Kehadiran Mass Rapid Transit (MRT) atau Moda Raya Terpadu diyakini mampu menjadi salah satu solusi menekan angka kemacetan lalu lintas di ibu kota. Terlebih moda transportasi tersebut juga terintegrasi dengan moda transportasi lain seperti Bus Rapid Transit (BRT) dan Light Rapid Transit (LRT).
Presiden Joko Widodo meresmikan secara langsung operasional MRT Jakarta, Minggu (24/3) bertempat di Bundaran Hotel Indonesia. Sebelumnya, PT. MRT Jakarta melaksanakan uji coba publik dengan kuota mencapai 50.000 penumpang per hari. Selama uji coba tersebut, masyarakat dapat menikmati berbagai fasilitas dan fitur yang ada di seluruh stasiun seperti ruang menyusui, mushola, toilet untuk penyandang disabilitas, hingga lift bagi penumpang prioritas.
MRT Jakarta nantinya menargetkan 65.000 penumpang dapat terangkut setiap harinya. Angka tersebut diharapkan terus meningkat hingga 130.000 penumpang per hari. Dalam satu rangkaian kereta terdiri dari enam gerbong kereta dengan kapasitas penumpang sejumlah 1.900 orang. Ada sebanyak 14 rangkaian kereta yang beroperasi pada masa operasi komersial, dan dua rangkaian lainnya jadi cadangan.
"MRT bukan menjadi satu-satunya solusi untuk mengatasi stagnasi kendaraan di ibu kota, namun kehadiran MRT ini setidaknya mampu mengurangi beban jalan raya yang selama ini dipadati oleh kendaraan pribadi. Sebelumnya telah ada terlebih dahulu Transjakarta dan Kereta Rel Lisrik (KRL)," ungkap Menteri Perhubungan, Budi Karya Sumadi, Senin (25/3).
Budi mengatakan, memindahkan budaya masyarakat dari kendaraan pribadi ke transportasi umum bukan perkara mudah. Butuh waktu yang tidak sebentar sehingga mustahil perubahan tersebut dapat terlihat dalam jangka waktu satu dua bulan. Karenanya, Budi berharap secara perlahan namun pasti masyarakat beralih menggunakan transportasi umum.
Untuk tahap pertama, terang Budi, MRT Jakarta memiliki rute Bundaran HI-Lebak Bulus. Selanjutnya pembangunan MRT Jakarta fase II memiliki tujuan Stasiun Bundaran HI ke Kota Tua. "Nantinya seluruh stasiun MRT terintegrasi dengan moda transportasi lain. Selain itu perluasan rute juga diharapkan mampu menjangkau hingga daerah sub urban sehingga dapat melayani lebih banyak lagi penumpang yang sebelumnya merupakan pengguna kendaraan pribadi," imbuhnya.
Lebih lanjut Budi mendorong agar daerah-daerah lain di Indonesia dapat mengembangkan sistem transportasi massal yang handal. Dengan begitu, persoalan kemacetan dapat diantisipasi sebelum akhirnya benar-benar mengalami stagnasi. (disiapkan oleh Kepala Biro Komunikasi dan Informasi Publik Kementerian Perhubungan didukung oleh Tim Komunikasi Pemerintah Kemkominfo – Humas Kemensetneg)