Sambutan Presiden RI pada Pertemuan dengan Pelaku Pasar Modal, 4 Januari 2010

 
bagikan berita ke :

Senin, 04 Januari 2010
Di baca 889 kali

SAMBUTAN

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PADA

PERTEMUAN DENGAN PARA PELAKU PASAR MODAL INDONESIA

DI GEDUNG BURSA EFEK INDONESIA

TANGGAL 4 JANUARI 2010

 

 

 

 

Bismillahirrahmanirahiim,

 

Assalamualaikum warahmatullaahi wabarakatuh,

 

Salam sejahtera untuk kita semua,

 

Saudara Menko Perekonomian, Menteri Keuangan, para Menteri dan anggota Kabinet Indonesia Bersatu, Saudara Gubernur DKI Jakarta, para pejabat teras jajaran Departemen Keuangan, pimpinan Bapepam, Direktur Utama Bursa Efek Indonesia dengan segenap manajemen, para pimpinan dunia usaha, baik usaha negara maupun usaha swasta, utamanya para pelaku pasar modal.

 

Hadirin sekalian yang saya hormati,

 

Marilah, tidak henti-hentinya sebagai umat hamba Allah untuk senantiasa memanjatkan puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, karena kepada kita masih diberikan kesempatan dan kekuatan, untuk mengatasi berbagai permasalahan yang dihadapi oleh bangsa kita, dan untuk meningkatkan karya, tugas dan pengabdian kita kepada bangsa dan negara tercinta.

 

Sebelum saya menyampaikan pandangan, harapan dan ajakan saya kepada Saudara semua, apa yang mesti kita lakukan pada tahun 2010 ini, saya ingin memberikan komentar singkat. Satu, yang berkaitan dengan lagu “Mentari Bersinar” tadi. Benar sebagaimana yang disampaikan oleh pembawa acara maupun penyanyinya, bahwa lagu itu memiliki pesan yang baik sebenarnya, karena mendidik kita untuk menjadi manusia dan bangsa yang optimis, untuk bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, tetapi tidak menyia-nyiakan peluang. Dikatakan: “janji Tuhan, mari kita wujudkan”. Sebenarnya, sama dengan sebuah ajaran agama, bahwa Tuhan tidak akan mengubah nasib sebuah kaum, kecuali kaum itu berjuang sekuat tenaga untuk mengubah masa depannya. Begitulah kira-kira pesan moral, pesan spiritual, dari lagu itu dan lagu itu saya ciptakan di Merauke, tahun 2006 ketika saya berkunjung ke bagian timur wilayah kita, yang setiap hari mengirimkan matahari. Matahari tidak pernah terbit dari barat ke timur, dari Sabang ke Merauke, tapi dari Merauke ke Sabang. Jadi, baiklah sesungguhnya makna dari lagu itu. Nah yang kedua, optimisme. Menteri Keuangan juga sudah menyampaikan.  

 

Saudara-saudara,

 

Menghadapi situasi segelap apapun, sesulit apapun, termasuk ujian yang datang silih berganti, jangan pernah kita kehilangan optimisme. Itu sangat-sangat penting. Saya harus mengulangi berkali-kali. Kalau jiwa kita terang, tidak gelap. Kalau pikiran kita positif, tidak negative. Kalau sikap kita optimis, tidak pesimis. Saya mengatakan kita sudah mencapai separuh kemenangan. Tetapi, kalau dalam hati kita, pikiran kita, jiwa kita, kita menganggap ‘wah gelap’, ‘wah kita nggak bisa mengatasi’, bagaimana masa depan!, kita sudah kalah di situ dan kita tidak kemana-mana. Dan kita tidak menjadi siapa-siapa. Karena kita tidak lulus di dalam menghadapi permasalahan, ujian dan tantangan itu. Tahun lalu di ruangan ini, 5 Januari 2009, saya menyampaikan hal yang sama karena saya tahu hati kita dirundung kecemasan, situasi dunia tidak menentu, ketidakpastian tinggi, boleh dikatakan saat-saat itu adalah puncak krisis perekonomian global. Saya baru saja kembali dari sejumlah pertemuan puncak, utamanya pertemuan puncak G-20 yang pertama, di Washington DC. Terus saya juga mengikuti pertemuan puncak APEC di Peru, Lima, dan berkaitan dengan itu pertemuan ASEAN, termasuk ASEAN Plus Three, termasuk East Asia Summit. Interaksi saya dengan semua pemimpin dunia, Menteri Keuangan dengan para menteri keuangan dunia, Gubernur Bank Indonesia dengan gubernur- bank-bank sentral di dunia, sama was-was, cemas, nervous. Kalau-kalau resesi global ini berlangsung lama dengan kedalaman yang tinggi, sebagaimana bayang-bayang the Great Depression pada tahun 30-an, sesaat sebelum Perang Dunia II.

 

Nampak sekali kerisauan kita waktu itu. Kita di dalam negeri diam-diam. Sekarang barangkali banyak yang lupa, situasi bulan September, Oktober, November, Desember, 2008 yang baru saja kita mengatasi krisis pangan, dan krisis minyak. Kita khawatir kalau-kalau negeri kita jatuh seperti 1998. Ingat, perasaan kita waktu itu. Siang dan malam kita bertemu. Pemerintah, jajaran perbankan, pelaku sektor riil, para ekonom, para Gubernur Kepala Daerah, untuk menyerasikan langkah kita agar bersinergi, dan sekali lagi, ekonomi kita tidak jatuh seperti krisis yang datang 1998 yang lalu. Oleh karena itu, saya ikut tentunya bergembira, melihat perasaan kita yang berbeda ketika membuka perdagangan hari pertama Bursa Efek Indonesia ini yang lebih tenang, lebih optimis dan punya harapan baru. Insya Allah tahun 2010 ini, perekonomian kita lebih baik dibandingkan perekonomian 2009.

 

Menteri Keuangan menjelaskan dan Saudara sudah mendengar berkali-kali, sudah mengikuti di berbagai ulasan, dalam dan luar negeri. Alhamdulillah berkat kerja keras kita, kebersamaan kita, kebijakan dan langkah tindakan yang timely, properly, telah menyelamatkan perekonomian kita, dan sekarang kita bisa tersenyum karena ekonomi kita selamat dari bayang-bayang krisis yang sangat mencemaskan waktu itu. Mengapa kita selamat? Saya sudah menyampaikan berkali-kali, intinya dua sebenarnya, kebersamaan kita, in time of crisis unity, bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh, bersama-sama waktu itu, sebagian dari Saudara ikut dalam pembahasan yang kita lakukan secara maraton, how to save our economy. Dan yang kedua pilihan kita tidak keliru. Sejumlah kebijakan kita ambil, langkah-langkah cepat dan tepat kita lakukan, dan saya berterimakasih terus terang kepada dunia usaha, kepada sektor riil, yang bersama-sama menjaga perekonomian kita dari ancaman krisis waktu itu.

 

Saudara-saudara,

 

Dengan pengantar singkat itu, sekarang bolehlah kita melakukan refleksi, karena 2010 ini sesungguhnya merupakan awal dari reformasi kita dasawarsa kedua. Reformasi pertama, 1999-2009, dan dasawarsa ke dua reformasi Indonesia, tahun ini sampai insya Allah sampai 2019 nanti. Refleksi itu penting untuk memetik pelajaran, apa yang telah dapat kita lakukan 5 tahun yang lalu, dan apa pula yang belum dapat kita lakukan dan mengapa semuanya itu terjadi. Kalau kita rasional, jujur, jernih, objektif, seraya bersyukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, maka kita bisa mem-printout apa yang telah kita rekam selama 5 tahun itu. Pertumbuhan perekonomian terjadi. Rata-rata 6%. Tentu angka terbaik sejak kita krisis. Pengangguran menurun, dari 10 sekian % menjadi 8% dalam pasang surutnya perekonomian global dan nasional, krisis-krisis yang terjadi, tentu ini angka yang tidak buruk, meskipun we have to do more in the next five year, kemudian pengurangan kemiskinan telah terjadi, 16,7% jadi 14,2% yang tentu harus kita turunkan lagi, dan Debt GDP ratio dari 56% menjadi sekitar 30%, jauh lebih rendah dibandingkan Debt GDP Ratio negara-negara lain, Amerika, Jepang, termasuk negara-negara di Asia Tenggara, lantas banyak indikator yang menunjukkan angka yang positif, cadangan devisa kita mencapai US $ 65 billion. Saya berbicara dengan para menteri ini, mestinya Indonesia minimal punya 100 billion cadangan devisa. Mari kita capai di tahun-tahun mendatang, agar dibandingkan magnitude perdagangan kita, magnitude perekonomian kita, jumlah itu lebih pantas dibandingkan sekarang, apalagi di waktu yang lalu.

 

Tentu ada sejumlah capaian perekonomian. Cara membandingkannya dibandingkan dengan masa-masa sebelumnya, dibandingkan dengan negara-negara berkembang yang lain. Meskipun secara jujur harus saya akui masih banyak pekerjaan rumah kita, masih banyak sasaran yang belum dapat kita capai, sebagaimana yang kita harapkan. Mengapa itu bisa kita capai? Pertama, politik kita relatif stabil, lima tahun yang lalu. Kondisi sosial relatif, baik dibandingkan tahun-tahun awal krisis dulu. Keamanan di seluruh tanah air terjaga, jauh lebih baik dibandingkan masa yang lalu, misalkan masih terjadi konflik komunal, konflik horizontal Aceh, Papua, Poso, Maluku dan tempat-tempat yang lain. Hukum makin tegak, kampanye anti korupsi besar-besaran mulai membuahkan hasil, meskipun itu masih panjang yang harus kita lalui, but it’s a good beginning for us. Pemerintahan, desentralisasi, otonomi daerah, pusat dengan daerah mulai lebih tertata, eksesnya bisa kita kurangi, meskipun masih banyak pembenahan yang harus kita lakukan. Reformasi birokrasi, misalnya. Kapasitas pemerintah daerah, sinergi pusat dengan daerah dan sebagainya. Luar negeri, kerja sama kita makin kongkrit. Kita membangun strategic partnership dengan mitra-mitra kita, dengan Tiongkok, dengan Rusia, dengan Jepang, dengan negara-negara sahabat yang selama ini hubungan kita belum pada tingkatan itu, yang semuanya tentu ikut menyumbang kepada pertumbuhan ekonomi, yang pertumbuhan ekonomi tentu menyumbang pada peningkatan kesejahteraan. Yang ingin saya sampaikan adalah ada strategic environment, lingkungan dalam negeri yang kondusif untuk itu. Yang pesannya adalah, kalau pembangunan ekonomi ingin berhasil, pastikan, bahwa ada lingkungan dalam negeri yang mendukung untuk itu. Itu prasarat, itu precondition, itu conditionalities. Kalau tidak jangan harapkan. Negara lain mengapa maju? Negaranya stabil, bangsanya inovatif, jadi menjadi negara yang makin maju.

 

Dan saya harus berterimakasih berulang kali kepada semua pihak di negeri ini, utamanya masyarakat luas yang juga memiliki ketegaran yang tinggi untuk bersama-sama mengatasi bermacam-macam krisis dan ujian di negeri kita. Kita menghadapi wabah flu burung waktu itu cukup lama. Kemudian bencana alam dari Aceh, Nias dan tempat-tempat yang lain. Pangan. Ada krisis, energi, harga minyak yang kita tiga kali menaikkan bahan bakar meskipun juga kita tiga kali menurunkan bahan bakar, semata-mata karena gejolak harga minyak bumi yang tinggi pada pasar global.

 

Lantas, yang terakhir krisis keuangan. Resesi global yang sekarang masih kita rasakan ekornya. Krisis terjadi sepanjang 5 tahun itu, dan alhamdulillah sekali lagi 2009 kita boleh mengatakan alhamdulillah negara kita selamat. Saya ingin menyampaikan sebab akibat, the what and the why tadi itu, untuk memetik pelajaran. Kalau kita ingin lebih sukses lagi 5 tahun mendatang, menuju 2014 nanti, maka mari kita pastikan sekali lagi, lingkungan dalam negeri kita harus betul-betul mendukung, kondusif bagi pembangunan perekonomian itu. Dan pembangunan perekonomian itu harus bisa diterjemahkan langsung, yang rakyat kita bisa merasakan semuanya, apakah yang bisa dirasakan melalui pendidikan, kesehatan, usaha mikro kecil dan menengah, infrastruktur yang makin baik, stabilitas harga, dan sebagainya.

 

Hadirin yang saya hormati,

 

Itu refleksi 5 tahun perjalanan bangsa kita dengan titik berat pembangunan ekonomi. Nah, sekarang, bagaimana kita melangkah ke depan menuju Indonesia 2014, perjalanan bangsa 5 tahun mendatang. Saudara sudah mendengar saya memberikan pidato di hadapan Dewan Perwakilan Rakyat dan Dewan Perwakilan Daerah dalam berbagai forum, bahwa dalam 5 tahun mendatang, yang kita ingin bangun pertama-tama atau pilar pertama adalah pembangunan perekonomian, yang langsung dikaitkan dengan tujuan peningkatan kesejahteraan rakyat. That’s number one. Yang kedua, kita ingin terus mematangkan kehidupan demokrasi di negeri ini. Demokrasi yang bermartabat, demokrasi yang bergandengan dengan kepatuhan pada pranata hukum dan etika politik, yang oleh Bung Hatta disebut demokrasi kita, bukan demokrasi impor. Demokrasi yang juga menggali nilai-nilai Indonesia. Itu yang akan kita bangun. Ruang kebebasan kita perlukan, hak asasi manusia kita lindungi, partisipasi rakyat dalam pengambilan keputusan politik dalam arti luas kita berikan, tetapi harapan kita demokrasi itu juga mencerminkan politik yang stabil, kehidupan yang tertib, sebagaimana roh sesungguhnya dari demokrasi yang dibangun dan dikembangkan di seluruh dunia ini.

 

Yang ketiga adalah justice, keadilan. Kita ingin mengakhiri berbagai macam ketidakadilan, diskriminasi misalnya, kesenjangan, yang lain dan banyak lagi yang merasakan pembangunan ini kok belum untuk semua. Dengan moto “Pembangunan untuk Semua” (Development for All), sesungguhnya kita ingin mengangkat keadilan, pembangunan yang inklusif, pembangunan yang merata, dan pembangunan yang sustainable. Itulah tiga pilar yang hendak kita bangun. Ekonomi untuk kesejahteraan, demokrasi dan keadilan. Nah dari semuanya itu, tentu kami pemerintah, telah menetapkan rencana pembangunan jangka menengah nasional 5 tahun mendatang. Dan juga national action plan dan juga prioritas serta agenda-agenda utama. Saudara sudah mengikuti semua. Sebagian besar dari Saudara mengikuti national summit. Oleh karena itu tidak perlu saya angkat lagi pada forum yang baik ini. Yang ingin saya sampaikan, mari kita tingkatkan pertumbuhan perekonomian kita dengan sasaran 2014 kita mencapai 7% atau lima tahun kita bisa mencapai 6,6%. Kalau 5 tahun yang lalu kita mencapai 6%, insya Allah dengan mengambil pengalaman di waktu yang lalu, yang baik-baik kita lanjutkan, yang jelek kita tinggalkan dan kita koreksi, rasanya kita bisa mencapai pertumbuhan rata-rata 6,6% itu atau 7% pada tahun 2014 nanti. Unemployment, pengganguran, harus terus kita kurangi. Sasaran kita, sekarang angkanya 14 sekian %, kita berharap turun jadi 8 sampai 10% saja. Caranya dengan menggerakkan sektor riil, menciptakan lapangan pekerjaan, infrastructure building, menggiatkan usaha mikro kecil dan menengah, sehingga mereka mendapatkan pekerjaan.

 

Saya bicara kemiskinan dulu. Yang ingin kita capai, sasaran kita 8 sampai 10 %, dari 14%. Oleh karena itu caranya kalau ekonomi berkembang, income per capita mereka kita harapkan makin bagus, ditambah program-program pro-rakyat. Banyak sekali dan dalam APBN juga tidak sedikit jumlahnya. Dengan dual track untuk poverty reduction itu, harapan kita, kita bisa mencapai sasaran seperti itu. Tidak mudah tapi insya Allah bisa kita capai dengan kerja keras kita.

 

Nah yang keempat pengangguran. Penggangguran kita ingin angkanya 8% sekarang, kita ingin menuju 5 sampai 6% saja. Itu juga keras yang harus kita lakukan tapi insya Allah bisa. Buktinya, di waktu krisis ini, pengangguran kita tidak bertambah besar secara berlebihan, modest, dibandingkan negara-negara lain, yang sangat tajam peningkatan angka penggangguran. Nah, mengurangi pengangguran ini menciptakan lapangan pekerjaan, infrastructure building, sektor riil, program—program yang memberikan pekerjaan, seperti PNPM yang kita lakukan di seluruh Indonesia. Tetap bertumpu pada growth with equity. Kita tidak ingin mengejar pertumbuhan semata, 8,9,10% tapi kesenjangan semakin menganga, rakyat pada tingkat pedesaan misalkan, pada golongan ekonomi lemah misalnya, juga tidak mendapatkan pertambahan kesejahteraan. Itu kita cegah dan kita hindari.


Saudara-saudara,

Tujuh persen growth itu 2014, maka konsumsi harus kita jaga, konsumsi masyarakat. Konsumsi masyarakat bisa terjaga kalau mereka makin meningkat penghasilannya, yang miskin kita bantu, ada spending yang dia keluarkan dengan program-program pro-rakyat. Pembelanjaan pemerintah kita jaga, ingat stimulus package berhasil kita lakukan, 99% kita deliver, ditambah spending yang lain. Kita ingin lebih optimal lagi APBN dan APBD, jangan salah sasaran, dengan demikian government expenditure itu betul-betul konkrit dan bisa mendongkrak pertumbuhan.

 
Yang kelima, adalah investment. Saudara saya minta aktif berkontribusi untuk betul-betul meningkatkan penanaman modal ini. Kita ingin memberikan ruang yang luas pada PMDN, investor dalam negeri. Kemudian karena memang masih kita perlukan, kita juga mengundang mitra-mitra kita untuk bersama-sama membangun perekonomian Indonesia dengan aturan yang baik, dengan kebijakan yang tepat, yang membawa manfaat sebesar-besarnya bagi rakyat kita.


Kemudian tentu ekspor dan impor. Ekspor kita di tengah-tengah krisis global, karena sudah mulai pulih pelan-pelan harus kita tingkatkan lagi, seraya kita juga harus menghidupkan perdagangan dalam negeri. Dua-duanya penting, karena itu adalah komponen dari pertumbuhan kita.


Saudara-saudara,


Yang penting bagi Saudara, para pelaku dunia usaha, pelaku pasar modal, 5 tahun mendatang kita juga ingin meningkatkan sinergi, pemerintah pusat-pemerintah daerah, pemerintah-dunia usaha. Sesungguhnya juga pemerintah, dunia usaha dan civil society, semua harus seiya sekata, termasuk parlemen, pusat maupun daerah, harus bersama-sama. Dengan demikian, dengan sinergi yang baik ini lebih banyak lagi yang bisa kita lakukan untuk membangun perekonomian dan pembangunan-pembangunan yang lain.

 

Saudara-saudara,


Itulah 5 tahun mendatang, ekonomi, untuk kesejahteraan rakyat, demokrasi dan keadilan. Ekonomi sendiri sudah saya break down tadi. Dan untuk mencapai 7%, investasi, itu harus kita lakukan besar-besaran.
Sudah kita hitung kemampuan kita, mobilisasi sumber dalam negeri tidak lebih dari 50%. Artinya kita harus bermitra dengan mitra-mitra kita, dari negara lain, untuk menggalakkan investasi di negeri ini, kebijakan, insentif, aturan kita tata semua.


Saudara-saudara,


Melengkapi apa yang saya sampaikan tadi, yang ingin saya sampaikan adalah ada sejumlah isu penting yang akan kita hadapi, yang mestinya kita kelola dengan sebaik-baiknya. Pertama, sudah saya sampaikan investasi. Tapi investasi ini yang saya maksudkan adalah, investasi akan berkembang, baik di pusat maupun didaerah, maksud saya pintunya pusat maupun daerah, manakala, sekali lagi, kondisi riil dimana investasi itu dijalankan itu baik, mendukung. Tidak mungkin peraturannya kacau balau, politiknya gonjang-ganjing, infrastrukturnya sangat kurang, proses perizinannya berbelit-belit dan sebagainya. Siapa yang mau datang berinvestasi, Saudara pun juga mikir-mikir. Bahkan mungkin meskipun tidak saya kehendaki, banyak yang lebih senang berinvestasi di negara yang sudah stabil, yang sudah mapan, yang certain dibandingkan negeri kita. Tapi poin saya, benar-benar, mari kita jaga lingkungan dalam negeri kita, agar investasi ini tumbuh dengan baik.


Yang kedua, infrastruktur. Ya, saya tahu, ini pekerjaan rumah yang sangat-sangat penting dan kita akan all out 5 tahun mendatang untuk membangun itu. Financing, semua rencana yang bagus-bagus tidak mungkin bisa dilaksanakan tanpa sumber pembiayaan yang cukup, dengan mekanisme pembiayaan yang baik pula. Oleh karena itu, mesti ada satu mekanisme yang credible di negeri ini untuk pembiayaan, public private financing, perlu peran perbankan, peran pasar modal, peran lembaga keuangan non-bank dan sebagainya. Kita harus punya national strategy, bagaimana kita mendayagunakan, kita punya sumber-sumber kapital atau modal di dalam negeri ini. Jangan kita merugi, jangan kita apa istilahnya itu idle, underutilized, kita punya, tapi tidak bisa dibelanjakan dengan baik.

Yang keempat, isu yang kita hadapi adalah domestic market. Saudara sudah mendengarkan beberapa kali saya bicara, bahwa ke depan, di samping ekspor tetap kita tingkatkan, kita juga harus meningkatkan pasar dalam negeri, domestic market. Jangan disia-siakan wilayah kita yang luas, sumber daya alam kita yang besar, human capital kita yang terus meningkat, baik kualitas maupun kuantitasnya. Kemudian, banyak hal yang apabila ini kita ciptakan dengan baik, dengan logistik, nasional yang baik pula, maka ini akan menjadi kehidupan baru dalam perekonomian di negeri kita. Connectivity kita bangun, transportasi, IT dan sebagainya.


Saya sudah berbicara dengan seluruh gubernur di Indonesia. Kalau ingin meningkatkan ekonomi domestik, ya semua dikembangkan. Kalau provinsi-provinsi berkembang, maka otomatis domestic market akan growing, dan kemudian semua akan mendapatkan nilai tambah, dan akhirnya Indonesia sendiri sebagai satu kesatuan ekonomi. Kalau kita bicara geo-ekonomi di kawasan Asia Tenggara, maupun Asia Pasifik, tentu akan lebih banyak lagi yang kita lakukan.


Lantas yang terakhir adalah global cooperation. Saudara-saudara, kita tidak bisa hidup sendiri karena sebetulnya sudah ada i
nter-connectedness, mau tidak mau. Oleh karena itu, marilah kita cerdas, marilah kita tidak gamang, marilah kita tidak memiliki pikiran yang sempit seolah-olah tidak diperlukan kerjasama antar bangsa, baik secara regional maupun secara global. Tetapi harus punya arah politik luar negeri kita, harus punya agenda yang jelas, kerjasama internasional kita dan semuanya diabdikan untuk kepentingan rakyat kita.

 

Itu adalah pekerjaan-pekerjaan besar. Saudara-saudara, yang akan kita hadapi 5 tahun mendatang. Meskipun semua itu telah kita persiapkan dalam satu strategic plan yang lebih komprehensif, dan setiap saat pemerintah bisa merespon setiap dinamika yang terjadi, sebagaimana yang kita lakukan 5 tahun yang lalu, sehingga Saudara harus yakin dan pasti, bahwa perjalanan bangsa ini, pembangunan kita sudah pada arah yang benar, kebijakan dan strategi dasarnya sudah tepat. Bahwa sepanjang perjalanan ada hambatan, rintangan, shock, discontinuities, crisis, itu terjadi di negara manapun juga. Oleh karena itu, tidak ada kata untuk tidak optimis, dan tidak ada kata untuk kita tidak lebih bersatu lagi, bekerja lebih keras lagi, bersinergi agar apa yang ingin kita capai dapat kita capai bersama atau dengan sebaik-baiknya.


Demikian yang dapat saya sampaikan. Dan saya ingin memberi kesempatan kepada Saudara yang ingin menyampaikan pandangan-pandangan kepada saya, welcome, karena tentu tidak mungkin seluruh urusan di negeri ini bisa diselesaikan oleh pemerintah sendiri, mesti ada kebersamaan di antara kita. Dengan niat yang baik, dengan pikiran yang ikhlas dan tulus semuanya untuk kepentingan rakyat kita.

 

Sekian.


Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

 

Biro Naskah dan Penerjemahan

Deputi Mensesneg Bidang Dukungan Kebijakan

Sekretariat Negara Republik Indonesia