Presiden mengatakan hal ini dalam konferensi ke-100 Organisasi
Perburuhan Internasional (ILO) di Palais Des Nations, Jenewa, Swiss,
Selasa (14/6) pagi waktu setempat atau sore di Indonesia. Presiden SBY
menjadi presiden RI pertama yang berpidato dalam konferensi ILO dan juga
satu-satunya kepala negara/pemerintahan Asia pada kesempatan ini.
Dengan jumlah 205 juta pencari pekerjaan tersebut berarti tingkat pengangguran global sebesar 6.2 persen tahun 2010. “Kita juga menyaksikan migrasi besar para buruh, apakah itu merupakan akibat krisis ekonomi global atau konsekuensi dari ketegangan di Timur Tengah dan Afrika Utara. Ini merupakan masalah yang harus segera diatasi. Sementara itu, walaupun dunia berangsur pulih dari krisis finansial baru-baru ini, efeknya masih terasa di banyak bagian dunia," SBY menambahkan.
Tantangan-tantangan ini akan mempengaruhi lapangan kerja global dan membutuhkan kerja sama internasional yang lebih besar untuk mengatasi masalah lokal bedimensi global ini. “Apa yang harus dilakukan? Kalau boleh saya akan menyarankan beberapa hal, pertama, kita harus mempromosikan kebijakan pembangunan pro-growth, pro-job, dan pro-poor. Di Indonesia, kami menyebut ini pertumbuhan yang berkeseimbangan,†SBY memulai proposalnya.
“Tak seharusnya kita mengejar pertumbuhan untuk pertumbuhan semata. Kita juga harus menciptakan kesempatan kerja agar masyarakat bisa mendapatkan pekerjaan layak. Salah satu cara untuk melakukan ini adalah meningkatkan daya beli rumah tangga, memperkuat ketahanan sektor privat, dan mempromosikan investasi,†SBY menjelaskan. Karena yang memberikan pekerjaan terbanyak adala sektor privat, maka harus diciptakannya kebijakan yang probisnis.
“Kedua, kebijakan dan strategi dalam menciptakan lapangan pekerjaan juga harus dipandu oleh visi pertumbuhan yang berkelanjutan, harus pro-environment,†ujar Presiden RI. Indonesia, ujar SBY, berencana memajukan green skill dalam skala nasional dengan bekerja sama dengan sektor privat.
â€Ketiga, dignity dari pekerjaan harus dipromosikan dan dilindungi. Tidak cukup hanya menyediakan pekerjaan yang menjamin kebutuhan sehari-hari, para pekerja dan anak-anak mereka harus mendapatkan jaminan masa depan," Presiden SBY menegaskan.
Dignity yang dimaksud, di antaranya, jaminan sosial dan perlindungan sosial, perumahan yang mencukupi, kesehatan, dan pendidikan.
“Keempat, kebijakan pertumbuhan harus menyediakan kesempatan bagi para pekerja untuk berpartisipasi dalam pemerintahan demokratis,†lanjut SBY. Ini berarti harus ada dialog yang terus-menerus antara pemerintah, pemberi pekerjaan, dan pekerja.
Presiden SBY kemudian mengangkat isu kerja sama global sebagai hal kelima yang harus diperhatikan, untuk memastikan keuntungan dari globalisasi dibagi secara merata. â€Dengan memikirkan kesulitan para pekerja, kita harus mencari cara untuk lebih mengoordinasikan lagi forum-forum internasional yang terkait, seperti ILO, UNCTAD, OECD, dan G-20,†ujar SBY.
Hal terakhir yang disebutkan Presiden adalah pentingnya semua negara menerapkan 8 konvensi fundamental ILO, dan memastikan konvensi-konvensi tersebut dijalankan. Indonesia sendiri merupakan negara ASEAN pertama yang telah menerapkan kedelapan konvensi tersebut. (arc/har)
Dengan jumlah 205 juta pencari pekerjaan tersebut berarti tingkat pengangguran global sebesar 6.2 persen tahun 2010. “Kita juga menyaksikan migrasi besar para buruh, apakah itu merupakan akibat krisis ekonomi global atau konsekuensi dari ketegangan di Timur Tengah dan Afrika Utara. Ini merupakan masalah yang harus segera diatasi. Sementara itu, walaupun dunia berangsur pulih dari krisis finansial baru-baru ini, efeknya masih terasa di banyak bagian dunia," SBY menambahkan.
Tantangan-tantangan ini akan mempengaruhi lapangan kerja global dan membutuhkan kerja sama internasional yang lebih besar untuk mengatasi masalah lokal bedimensi global ini. “Apa yang harus dilakukan? Kalau boleh saya akan menyarankan beberapa hal, pertama, kita harus mempromosikan kebijakan pembangunan pro-growth, pro-job, dan pro-poor. Di Indonesia, kami menyebut ini pertumbuhan yang berkeseimbangan,†SBY memulai proposalnya.
“Tak seharusnya kita mengejar pertumbuhan untuk pertumbuhan semata. Kita juga harus menciptakan kesempatan kerja agar masyarakat bisa mendapatkan pekerjaan layak. Salah satu cara untuk melakukan ini adalah meningkatkan daya beli rumah tangga, memperkuat ketahanan sektor privat, dan mempromosikan investasi,†SBY menjelaskan. Karena yang memberikan pekerjaan terbanyak adala sektor privat, maka harus diciptakannya kebijakan yang probisnis.
“Kedua, kebijakan dan strategi dalam menciptakan lapangan pekerjaan juga harus dipandu oleh visi pertumbuhan yang berkelanjutan, harus pro-environment,†ujar Presiden RI. Indonesia, ujar SBY, berencana memajukan green skill dalam skala nasional dengan bekerja sama dengan sektor privat.
â€Ketiga, dignity dari pekerjaan harus dipromosikan dan dilindungi. Tidak cukup hanya menyediakan pekerjaan yang menjamin kebutuhan sehari-hari, para pekerja dan anak-anak mereka harus mendapatkan jaminan masa depan," Presiden SBY menegaskan.
Dignity yang dimaksud, di antaranya, jaminan sosial dan perlindungan sosial, perumahan yang mencukupi, kesehatan, dan pendidikan.
“Keempat, kebijakan pertumbuhan harus menyediakan kesempatan bagi para pekerja untuk berpartisipasi dalam pemerintahan demokratis,†lanjut SBY. Ini berarti harus ada dialog yang terus-menerus antara pemerintah, pemberi pekerjaan, dan pekerja.
Presiden SBY kemudian mengangkat isu kerja sama global sebagai hal kelima yang harus diperhatikan, untuk memastikan keuntungan dari globalisasi dibagi secara merata. â€Dengan memikirkan kesulitan para pekerja, kita harus mencari cara untuk lebih mengoordinasikan lagi forum-forum internasional yang terkait, seperti ILO, UNCTAD, OECD, dan G-20,†ujar SBY.
Hal terakhir yang disebutkan Presiden adalah pentingnya semua negara menerapkan 8 konvensi fundamental ILO, dan memastikan konvensi-konvensi tersebut dijalankan. Indonesia sendiri merupakan negara ASEAN pertama yang telah menerapkan kedelapan konvensi tersebut. (arc/har)
Â
Â
Â
Â
Â
Â
Â
Â
http://www.presidenri.go.id/
Â
Bagaimana pendapat anda mengenai artikel ini?