22 Mei 2018, Kedeputian Bidang Dukungan Ekonomi, Infrastruktur, dan Kemaritim kembali menyelenggarakan Sharing Session di Sekretariat Wakil Presiden, Jalan Kebon Sirih 14, Jakarta Pusat. Kegiatan yang dilakukan secara berkala dan bersifat terbuka untuk seluruh kedeputian di lingkungan Sekretariat Wakil Presiden membahas tentang permasalahan seputar ekonomi tepatnya “Ekonomi Mudik”. Tema “Ekonomi Mudik” ini sering sekali menjadi topik aktual di bulan suci ramadan.
Diskusi kali ini mengupas segala sisi kegiatan mudik di sektor ekonomi seperti aspek makro ekonomi di bulan puasa dan Hari Raya Idul Fitri, yaitu kesiapan transportasi, infrastruktur, dan Bahan Bakar Minyak (BBM); ketersediaan bahan pokok (beras, gula, daging ayam, telur ayam, daging sapi, dan lainnya); pengendalian harga; serta pelayanan publik yang telah disiapkan pemerintah.
Mudik merupakan momen sakral yang terjadi setahun sekali untuk kembali ke kampung halaman (udik/desa). Perjalanan spiritual ini ditandai dengan bersilaturahmi bersama sanak saudara, sejawat, pinisepuh dan keluarga besar di tanah kelahiran. Mudik sendiri memiliki pengaruh besar pada dimensi ekonomi, menggerakkan sektor-sektor produksi, distribusi dan konsumsi atas jasa dan perdagangan.
Dengan mayoritas penduduk Indonesia yang beragama Islam, mudik di Indonesia merupakan tradisi yang sudah mendarah daging dalam menyambut Hari Raya Idul Fitri. Sebenarnya tradisi mudik atau pulang kampung halaman tidak selalu dilakukan oleh bangsa Indonesia, berbagai bangsa di negara lain pun ikut juga melakukan kegiatan serupa untuk merayakan hari raya atau perayaan tertentu. Di amerika, mereka melakukan tradisi pulang kampung saat perayaan Thanksgiving dan Hari Raya Natal. Begitupun di Tiongkok, masyarakatnya melakukan kegiatan yang serupa saat menjelang Hari Raya Imlek.
Menjelang hari Raya Idul Fitri, pergerakan masif dari kota besar ke daerah terjadi hampir di seluruh Indonesia. Tradisi mudik sosio-kultural ini ternyata turut menggenjot distribusi pendapatan dari kota besar ke desa sehingga bukan tidak mungkin membantu perekonomian yang terjadi di desa. Libur lebaran bukan penyebab perlambatan laju ekonomi namun justru malah menggerakan sektor-sektor di bidang ekonomi.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, laju inflasi terjadi setiap tahunnya pada waktu tersebut. Tahun 2018, inflasi diprediksi menumpuk di Bulan Mei dan Juni yang diikuti kenaikan harga beberapa kebutuhan pokok. Namun pada tahun 2017, realitas yang menggembirakan terjadi. Pemerintah berhasil mengendalikan laju inflasi pada bulan ramadan dan Hari Raya Idul Fitri di angka 0,069. Pemerintah pun terus berupaya agar dapat menekan gejolak harga pangan melalui operasi pasar dan Satgas Pangan.
Menghadapi perhelatan agung lebaran, ada tiga hal yang selalu menjadi perhatian utama pemerintah, yakni ketersediaan stok pangan dengan harga terjangkau; kelayakan jalan dan transportasi; serta kecukupan stok bahan bakar.
KETERSEDIAAN STOK PANGAN DENGAN HARGA TERJANGKAU
Ketersediaan beberapa bahan pokok Bulan Mei dan Juni 2018 berdasarkan laporan Kementerian Pertanian dan BULOG adalah sebagai berikut:
- Ketersediaan beras sebanyak 1,15 juta ton;
- Ketersediaan daging ayam ras sebanyak 626 ribu ton;
- Ketersediaan telur ayam ras sebanyak 521 ribu ton;
- Ketersediaan cabai merah 104 sampai 106 ton;
- Ketersediaan cabai rawit merah 83 sampai dengan 84 ton; dan
- Ketersediaan daging sapi sebanyak 117 ribu ton.
Secara umum, stok pangan dinilai mencukupi untuk memenuhi kebutuhan selama bulan puasa dan Hari Raya Idul Fitri. Namun, yang perlu dicermati adalah distribusi bahan-bahan pokok tersebut merata di seluruh wilayah. Ketepatan data stok dan kebutuhan, serta proses distribusinya akan membantu mengantisipasi melonjaknya harga bahan pokok akibat permintaan masyarakat yang melebihi kapasitas pasokan.
Berdasarkan pantauan harga pangan dari sejumlah pasar di Jabotabek, beberapa kebutuhan pokok mengalami kenaikan. Bahan pokok seperti beras, telur, dan daging ayam bahkan melampaui harga eceran tertinggi (HET) yang ditetapkan oleh Kementerian Perdagangan Tahun 2017.
Untuk menjaga harga pangan, Pemerintah melakukan operasi pasar dan penjualan sembako murah guna menjaga stok pangan. Pemerintah senantiasa mengatur proses impor beras, bawang, dan daging. Impor merupakan kebijakan jangka pendek untuk mengendalikan harga pangan dari laju inflasi. Kebijakan pangan jangka panjang adalah mengupayakan kemandirian pangan.
KELAYAKAN JALAN DAN TRANSPORTASI
Dalam melayani pemudik yang melalui jalur darat, Pemerintah memprediksi kenaikan lalu lintas di jalan tol pada waktu mudik lebaran mencapai 85%. Kenaikan tersebut dikarenakan tersedianya jalur tol operasi dan jalur tol fungsional yang bisa melayani pemudik. Di antaranta Jalur operasi Jakarta-Surabaya sepanjang 524 km dan jalur fungsional Jakarta-Surabaya 237 km. Untuk jalur tersebut total biaya tol yang diperlukan akan mencapai Rp330.000. Pemerintah dalam hal ini menyarankan agar para pemudik perlu menyiapkan saldo e-toll. Di sisi lain, pemerintah juga menginstruksikan agar penyelenggara jalan tol harus bisa fleksibel menyiapkan gerai tunai di gerbang tol, sebagai langkah antisipasi pemudik yang kekurangan atau tidak mempersiapkan saldo e-toll.
Bagi para pemudik yang pulang ke Sumatera dapat memanfaatkan tol Trans Sumatera. Ruas tol tersebut meliputi Bakaheuni-Terbanggi Besar (non tarif); Palembang-Indralaya; Medan-Binjai; Medan-Kualanamu-Tebing Tinggi; serta Terbanggi Besar-Pematang Panggang-Kayu Agung (non tarif).
Pemerintah telah menyiapkan 207 unit kapal Ro Ro dan 1.293 unit kapal laut untuk membawa pemudik yang menyebrang antar pulau. Armada bus yang telah disiapkan untuk beroperasi selama mudik sebanyak lebih dari 49 ribu unit.
Pilihan lain bagi para pemudik adalah moda kereta api dan pesawat. Untuk mengakomodasi tingginya permintaan, PT. KAI telah membuka pemesanan tiket kereta online sejak Maret 2018. Terkait dengan transportasi pesawat, diperkirakan akan ada kenaikan jumlah penumpang hingga 10,78%.
Dalam memberikan pelayanan yang optimal menjelang mudik Hari Raya Lebaran, pemerintah terus berupaya untuk mengurangi tingkat resiko kecelakaan lalu lintas akibat mudik dengan menggunakan kendaraan roda dua. Kementerian Perhubungan menyediakan kuota mudik gratis sebanyak kurang lebih 39 ribu sepeda motor melalui truk, kereta api, dan kapal laut.
KECUKUPAN STOK BAHAN BAKAR
Peningkatan volume kendaraan pemudik diperkirakan akan melonjak hingga 13% dibandingkan tahun lalu. PT Pertamina (Persero) membentuk Satuan Tugas (Satgas) BBM dan LPG Idul Fitri 2018, yang mulai aktif bekerja H-15 sampai dengan H+15 Idul Fitri. Setiap hari, pasokan Pertamina ke SPBU akan ditingkatkan dan ditambah dengan layanan BBM di 25 SPBU RA Tol, layanan Kiosk Kemasan Petramax di 26 titik dan Mobile Dispencer di 16 titik RA Tol non SPBU. Stok LPG juga akan diperkuat melalui kesiapan agen LPG PSO dan NPSO di seluruh Indonesia.
Selain itu, dengan bertambahnya jumlah hari cuti bersama Idul Fitri masyarakat diharapkan dapat merencanakan waktu mudik sebaik-baiknya guna menghindari kemacetan di jalan tol.
Kedeputian Bidang Dukungan Kebijakan Ekonomi, Infrastruktur, dan Kemaritiman akan menyelenggarakan kembali Sharing Session Jelang Idul Fitri bertemakan “Mudik Kreatif, Mudik Asyik” pada tanggal 4 Juni 2018 di Sekretariat Wakil Presiden, Jalan Kebon Sirih 14, Jakarta Pusat. (Thetanaya- Asisten Deputi Industri, Perdagangan, Pariwisata, dan Ekonomi Kreatif)