Ajakan tersebut diserukan Presiden SBY saat menerima pengasuh pondok pesantren se-Indonesia dan pengurus tingkat pusat dan wilayah Rabithah Ma’ahid Islamiyah di Istana Negara, Senin (21/5) siang.
"Janganlah kita menggunakan kebebasan tanpa batas dan tanpa akhlak. Berbahaya,� pesan Presiden. “Di masyarakat manapun, kalau kebebasan menjadi panglima dan tanpa batas, tidak peduli kebebasan itu mengganggu yang lain, atau tidak disertai akhlak, hampir pasti masyarakat itu akan runtuh. Mari kita gunakan kebebasan dengan tanggungjawab yang tinggi. Demokrasi harus mekar, kebebasan harus hadir di negeri ini, tapi kebebasan yang bertanggung jawab degan akhlak,� tegasnya.
"Jangan yang kedua adalah jangan membiarkan masyarakat Indonesia mengejar kesenangan duniawi semata. Kesenangan duniawi yang berlebihan biasa disebut dengan hedonisme. Salah satu bahaya globalisasi adalah tumbuhnya gaya hidup global yang kadang-kadang hedonistik dan mengejar kesenangan duniawi semata,� ujar Presiden di hadapan lebih kurang 300 hadirin. "Mari kita cegah gaya hidup seperti ini berkembang di Indonesia. Islam mengajarkan bahwa dalam hidup harus ada keseimbangan dunia dan akhirat. Apalagi bagi Indonesia yang sedang membangun, bila ada kelebihan tolonglah bantu kaum dhuafa dan yang masih memerlukan bantuan,� seru Presiden SBY.
"Jangan yang ketiga adalah jangan mengembangkan budaya fitnah. Hati-hati,� ujar Presiden. “Jangankan pemimpin atau tokoh. Siapapun harus hati-hati dalam bertutur kata. Bayangkan kalau negara kita dalam lautan fitnah. Menuduh orang sembarangan, dosanya luar biasa,� kata Presiden. “Orang yang dituduh punya keluarga. Fitnah lebih kejam daripada pembunuhan. Belum lagi yang difitnah karena dicemarkan nama baiknya, menuntut ke pengadilan. Negara kita yang harusnya tentram dan damai, jadi saling tuntut menuntut. Kontrolnya ada dalam diri kita. Mari kita hati-hati dalam berbicara,� tegas Presiden.
Selain 25 pimpinan wilayah RMI se-Indonesia, nampak hadir dalam acara tersebut antara lain adalah Menteri Agama Maftuh Basyuni, Seskretaris Kabinet Sudi Silalahi dan Ketua PB NU Rozy Munir.
Sumber :
http://www.presidensby.info/index.php/fokus/2007/05/21/1854.html