SAMBUTAN
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
PADA ACARA
PERESMIAN PEMBUKAAN
SEMINAR INTERNASIONAL PERTAHANAN
"INDONESIA MENUJU 2025
TANTANGAN GEOPOLITIK DAN KEAMANAN"
TANGGAL 17 MARET 2010
DI ISTANA NEGARA, JAKARTA
Bismillahirrahmanirrahmanirohim,
Assalamualaikum Warahmatullahi wabarakatuh,
Salam sejahtera untuk kita semua,
Yang saya hormati Saudara Menteri Pertahanan dan para Menteri Kabinet Indonesia Bersatu II,
Prof. DR. Juwono Sudarsono, mantan Menteri Pertahanan,
Panglima Tentara Nasional Indonesia, Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia, Kepala Staf TNI Angkatan Udara, dan para pejabat teras jajaran Departemen Pertahanan dan Markas Besar TNI.
Yang Mulia para Duta Besar Negara-Negara Sahabat dan para atase pertahanan, para anggota Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia,
Para penceramah, pembicara, dan panelis dari negara-negara sahabat,
Para peserta seminar yang saya hormati.
Dengan terlebih dahulu memanjatkan puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, Allah SWT, izinkan saya pada kesempatan yang baik ini mengucapkan selamat ulang tahun kepada Universitas Pertahanan yang alhamdulillah telah genap berusia satu tahun. Saya berharap, Universitas Pertahanan Indonesia ini dapat terus dimajukan dan dikembangkan di bawah, tentunya, bimbingan Menteri Pertahanan dan Menteri Pendidikan Nasional, agar kelak benar-benar menjadi Universitas Pertahanan bertaraf internasional.
Saya senang karena Universitas Pertahanan telah menjalin kerjasama dengan berbagai lembaga sejenis, baik di dalam maupun di luar negeri. Saya berharap kerjasama itu terus dilanjutkan dan ditingkatkan di masa depan. Saya ingin berpesan agar dalam pengembangan Universitas Pertahanan ini, Saudara para pengelola universitas ini benar-benar dapat menunjukkan kekhasan dan keunggulan dari Universitas Pertahanan Indonesia. Artinya, kalau ada pihak, baik di dalam maupun di luar negeri, ingin belajar di Universitas Pertahanan Indonesia berarti mereka ingin mendapatkan pengetahuan yang khas, ingin mengikuti studi-studi khusus yang menjadi kekuatan dari universitas ini.
Sebagai contoh, baik nantinya kalau di Universitas ini, ada studi tentang perang khusus, misalnya perang gerilya, ataupun counterinsurgency warfare, yang Indonesia sangat kaya dalam teori, doktrin, dan praktek kedua jenis peperangan ini, sebagaimana yang telah tercatat abadi dalam sejarah perjuangan Bangsa Indonesia. Studi yang lain misalnya tentang internal security, conflict resolutions, kita punya pengalaman yang banyak dalam resolusi konflik secara damai. Misalnya di Aceh dan di daerah-daerah lain di tanah air kita di waktu yang lalu.
Counter terrorisms, kita tentu bisa berbagi pengetahuan dan pengalaman dalam menghadapi terorisme ini. Misalnya lagi tentang Islam dan harmony among civilization, tentang Islam and Democracy misalnya. Tentang pula economy of developing nation. Dan, yang juga menjadi topik seminar hari ini, seputar natural resources management. Saya kira banyak bidang studi yang bisa kita hadirkan dalam universitas ini, yang justru nanti menjadi kekhasan atau keunggulan dari lembaga yang kita miliki ini.
Saudara-saudara,
Berkaitan dengan seminar ini, saya mengucapkan terima kasih dan penghargaan kepada pimpinan Universitas dan Menteri Pertahanan yang berprakarsa untuk menyelenggarakan seminar internasional di bidang pertahanan ini. Tema seminar yang dipilih "Indonesia toward 2025, Geopolitical and Security Challenges (Focus on Economy, Natural Resources, and Energy Aspects)" menurut saya relevan dan juga kontekstual dengan perkembangan dan dinamika global dewasa ini. Semoga dalam seminar ini dapat didiskusikan isu-isu yang berkaitan dengan tema besar itu untuk meningkatkan pemahaman tentang Indonesia dan tentang dunia awal abad 21.
Â
Saya juga ingin mengucapkan selamat datang kepada para pembicara dan panelis dari negara-negara sahabat, dan terima kasih atas partisipasinya dalam seminar yang dilaksanakann oleh Universitas Pertahanan ini. Menurut catatan saya, ada empat topik bahasan yang akan diagendakan dalam seminar ini. Yang pertama adalah tentang global economic turmoil, penting. Yang kedua tentang natural resources and energy security, menjadi fokus. Yang ketiga tentang the shifting of global power system. Ini juga relevan. Dan yang keempat, saya juga diberitahu akan ada forum untuk young leaders dengan judul "The Crisis of Identity in the Globalization Era." Saya kira topik-topik itu penting untuk bisa didiskusikan dengan baik. Saya berharap Saudara-saudara, seminar ini dapat dijadikan semacam academic forum yang tentunya akan membawa manfaat bagi para policy makers di bidang pertahanan.
Hadirin sekalian yang saya hormati,
Â
Saya ingin memberikan ulasan singkat dari masing-masing topik. Anggaplah sebagai salah satu pandangan atau pendapat untuk nanti bisa didiskusikan dalam seminar yang akan berlangsung dua hari, hari ini dan besok. Pertama tentang topik yang pertama, global economic turmoil. Dunia, saya kira Saudara setuju, mendapatkan pelajaran yang luar biasa dari krisis ekonomi global yang terjadi tahun 2008 dan tahun 2009 yang lalu. Di Indonesia sendiri, kita melakukan langkah-langkah yang cepat, tepat, dan terpadu, dan tentunya menetapkan sejumlah kebijakan untuk mengatasi krisis itu. Alhamdulillah hasilnya nyata, Indonesia dapat meminimalkan dampak dari krisis global itu. Ekonomi Indonesia tetap tumbuh positif. Tahun 2008 tumbuh 6,1% dan tahun lalu tumbuh 4,5%. Pertumbuhan tertinggi, terbesar setelah Tiongkok dan India di antara negara-negara G-20.
Â
Employment kita tetap terjaga di saat krisis. Perbankan nasional juga dapat kita kelola, dan kita bisa mencegah dari terjadinya krisis di dunia perbankan sebagaimana yang kita alami pada tahun 1998 yang lalu. Dan terus terang, pengalaman Indonesia, ketika kita terjatuh dalam krisis 10-11 tahun yang lalu amat berharga. Karena setelah itu kita melakukan reformasi di bidang ekonomi, termasuk di bidang perbankan, dan akhirnya fundamental perekonomian kita makin kuat, dan kita makin memiliki resilience untuk menghadapi krisis perekonomian seperti itu.
Â
Saudara-saudara,
Â
Itu langkah-langkah domestik kita. Secara internasional, Indonesia juga sangat aktif bersama-sama dengan negara-negara lain di dalam menjalin kerjasama mengatasi resesi perekonomian global yang berlangsung kurang lebih dua tahun yang lalu. Yang kami lakukan bersama negara-negara yang lain, utamanya dalam forum G-20 adalah stabilisasi keuangan dunia, stop the bleeding, yang luar biasa waktu itu. Memulihkan kepercayaan pada tingkat dunia, melaksanakan langkah-langkah counter cyclical, counter cyclical masses, termasuk menjalankan global economic stimulus yang sangat terkoordinasi.
Â
Kita juga menjaga agar global trade and investment tetap terbuka dan kita sama-sama tidak bersetuju kalau kita masuk dalam alam proteksionisme. Kita juga bersepakat untuk melakukan pembenahan atau reformasi pada global financial architecture, termasuk sisi regulasi maupun kelembagaannya, misalnya WTO, World Bank, dan IMF. Kita juga bersepakat melalui serangkaian pertemuan puncak untuk membikin perekonomian global di masa depan itu lebih balance. Kita juga ingin global growth itu betul-betul strong, inclusive, dan sustainable, sehingga tidak menyimpan bom waktu bagi generasi di masa depan.
Â
Itulah kira-kira apa yang dilakukan oleh masyarakat dunia dalam merespon dan mengatasi krisis pada tahun 2008-2009 yang lalu. Saya sendiri bersama delegasi Indonesia aktif di berbagai forum; G-20, APEC, ASEAN Summit, East Asian Summit, ASEM, dan sebagainya.
Saudara-saudara,
Â
Tentu saja, masih ada pekerjaan rumah, baik pada tingkat nasional, tingkat regional, dan tingkat global, bagaimana kita bersama-sama menjalankan ekonomi global ini dengan mengambil pelajaran dari krisis yang baru saja terjadi.
Â
Hadirin yang saya hormati,
Â
Topik kedua adalah tentang natural resources dan energy security. Saya sepakat dengan pihak panitia seminar yang memilih topik ini. Bahwa ini juga merupakan isu yang critical, dan juga menjadi tantangan bagi dunia di masa depan. Penduduk bumi sekarang ini sekitar 6,6 milyar manusia, dan masih akan terus bertambah. Mereka memerlukan sumber-sumber kehidupan. Di samping itu, bukan hanya jumlahnya makin bertambah, tapi kaum kelas menengah, middle class, juga terus bertambah yang dengan gaya hidup yang, terus terang, masih boros, maka mereka memerlukan lagi sumber-sumber kehidupan. They consume more ke depan ini. Demand akan terus meningkat untuk keperluan-keperluan utama.
Â
Saudara-saudara,
Â
Berkaitan dengan isu ini, lima tahun yang lalu saya sudah pernah mengenalkan isu yang menurut saya bisa menjadi krisis di masa depan. Saya kedepankan isu itu baik di dalam maupun di luar negeri. Apa itu? Yaitu yang saya sebut dengan few: food, energy, and water; food, energy, and water security. Ini sangat penting. Saya khawatir jika dunia gagal mengelola dan mengatasi kemungkinan terjadinya benturan kepentingan dalam pencarian, penguasaan, mungkin perebutan, yang namanya food, energy, dan water ini bisa menjadi sumber konflik baru pada tingkat global. Bisa saja. Bisa menyulut terjadinya peperangan.
Â
Kita tahu bahwa era perang terbuka, sebagaimana yang terjadi di millenium pertama dulu, yang sering termotifkan pada benturan ideologi, agama, atau penguasaan teritori, itu menurut saya sudah berakhir. Sangat kecil kemungkinannya, terjadinya perang terbuka pada tingkat global yang bersumber dari sebab-sebab itu; agama, ideologi, maupun teritori. Bisa jadi, di masa depan, sumber konflik yang mengarah seperti yang saya katakan tadi; food, energy, and water.
Â
Negara berpenduduk besar, negara-negara yang disebut emerging economies, dengan economy growth yang tinggi, hampir pasti memerlukan sumber pangan dan energi yang besar. Dan permasalahan menjadi semakin kompleks ketika kita tahu dunia pun sekarang mengalami krisis lingkungan, climate change. Yang climate change ini tentu juga berkaitan dengan pangan, energi, dan air.
Â
Oleh karena itu, marilah kita sungguh memahami dan menyadari ada sesuatu yang mungkin tidak kita perhatikan, tetapi diam-diam, kalau tidak kita kelola secara bersama pada tingkat global kelak akan menjadi isu, tantangan, ataupun bisa ancaman pada masa depan dunia kita, yaitu sebutlah food, energy, and water yang saya sampaikan tadi.
Saudara-saudara,
Â
Tentang topik yang ketiga yang dipilih oleh panitia, yaitu the shifting of global power system, saya melihat ini juga sebuah isu yang menarik. Ini menyangkut geopolitics of the future, geopolitik 10-20-30 tahun mendatang. Beberapa saat yang lalu di Cilangkap, di hadapan para perwira tinggi militer, saya sudah menyampaikan hal ini. Demikian juga, di ruangan ini saya berbicara di hadapan para duta besar dan para diplomat Indonesia, yang waktu itu juga saya kedepankan sebuah isu yang saya sebut tatanan dunia baru dan power games dalam dunia multi polar, dunia multi polar.
Â
Minggu lalu saya berkunjung ke Australia, bertemu dengan sahabat saya, Perdana Menteri Kevin Rudd. Saya juga bertukar pikiran tentang isu besar ini, tentang perkembangan dunia, dan juga tentang regional architecture. Minggu depan Presiden Obama akan berkunjung ke Indonesia, dan pasti ada waktu untuk bertukar pikiran tentang perkembangan dunia yang menjadi, tentu, perhatian kita semua. Dan bulan depan, insya Allah saya akan menerima kunjungan Perdana Menteri Tiongkok, Premier Wen Jiabao. Dan hampir pasti kami juga mendiskusikan masalah-masalah yang dihadapi oleh kita semua.
Â
Teori dan pengamatan saya, Saudara-saudara, adalah setelah perang dingin berakhir, setelah terjadinya serangan teroris di New York pada tahun 2001, dan setelah terjadi krisis perekonomian global kemarin, 2008-2009, nampaknya dunia sedang mencari dan mambangun tatanannya yang baru, dengan segala interplay-nya, dan komunikasinya. Barangkali dunia sekarang mirip tatanannya dengan dunia abad pertengahan yang ditandai oleh banyak pola, banyak kutub, multi polar world, waktu itu.
Â
Jika dalam perang dingin hanya ada dua blok; Blok Barat dan Blok Timur. Kemudian pasca perang dingin barangkali Amerika menjadi the only super power, maka sekarang ini sepertinya terjadi perubahan-perubahan dan pergeseran-pergeseran menyangkut world order. Dan bukan hanya itu, nampaknya juga, isu-isu global yang dulu eksis pada era perang dingin dan era pasca perang dingin, sekarang bertambah banyak. Inilah dunia saat ini.
Â
Mari kita simak kekuatan-kekuatan global yang masuk screen. Pada global landscape sekarang ini, misalnya ada Amerika, ada Asia dengan Tiongkok di situ, dan ada Eropa. Ada pula yang disebut emerging economies; Tiongkok, India, Brazil, Afrika Selatan, dan konon pada peringkat yang lebih bawah, Indonesia pelan-pelan masuk dalam barisan itu. Timur Tengah, bukan hanya Petro Dollarnya, tetapi juga menjadi center dari Islamic World itu juga masuk dalam perhatian dunia. Dan negara-negara itu, sekarang ini diwakili oleh. Berapa negara G-20 itu ya? Dua puluh? G-20 berapa negara? Dua puluh ya? Ditambah. Sebetulnya G-20 dua puluh negara, tetapi sesungguhnya di dalamnya ada negara-negara lain, karena ada asosiasi yang juga mewakili beberapa negara, diwakili oleh G-20.
Â
Ada juga yang mengatakan nanti hanya akan ada G-2, katanya G-2; Amerika Serikat dengan Tiongkok. Kita lihat saja seperti apa perkembangan tatanan dunia, tapi yang jelas, terlalu dini kalau kita mengatakan pasti begini-pasti begitu. Ini terus berubah dan berkembang. Itu power relations, hubungan antar kekuatan-kekuatan.
Â
Sekarang isu yang muncul itu bertambah banyak. Masuk sekarang dengan pengalaman krisis kemarin, the sustainability of the global economy, climate change, clash of civilization, terrorism, food security, non-traditional security threat yang sudah sama-sama kita kenal. Itulah kira-kira geopolitics of the future. Itulah kira-kira landscape politik dan keamanan pada tingkat dunia. yang tadi,
Â
Saudara-saudara,
Dengan saya sampaikan pandangan singkat saya, pada tiga topik itu, maka menutup
dari sambutan saya ini, marilah sama-sama kita telaah. Lantas seperti apa
kira-kira situasi dunia tahun 2025, tahun yang Saudara pilih dalam seminar ini?
Lantas apa pula tantangan yang dihadapi oleh masyarakat dunia, termasuk
masyarakat Indonesia? Tentu bukan tugas saya untuk menjawab itu, itulah gunanya
seminar ya, yang oleh Universitas Pertahanan
diselenggarakan selama dua hari ini. Justru saya, Pak Purnomo, saya ingin
mendengar nanti apa hasil seminar, setelah didiskusikan selama dua hari ini.
Tugas saya membuka seminar dan nanti memukul gong di sana, lebih ringan,
dibandingkan mendiskusikan dan merumuskan hasil-hasil seminar nanti.
Â
Tetapi, tetapi begini Saudara-saudara, sebagai salah satu dari world leaders, ijinkan saya untuk menyampaikan penglihatan saya, dan pikiran saya tentang langkah apa yang mesti dilakukan oleh dunia menghadapi tantangan-tantangan itu. Saya secara sangat singkat ingin menyampaikan empat hal saja. Pertama, menghadapi tantangan global masa kini dan masa depan, menurut saya diperlukan kesadaran baru dan tanggung jawab bersama dari semua bangsa di dunia, dari semua umat manusia, termasuk kesediaan untuk membangun gaya hidup, lifestyle yang pro keselamatan bumi, pro planet. Itu pertama.
Â
Yang kedua, menurut saya diperlukan teknologi, penguasaan dan penggunaan teknologi yang mampu mengatasi berbagai permasalahan global, termasuk food, energy and water security dan mengatasi non-traditional security threat. Di sini diperlukan inovasi pada semua negara, semua bangsa, dan pada tingkat dunia. Itu yang kedua.
Â
Sedangkan yang ketiga, diperlukan kerjasama dan kemitraan global yang lebih efektif, more effective global cooperations and partnership, termasuk diperlukannya semacam policy coordinationscollective actions yang dijalankan bersama. dan
Â
Dan yang keempat atau yang terakhir, ini sebuah pesan moral. Karena kita tahu, bahwa sumber-sumber konflik global barangkali tidak seperti dunia masa lalu. Ambillah contoh tadi, kemungkinan bakal terjadinya konflik untuk penguasaan sumber-sumber pangan, energi dan air, dan ancaman keamanan yang tidak tradisional, maka manakala ada benturan kepentingan tentang itu, marilah kita carikan solusinya secara damai. Jangan terlalu cepat dan terlalu mudah untuk menggunakan kekuatan militer atau hard power lainnya.
Â
Kalau itu terjadi, umat manusia akan kalah 2 kali, sudah mengalami kesulitan di dalam mendapatkan sumber-sumber pangan, energi dan air, ditambah dengan tragedi peperangan yang biasanya menimbulkan kesengsaraan dan kesulitan bagi umat manusia. Dan di atas segalanya, lagi-lagi ini seruan dan ajakan moral, marilah kita bangun peradaban dunia yang baik, yang ketika kita memecahkan masalah-masalah global tadi, juga dilaksanakan secara civilized, secara beradab.
Â
Itulah barangkali empat hal yang bisa dipikirkan secara bersama bagaimana kita semua, bangsa-bangsa di dunia, melihat masa depan kita dengan tujuan, keselamatan bumi kita, keselamatan kehidupan di atas bumi itu, dan masa depan generasi yang akan datang.
Â
Dengan pandangan itu semua, Saudara-saudara, akhirnya dengan terlebih dahulu memohon ridho Tuhan Yang Maha Kuasa dan dengan mengucapkan Bismillahirrahmanirrahim, Seminar Internasional Tentang Pertahanan dengan resmi saya nyatakan dibuka. Sekian.
Â
Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Â
Â
Â
Â
Biro Naskah dan Penerjemahan,
Deputi Mensesneg Bidang Dukungan Kebijakan,
Sekretariat Negara RI