Saat berbicara di hadapan pimpinan bank-bank nasional di Istana Negara pada Kamis, 15 Maret 2018, Presiden Joko Widodo mengatakan telah mengetahui adanya salah satu bank terbesar di dunia yang melakukan penggabungan anak usahanya di Indonesia dengan sebuah bank skala menengah Indonesia. Aksi usaha tersebut membuatnya masuk ke dalam 15 besar bank di Indonesia.
Menurut Presiden, hal tersebut ialah sesuatu yang wajar dan mungkin akan terus bertambah di masa mendatang. Dari fenomena tersebut, ada satu kesimpulan yang dapat ditarik, yakni kepercayaan dunia yang semakin meningkat untuk Indonesia.
"Itu adalah kepercayaan internasional kepada Indonesia yang sekarang ini sedang meningkat pesat," kata Presiden.
Sejauh ini, pandangan dunia terhadap pembenahan yang dilakukan pemerintah Indonesia di berbagai sisi memang berbuah positif. Sejumlah lembaga pemeringkat skala internasional ramai-ramai mengerek peringkat Indonesia dalam sejumlah indeks.
"Tahun yang lalu yang namanya Standard and Poor's (S&P) mengembalikan peringkat layak investasi kepada Indonesia. Kemudian disusul Fitch Ratings yang juga meningkatkan lagi dari BBB- menjadi BBB. Ini sebuah kepercayaan," tuturnya.
Dalam rilis Deputi Bidang Protokol, Pers, dan Media Sekretariat Presiden, Bey Machmudin menyebutkan kabar terbaru bahwa Indonesia juga dipandang sebagai salah satu negara tujuan investasi yang paling menarik bagi para investor. Adalah majalah U.S. News & World Report yang mengabarkan hal tersebut di mana Indonesia diposisikan pada peringkat kedua sebagai negara tujuan investasi yang paling menarik.
"Metode surveinya juga menarik. Mereka menyurvei 21 ribu responden, kemudian dipilih 6 ribu responden eksekutif pengambil keputusan untuk bertanya negara mana yang paling menarik untuk investasi saat ini," ungkapnya.
Dari laporan tersebut, Presiden Joko Widodo memetik pelajaran akan satu hal. Ternyata, dalam memutuskan ke mana para investor akan menginvestasikan sejumlah dana, para investor tidak hanya melihat mengenai bagaimana kondisi negara yang akan dituju.
"Tetapi karena tren di negara itu," ucapnya.
Para investor tidak selalu menjadikan negara yang telah berada dalam kondisi ideal untuk sebagai negara tujuan investasinya. Alih-alih memilih negara-negara itu, mereka kini lebih mengincar negara-negara yang sedang membangun namun memiliki tren yang semakin baik.
"Karena mereka tahu bahwa negara itu terus berbenah. Itu yang diincar dan dilihat. Coba bandingkan kalau mereka berinvestasi ke negara yang kondisinya sudah ideal tapi trennya menurun, untuk apa?" sambungnya.
Presiden sendiri memastikan bahwa Indonesia akan terus berupaya untuk berbenah. Dengan pembenahan itu, pemerintah berharap agar kemudahan berusaha dan kondisi perekonomian di Indonesia akan terus meningkat.
"Kemudahan berusaha kita 3 tahun lalu pada angka 120. Tahun kemarin 72. Tahun ini saya yakin di bawah 60 tapi bisa juga di bawah 50. Pak Menko bisik-bisik bilang bisa di bawah 50. Kalau sudah berani bisik-bisik gitu, kalau tidak sampai ya awas," ujar Kepala Negara. (Humas Kemensetneg)
Bagaimana pendapat anda mengenai artikel ini?