan di bidang politik.

 

Kedaulatan ekonomi. Kita telah memilih, kita tidak memilih ekstrim-ekstrim dari mazhab dan ideologi ekonomi apakah itu ekonomi kapitalisme yang sangat absolut, pasar yang sangat fundamental dengan turunan neo liberalisme, bukan, tidak cocok bagi Indonesia. Atau ekonomi komando, ekonomi komunis, ekonomi yang dijalankan oleh negara dengan turunannya ekonomi sosialis yang masih mengalir pada prinsip-prinsip ekonomi komando. Bukan. Kita memilih ekonomi yang saya sebut dengan ekonomi terbuka berkeadilan sosial. Kalau saya memilih jalan tengah ini bukan ragu-ragu. Kita tidak memilih yang kapitalisme, fundamental itu, tidak memilih komunisme yang komando. As a matter of choice, pilihan kita yang paling tepat karena bagi kita market dalam sebuah ekonomi di negara manapun berlaku juga di China, juga di Rusia, juga di Vietnam, juga di Kuba, dimanapun. Tetapi market sering tidak adil, sering menimbulkan gap, sering tidak memperhatikan yang lemah, kita memastikan bahwa peran pemerintah, the government rules juga dijalankan agar pemerintah bisa mencegah kalau pasar gagal, mengatur keadilan, mengatur keseimbangan, mengatur pemerataan, di situ. Pilihan inilah bukan seolah-olah kita gamang, as a matter of choice. Ini adalah kedaulatan ekonomi.

 

Kemudian kedaulatan jati diri dan budaya bangsa, saya kira semua sudah tahu dan saya senang tadi diingatkan ada empat pilar dalam kerangka bernegara kita, Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika. Empat pilar itu sesungguhnya our fundamental consensus, konsensus dasar kita, jati diri kita, pilar kita dalam kehidupan bernegara. Kehidupan bernegara berarti kehidupan berbangsa dan bernegara.

 

Saudara-saudara,

 

Itu kedaulatan. Jadi tidak ada yang tidak gamblang dengan bagaimana kita menegakkan kedaulatan di negeri ini.

 

Yang ketiga atau yang terakhir adalah kemandirian. Kemandirian ekonomi. Penduduk dunia 6,6 miliar. Penduduk Indonesia 230 juta. Kita mengkonsumsi pangan lebih besar lagi, lebih besar lagi karena daya beli yang meningkat, bumi tidak bertambah bahkan makin terkuras sumber daya alamnya.

 

Oleh karena itu menjadi hilang kehormatan kita kalau kita serba mengimpor bahan pangan. Tanah kita memungkinkan untuk kita berkecukupan dengan pangan. Dengan membangun ketahanan pangan berarti kita membangun elemen kemandirian yang paling penting.

 

Energi demikian juga. Sumber pembiayaan, Saudara-saudara. Kalau dulu barangkali karena krisis, kita jual aset, kita memberikan privatisasi secara berlebihan, ditolong IMF, ada CGI, dikontrol kita punya planning, kita punya implementation. Saya kira era yang paling tidak baik karena jelas kita terkungkung ke sana, ke mari.

 

Oleh karena itu alhamdulillah tahun demi tahun kita meningkatkan sumber pembiayaan dalam negeri, pajak, cukai, penerimaan non migas, tidak lagi harus dengan jual aset, tidak lagi dengan privatisasi atau sumber yang lain. Hutang IMF sudah kita lunasi, CGI sudah kita bubarkan. Bahwa setiap pembangunan itu selalu ada biaya pembangunan juga berlaku di negara lain yang disebut hutang. Mari kita pastikan hutang itu besarnya dibandingkan dengan penerimaan harus rasional, tidak boleh besar pasak dari pada tiang.

 

Awal krisis, GDP kita untuk menanggung utang lebih dari 70 persen. Tahun 2004, GDP kita, PDB kita menanggung utang 54 persen. Sekarang ini GDP kita Rp 5 ribu triliun jumlahnya karena naik dua kali lipat dibanding 2004, menanggung utang 32 persen. Begitu membaca, back to GDP ratio, utang dibandingkan dengan kapasitas, dengan kemampuan negara untuk menanggungnya. Ini juga contoh bahwa kita makin kecil ratio kita, makin kuat kita punya kapasitas dan kemampuan.

 

Pasar domestik. Krisis yang sekarang terjadi ini memberi pelajaran. Negara yang memiliki export oriented economy, rusak. Singapura, tujuh persen, drop minus dua persen mungkin sekarang minus tujuh persen. Negara yang lain rontok. Indonesia alhamdulillah tidak terlalu jatuh, bahkan dinilai setelah China dan India kita punya positive growth yang baik. Why? Karena kita tidak habis-habisan berorientasi kepada ekspor.

 

Ke depan Saudara-saudara,

 

Pasar domestik harus kita besarkan, kita punya kemampuan, sumber daya alam kita, pembeli kita, wilayah kita, tinggal kita bikin manajemen yang bagus, yang adil. Ada pasar domestik yang berkembang dengan demikian kalau ada gonjang-ganjing di tingkat dunia tidak perlu khawatir ekonomi kita rontok. Ini contoh bagaimana kita membangun kemandirian ekonomi yang lebih baik.

 

Pertahanan. Menhan ada disini. Sejak 2005 kita bertekad, yang bisa kita bikin, bikin, tidak ada lagi beli-beli karena komisi, karena rekanan, karena itu. Yang dihasilkan dalam negeri bisa, harus dalam negeri. Yang tidak bisa baru beli. Kapal selam misalkan, pesawat tempur yang canggih misalkan, itupun dua syaratnya tidak boleh ada kondisionalitas. Jangan seperti dulu kita diembargo, 12 tahun baru lepas pada tahun 2005 karena syaratnya banyak, ini, ini, ini. Ini uang kita, beli pesawat masa dengan persyaratan. Tetapi ke depan kalau terpaksa beli harus ada scheme yang disebut dengan alih teknologi, technology transfer. Harus ada joint investment. Harus ada joint production. Arahnya ke situ tetapi yang bisa kita bangun dalam negeri, kita bangun dalam negeri.

 

Teknologi. Bangsa yang maju tidak mungkin tanpa penguasaan ilmu dan teknologi. Kalau kita ingin menjadi bangsa yang mandiri, ya kita bangun. Research and development agak terbengkalai, tahun tahun terakhir kita benahi. Gaji peneliti kecil sekali, bagaimana mungkin dia bisa bersemangat untuk melakukan reseach and development. Perguruan tinggi kita sudah banyak yang masuk world class university. Daya saing kita oleh ukuran dunia makin baik meskipun kita belum puas.

 

Manusia unggul, anak-anak kita juara olimpiade juga makin bagus. Saya terharu, saya kira Saudara akan terharu. Mahasiswa kita, tim kita juara robot di Amerika Serikat mengalahkan tim Amerika Serikat. Ada potensi itu tinggal kita gali dan kita kembangkan.

 

Teknologi yang berkaitan dengan dunia usaha. Kita kibarkan bendera Merah Putih, setuju 100%. Dengan catatan berdaya saing ya, adil, kemudian memberikan kesempatan kepada semua untuk betul-betul bisa bersama-sama meningkatkan semuanya itu.

 

Saudara-saudara,

 

Itulah tiga hal. Satu masalah kesejahteraan rakyat, kedua masalah kedaulatan, ketiga masalah kemandirian. Kalau soal Pilpres 2009 mari kita sukseskan yang penting aman, damai, lancar, tertib, demokratis. Gunakan hak pilih masing-masing, Tuhan akan menentukan nanti, rakyat akan memberikan mandatnya.

 

Demikianlah yang saya sampaikan dan akhirnya, dengan terlebih dahulu memohon ridho Tuhan Yang Maha Kuasa dan dengan mengucapkan bismilahirrahmanirrahim, Rapat Pimpinan Nasional Pemuda Panca Marga Tahun 2009 dengan resmi saya nyatakan dibuka. Sekian.

 

Wassalaamu'alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh.

 

 

 

 

Biro Naskah dan Penerjemahan

Deputi Mensesneg Bidang Dukungan Kebijakan

Sekretariat Negara RI