Sambutan Presiden RI pada Peringatan Hari Lingkungan Hidup Sedunia Tahun 2009, 05-6-09
Â
SAMBUTAN
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
PADA ACARA
PERINGATAN HARI LINGKUNGAN HIDUP SEDUNIA TAHUN 2009
DI ISTANA NEGARA
PADA TANGGAL 5 JUNI 2009
Bismillaahirrahmaanirrahiim,
Assalaamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Salam sejahtera untuk kita semua,Â
Yang saya hormati Ketua MPR RI, Bapak Hidayat Nurwahid, Ketua DPR RI, Bapak Agung Laksono, Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat, Menteri Negara Lingkungan Hidup, dan para Menteri Kabinet Indonesia Bersatu, para mantan Menteri, anggota Dewan Pertimbangan Presiden,
Yang mulia para Duta Besar negara-negara sahabat dan pimpinan organisasi-organisasi internasional, para pimpinan Lembaga Pemerintah Non Departemen, para Gubernur, para Bupati, dan para Walikota,
Saudara-Saudara penerima penghargaan lingkungan hidup,
Para pejuang dan sukarelawan lingkungan,
Hadirin sekalian yang saya muliakan,
Pada kesempatan yang baik dan insya Allah penuh berkah ini, saya mengajak Saudara sekalian untuk sekali lagi memanjatkan puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, Allah SWT karena kepada kita masih diberikan nikmat, kesempatan, kekuatan, dan semoga kesehatan untuk melanjutkan ibadah kita, karya kita, serta tugas dan pengabdian kita kepada masyarakat, bangsa, negara, dan dunia, termasuk perjuangan untuk melestarikan lingkungan hidup kita.
Sebenarnya, sebelum saya melanjutkan sambutan saya, dengan Saudara telah menyaksikan tayangan dari lagu Save Our Planet, saya tidak perlu lagi memberikan sambutan. Itulah bumi kita, itulah tanah air kita manakala kita tidak punya tanggung jawab dan kita tidak melakukan sesuatu, yang akan datang adalah bencana demi bencana. Kalau itu terjadi, kita memiliki dosa yang sangat besar karena masa depan anak cucu kita tidak cerah. Oleh karena itu, sebagai pengantar, pertama: marilah kita camkan betul pesan-pesan dari lagu tadi untuk kita semua, mulai hari ini melakukan langkah-langkah yang lebih serius untuk menyelamatkan bumi kita, menyelamatkan lingkungan kita. Yang kedua: masih sebagai pengantar, hari lingkungan hidup tahun ini kita peringati di Istana Negara, tahun lalu juga di sini, tahun sebelumnya di sini. Sebelumnya kita peringati di Istana Cipanas. Biasanya tiap tahun saya menggunakan batik yang berwarna hijau seperti Bapak Rahmat Witoelar karena biasanya lingkungan itu dikaitkan dengan yang green, pembangunan yang ramah lingkungan, disebut dengan green development, pertumbuhan ekonomi yang berwawasan lingkungan, green growth, green economy, green technology, dan sebagainya.
Mengapa sekarang saya memakai baju biru? Ini tidak ada kaitannya dengan warna partai politik, tidak ada. Saya punya batik yang warnanya semua bendera partai politik. Begini, saya ini harus terus bersyukur ke hadirat Allah SWT, jarang sekali melihat Jakarta langitnya biru. Coba diamati, bulan-bulan terakhir, bahkan satu, dua, tiga tahun terakhir, lebih sering warna langit Jakarta biru, dan di tempat-tempat yang lain. Rahasianya pertama, karena kita tiga tahun terakhir ini setelah tahun 2005, 2006, 2007 awal, dulu banyak sekali kebakaran hutan, kita tertantang semua, kita bekerja sangat serius, maka udara menjadi lebih bersih. Dua bulan ini, Saudara-Saudara, saya pergi ke Bogor, saya pergi ke Denpasar, saya pergi ke Jawa Tengah dan Jawa Timur, bersama istri, bersama ajudan, pengemudi. Lihat hutan kita makin hijau, daunnya makin subur, langit biru. Iini kekuasaan Tuhan Yang Maha Kuasa, karena kita makin mencintai, makin menyayangi lingkungan, maka Allah berikan iklim yang baik. Dua, tiga tahun terakhir ini iklim sangat bersahabat, dan ini hukum alam, kebesaran Tuhan. Di Bali disebut Tri Hitakarana. Agama lain juga mengatakan demikian, antara umat manusia, Yang Maha Kuasa Allah SWT dan lingkungan itu harus menjadi satu. Kalau itu menjadi satu, yang datang adalah kesejahteraan bagi umat manusia. Oleh karena itu, marilah kita sadari betul, yang ikhlas, jangan ragu-ragu, ini panggilan dari kita semua untuk menyelamatkan bumi kita, lingkungan kita, dan masa depan anak cucu kita.
Saudara-Saudara,
Tahun ini peringatan Hari Lingkungan Hidup Sedunia dilaksanakan di Meksiko. Tema yang dipilih adalah Your Planet Needs You, Unite to Combat Climate Change. Kalau diterjemahkan secara letterlijk, secara harfiah, Bumi Memerlukan Anda, kita maksudnya, Mari Kita Bersatu Untuk Mengatasi Perubahan Iklim. Sebenarnya tidak persis begitu. Bukan hanya bumi yang memerlukan kita, tapi kita juga memerlukan bumi. Kalau buminya rusak, tidak selamat karena keserakahan umat manusia, air akan menjadi persoalan, pangan akan menjadi persoalan, energi demikian juga. Oleh karena itu, timbal baliklah bumi memerlukan kita, begitu kiasannya. Kita memerlukan bumi dan hubungan segitiga tadi, antara manusia, alam semesta, dan Tuhan Yang Maha Kuasa. Marilah kita jadikan tuntunan moral dan tuntunan spiritual untuk bersama-sama kita menyelamatkan lingkungan hidup kita. Oleh panitia, oleh Kementerian Negara Lingkungan Hidup, tema itu diindonesiakan menjadi Bersama Selamatkan Bumi dari Perubahan Iklim. Saya kira tema yang tepat dan mari kita jalankan.
Saudara-Saudara,
Ini hadir sahabat-sahabat kita para Duta Besar dan pimpinan organisasi dari negara sahabat. Saya harus menyampaikan bahwa Indonesia sungguh serius untuk menjadi bagian dari masyarakat dunia dalam menyelamatkan lingkungannya.
Di samping langkah-langkah yang terus kita tingkatkan untuk menyelamatkan Indonesia, sejarah mencatat dua tahun yang lalu, tahun 2007 saya memiliki prakarsa dan alhamdulillah bisa kita laksanakan di Perserikatan Bangsa-Bangsa, New York. Prakarsa itu adalah saya mengajak negara-negara yang memiliki hutan hujan tropis untuk bersatu bersama-sama mengatasi persoalan lingkungan sambil mendayagunakan hutan kita untuk kepentingan kesejahteraan rakyat.
Tahun 2007 juga di sebuah pertemuan puncak di Sidney, Australia saya menjual ide, alhamdulillah ide kita diterima, yaitu yang saya sebut dengan CTI, Coral Triangel Initiative. Ada satu wilayah lautan yang membentang mulai dari Malaysia, Indonesia, Filippina, Timor Leste, Papua Nugini, dan Solomon Islands agar bersama-sama menyelamatkan lautan kita. Untuk apa? Untuk kesejahteraan dan untuk lestarinya lingkungan, alhamdulillah mendapatkan dukungan dan baru saja di Manado bulan lalu kita menyelenggarakan pertemuan puncak CTI tadi yang dihadiri oleh enam kepala pemerintahan dari enam negara.
Bukan hanya itu, bersamaan dengan CTI Summit yang baru saja dilaksanakan di Manado juga dilaksanakan, ini sudah lama tidak dilakukan oleh dunia, yang disebut dengan World Ocean Conference, Konferensi Lautan Sedunia yang menghasilkan Manado Ocean Declaration, yang ini insya Allah menjadi sumbangan kita bagi dunia ketika kita akan berkumpul di Kopenhagen, Denmark, akhir tahun ini untuk merumuskan yang namanya new protocol pengganti Kyoto Protocol Indonesia berkontribusi untuk itu.
Jangan lupa pula bulan Desember tahun 2007 ketika banyak sekali pertemuan internasional gagal menyatukan pandangan tentang upaya bersama menyelamatkan lingkungan di Denpasar, Bali kita menorehkan tinta sejarah karena Indonesia bisa menyelenggarakan konferensi itu, menghasilkan capaian yang baik dan melahirkan Bali Road Map yang tadi lagunya diperdengarkan.
Dan yang terakhir laporan kepada umat manusia sedunia, Indonesia juga serius tiga tahun terakhir ini melakukan kampanye penanaman pohon. Kampanye penanaman dan pemeliharaan pohon. Kalau kampanye Pilpres, kampanye Pemilu Legislatif, Kampanye Pilkada itu hanya 3 minggu, kalau ini sepanjang masa. Tidak ada Bawaslu, tidak ada KPU, itu pahalanya tinggi, jadi jangan ragu-ragu untuk melaksanakan kampanye penanaman pohon.
Kita sadar, tahun 2005 kita sedih, 2006 kita sedih, 2007 setengah sedih, ketika hutan-hutan kita terbakar dan asap banyak keluar. Disorot oleh dunia, seolah-olah Indonesia penyumbang karbon dioksida, padahal kalau dibandingkan negara lain belum. Tertantang kita, kita tidak ingin menyalahkan siapa-siapa, kita mengatasi dengan sungguh-sungguh, memang ada faktor iklim, cuaca sangat panas, tetapi juga ada faktor manusia yang salah. Kita perbaiki, alhamdulillah, dua tahun, tiga tahun terakhir ini hampir tidak terjadi kebakaran hutan, hampir tidak ada ekspor asap, dan kemudian kita di samping menyelamatkan lingkungan, kita mendapatkan citra yang baik di kawasan maupun di dunia. Kita boleh tepuk tangan terhadap apa yang telah kita sumbangkan kepada dunia untuk bersama-sama menyelamatkan lingkungan ini.
Saudara-Saudara,
Pesan saya ini belum cukup. Mesti kita tingkatkan dan kita harus berbuat lebih banyak lagi. Orang mengatakan enough is not good enough. Belum cukup, masih harus lebih giat lagi, do more, berbuat lebih banyak lagi. Ada empat hal yang harus kita laksanakan bersama-sama ke depan. Pertama: bagaimana pun lingkungan kita, hutan kita, ladang kita, gunung kita, lautan kita, semua harus terus menerus kita rawat dan kita lestarikan. Masih banyak yang bisa kita jaga untuk tidak mengalami kerusakan, itu pertama. Yang kedua: yang sudah terlanjur rusak, mari kita perbaiki, mari kita perbaiki, dengan cara-cara yang benar, dengan mengubah gaya hidup, dengan mengeluarkan anggaran, dengan kerja sama internasional, dengan membawa teknologi untuk mengatasi semuanya itu. Yang ketiga: ya, mari kita kurangi emisi karbon dioksida. Saudara tahu CO2, karbondioksida yang bikin bumi panas, iklim berubah, bencana terjadi dimana-mana karena pembakaran bahan bakar yang berasal dari fosil utamanya. Solusinya ya mari kita bikin efisien menggunakan solar, premium minyak tanah, dan sebagainya. Angkutan lebih hemat dan segalanya bisa kita lakukan, lagi-lagi dengan mengubah gaya hidup, dengan teknologi, serta kebijakan yang tepat agar emisi itu tidak boom begitu saja tiap hari, udara mencemari lingkungan kita. Kemudian yang keempat: yang sudah saya katakan tadi, saya mengajak mari kita melaksanakan kampanye penanaman pohon. Kami bertekad one man one tree, satu orang satu pohon. Yang bisa menanam lebih dari satu pohon tiap tahunnya, jadi secara masal, akhir tahun kita menanam karena musimnya memungkinkan untuk pohon itu tumbuh. Kalau satu orang satu pohon, kita yang memiliki kemampuan, kita tanamlah sepuluh. Ada dunia usaha sekali tanam 2000, maka kita bisa menggantikan saudara-saudara kita yang tidak bisa menanam. Misalnya rumahnya di Jakarta Timur atau di Menteng yang berdekat-dekatan mau nanam di mana? Jadi one man one tree menurut saya sangat bisa. Dua tahun yang lalu 70 juta malah bisa jadi 100 juta. Kalau kita tanam 230 juta tiap tahun, pohon, sepuluh tahun dari sekarang, dua puluh tahun dari sekarang, tiga puluh tahun dari sekarang, negara kita akan berubah, dan ini rasa sayang dan cinta  kita kepada generasi mendatang.
Saya minta para bupati, walikota, gubernur, sampai saya, sampai semuanya, mari benar-benar kampanye tanam dan pelihara pohon ini kita lanjutkan. Ibu-ibu saya ketahui juga giat, ibu-ibu ini sukanya memang menanam dan memelihara, kalau bapaknya kadang-kadang, kadang-kadang tidak selalu, suka nebang begitu, mari kita jaga lah.
Berkaitan dengan itu, ini kebetulan Menteri PU tidak ada beliau, tetapi ada masalah yang harus segera kita rampungkan. Ini pikiran lama, tapi mesti kita tata kembali. Ada Daerah Aliran Sungai Bengawan Solo mulai dari Wonogiri tempatnya Pak Puguh itu di sana terus melalui berbagai kabupaten dan kota, melalui dua provinsi Jawa Tengah dan Jawa Timur. Ini kalau tidak kita tata, perbaiki, yang terjadi adalah banjir tiap tahun. Padahal kalau kita kelola dengan waduk, dengan DAM, dengan irigasi, dengan embung, maka itu mengurangi bencana, menambah air untuk meningkatkan pertanian kita. Ini harus kita rencanakan dan saya minta, nanti habis Pilpres saja, atau habis kampanye ini, sekarang ini apa-apa dikira ada politiknya, padahal ini benar-benar untuk memperbaiki negeri. Kumpul bersama dua gubernur, bupati, walikota yang dialiri Bengawan Solo, direncanakan, anggarannya nanti dengan Pak Agung Laksono multi years, tidak mungkin dibiayai setahun tapi yang jelas juga kita rencanakan bersama-sama. Ini contoh yang konkret.
Hadirin yang saya hormati,
Saya ingin menyampaikan sekarang hubungan antara sumber daya alam dengan lingkungan dan apa makna dari sumber daya alam itu. Kalau kita melihat lautan, melihat hutan, melihat ladang pertanian yang sifatnya sumber daya alam, dalam pikiran kita, dalam hati kita, mesti dilihat dua hal, yang pertama, syukur kita, kita mendapatkan sumber daya alam yang relatif melimpah, yang mestinya itu harus kita gunakan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat kita, untuk pembangunan, development, untuk kesejahteraan, prosperity, tetapi agar tidak menimbulkan masalah lain dan agar prosperity itu berlanjut ke depan maka harus kita rawat baik-baik lingkungan itu. Jangan dikuras habis-habisan, jangan cara-cara mengelolanya tidak benar. Marilah setiap saat kita melihat seperti itu.
Para bupati setiap saat bisa keliling kabupatennya. Begitu lihat sawah, lihat hutan, lihat tambang, lihat apa pun, ingat ini satu untuk kesejahteraan atau pembangunan, satu untuk dilestarikan, untuk dijaga keberlanjutannya. Oleh karena itu, Saudara jangan tidak punya visi, jangan tidak punya tekad untuk kepentingan masa depan, jangan terlalu pragmatis, ah kumaha' engke? Sepuluh tahun lagi kan bupatinya bukan saya, yang penting hajar sekarang, dapat PAD, dapat ini, dapat itu, apalagi dengan cara-cara yang tidak benar. Itu dosanya luar biasa, luar biasa. Pragmatis harus tapi pragmatis dengan visi bukan yang penting dapat sekarang, kemudian tidak peduli nanti dampaknya lima tahun, lima tahun lagi, lima tahun dan seterusnya.
Jadi saya ingin benar-benar Saudara mencapai dua tujuan itu; satu: pembangunan atau kesejahteraan; satunya lagi: lingkungan hidup.
Hadirin yang saya muliakan,
Adalah Gandhi, pemimpin India yang pernah mengingatkan agar kita ini tidak menjadi manusia yang serakah. Gandhi mengatakan alam semesta ciptaan Tuhan Yang Maha Kuasa sebenarnya bisa untuk menghidupi umat manusia asalkan umat manusia itu tidak serakah. Apa yang dikonsumsi sebatas yang diperlukan. Manakala serakah, tiga bumi pun tidak akan cukup. Apalagi penduduk bumi sekarang berjumlah 6,6 miliar manusia. Dan masih akan terus bertambah, dan ingat air sudah mulai menjadi persoalan. Pangan tahun lalu, sekarang pun masih ada ekornya, ada krisis pangan dunia, energi demikian juga. Oleh karena itu, tidak usah melihat negara lain, mari di negara kita sendiri benar-benar kita mengkonsumsi sesuatu secara proporsional, tidak serakah, tidak rakus, dan tidak ceroboh di dalam menggunakan sumber daya alam ini.
Saudara-Saudara,
Pendidikan dan gerakan penyelamatan bumi harus terus dilakukan. Sekolah, ini Mendiknas kebetulan tidak hadir, Pak Ical, Pak Bambang Sudibyo hadir di sini? Tolong Pak Bambang kurikulum pendidikan harus sungguh memasukkan permasalahan lingkungan. Dan sudah, sekarang sudah tapi semangatnya do more, berbuat lebih lagi. Di samping pengetahuan, perlu juga latihan-latihan, praktik menanam pohon, kalau ada bencana seperti apa. Jadi, tolong pendidikan kita juga sangat akrab dengan lingkungan dan bagaimana sejak kecil dibangun tanggung jawabnya untuk menyelamatkan lingkungan hidup.
Demikian juga masyarakat, demikian juga LSM dan NGO. Saya berterima kasih kepada LSM, kepada NGO yang selama ini bergerak di bidang lingkungan hidup, jasanya luar biasa. Dan tidak perlu saling berkonfrontasi. Jadi jangan menganggap NGO, LSM, Pemerintah itu musuh. Demikian juga jangan sampai pemerintah, "Ini NGO, LSM koq mengganggu saja." Jangan, hilangkan itu, timbal balik. Meskipun tidak perlu dengan cara-cara kekerasan. Saya pernah menerima laporan NGO dari luar negeri datang ke tanah air kita dalam melakukan aktivitasnya malah melakukan kekerasan yang itu bukan solusi, itu masalah. Marilah dengan cara-cara budaya kita terus kritis, terus mendampingi pemerintah, terus mengingatkan pemerintah untuk pandai-pandai memelihara lingkungan dan tidak harus dengan cara-cara yang tidak tepat. Tapi pointnya saya mengajak NGO dan LSM menjadi bagian dari kampanye nasional kita.
Dan yang terakhir, saya ingin mengucapkan selamat sekali lagi, penghargaan yang setinggi-tingginya kepada semua yang telah berprestasi, yang telah menerima penghargaan tadi. Kami semua bangga Bapak Ibu. Tolong dipertahankan, ditingkatkan dan semoga kita bisa mencontoh apa yang dilakukan oleh beliau.
Menutup sambutan ini, saya mesti mengatakan kepada semua, khususnya jajaran lembaga pemerintah, para menteri, gubernur, bupati, walikota, camat, kepala desa, utamanya di sini ada Pak Hidayat Nurwahid, Pak Agung Laksono, beliau saya kira juga sama. Lingkungan ini juga masalah kepemimpinan, leadership. Saudara pemimpin, kalau pemimpin tidak peduli, acuh, atau bahkan ceroboh, gelap masa depan kita. Sebaliknya, kalau para pemimpin peduli betul melakukan sesuatu ketika memimpin masyarakat dan daerah, maka masa depan kita akan cerah. Di pundak Saudara-Saudara lah, di pundak kita semualah, masa depan negeri kita, masa depan bumi kita, lingkungan hidup kita dipertaruhkan. Mari kita jalankan amanah dan tugas yang mulia ini.
Sekian, sekali lagi terima kasih.
Wassalamu alaikum Warahmatullahi wabarakatuh
Biro Naskah dan Penerjemahan,
Deputi Mensesneg Bidang Dukungan Kebijakan,
Sekretariat Negara RI