Tidak Ada Kata Tidak Berani

 
bagikan berita ke :

Minggu, 10 Januari 2016
Di baca 796 kali

Fakta-fakta itu kata Presiden, merupakan bukti keberanian dan ketegasan dirinya, karena tidaklah mungkin para menteri berani melakukan tindakan berani dan tegas bila tidak diperintahkan oleh Presiden, seperti dilansir Tim Komunikasi Presiden Ari Dwipayana.

 

"Kita ingin berdaulat, berdikari, dan berkepribadian. Kalau itu saya anggap benar dan memang benar, tidak ada kata tidak berani, pasti akan saya lakukan," ucap Presden.

 

Negara Harus Miliki Haluan

 

Negara harus memiliki haluan akan dibawa kemana bangsa ini berlabuh. Oleh sebab itu, Presiden Joko Widodo mengingatkan, bahwa Pembangunan Nasional Semesta Berencana menjadi pekerjaan rumah kita dalam mengarungi pembangunan ke depan agar arahnya menjadi jelas. 

 

Pemerintah sendiri saat ini tengah serius melakukan pembangunan jangka menengah dan jangka panjang. "Apa yang akan kita kerjakan 5,10, 25, dan 50 tahun mendatang dan mimpi kita 100 tahun yang akan datang harus mulai dirancang sehingga semuanya memiliki panduan," tutur Presiden.

 

Jangan Takut Hadapi Era Persaingan

 

Presiden juga kembali mengingatkan, bahwa saat ini merupakan era persaingan, seperti saat ini kita telah mulai masuki era Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Untuk menghadapi itu, pemerintah serius bekerja keras dalam memperbaiki dan membenahi hal-hal yang dirasa masih kurang. "Kita masuk era kompetisi, era persaingan yang tidak lagi bisa kita tolak, sebab itu tidak ada kata lain, harus kerja keras perbaiki dan benahi apa yang masih kurang," ujar Presiden.

 

Menurut Presiden, kita tidak perlu gentar menghadapi era persaingan ini, karena banyak pimpinan negara, termasuk negara-negara dari kawasan ASEAN yang merasa takut pasar dalam negeri mereka dibanjiri produk dan tenaga kerja dari Indonesia karena sudah tidak bisa mereka bendung lagi. "Wong mereka juga takut. Jadi kita harus yakin mampu bersaing dengan mereka," lanjut Presiden.

 

Infrastruktur Tekan Ketimpangan 

 

Komitmen pemerintah kepada pembangunan infrastruktur yang Indonesia-sentris, tidak lagi Jawa-sentris, membangun dari pinggiran dan desa, kembali ditegaskan Presiden dihadapan para undangan tokoh-tokoh nasional dan anggota PDI Perjuangan. Alokasi anggaran infrastruktur pada APBN 2016 mencapai Rp314 triliun untuk bisa menghadirkan pemerataan pembangunan, khususnya di daerah-daerah terpencil dan perbatasan.

 

Presiden mengingatkan, bahwa masalah utama yang dihadapi adalah ketimpangan wilayah, perbedaan harga barang-barang kebutuhan yang menyolok. Presiden memberikan gambaran harga bensin premium di Jakarta, kurang lebih Rp7000,- per liter, tapi di Wamena sekitar Rp60.000,- per liter. "Di sini semen Rp60.000 per sak di sana (Papua) Rp1-2,5 juta per sak di daerah Pegunungan Tengah Papua karena infrastrukturnya tidak ada. Ini ketimpangan yang harus kita kejar," ucap Presiden.

 

Presiden menggambarkan minimnya kondisi infrastruktur di Papua, ketika dirinya berkunjung ke Kabupaten Nduga yang tidak memiliki jalan aspal. "Perjalanan Nduga - Wamena ditempuh 4 hari, " kata Presiden.

 

Untuk itulah Presiden memerintahkan kepada Menteri PUPR dan TNI agar tahun ini sudah tembus jalan darat dari Nduga ke Wamena. "Kalau itu kejadian (terhubung) maka harga turun setengahnya. Simpul antar pulau dihubungkan," ujar Presiden.

 

Presiden tidak hanya memberikan perhatian pada infrastruktur di daerah terpencil atau tertinggal, tapi juga kondisi jalan di perbatasan turut dibangun agar bisa lebih baik dari negara-negara tetangga. "Jalan perbatasan, ini yang kita kerjakan, kebanggan sebagai bangsa akan menjadi berkembang," kata Presiden.

 

Infrastruktur Kuatkan Daya Saing

 

Melalui pembangunan infrastruktur seperti bendungan waduk, dan pelabuhan, daya saing produk-produk dari tanah air juga akan menguat. Dan yang perlu diingat bahwa bendungan dan irigasi merupakan kunci ketahanan pangan ke depan. "Jika tidak ada bendungan, tidak ada air, bagaimana bisa kita menanam padi, jagung, kedelai?" imbuh Presiden.

 

Pelabuhan juga merupakan kunci dalam meningkatkan daya saing, dimana barang-barang produksi yang akan dikirimkan jika pelabuhannya tidak siap maka harga produk kita akan mahal sehingga sulit bersaing. "Pelabuhan menjadi kunci karena 2/3 wilayah kita adalah air," tutur Presiden.

 

Disamping itu, menurut Presiden, ”Kita harus bergerak cepat. Proyek-proyek yang telah bertahun-tahun mangkrak kita ambil alih dan sudah mulai berjalan". Presiden bercerita pada saat beliau groundbreaking jalan tol di Sumatera, ada yang berbisik "Pak, jangan-jangan ini hanya groundbreaking," ucap Presiden menirukan pernyataan warga yang meragukan pembangunan jalan tol di Sumatera.

 

Tapi sekarang setelah setahun dapat dilihat faktanya, bukan hanya kata-kata, bahwa pembangunan jalan tol terus berjalan.

 

Dana Desa Berputar di Desa

 

Untuk membangun desa, pemerintah telah menaikkan dana desa dari Rp20,7 triliun pada tahun 2015 menjadi Rp46,98 triliun  tahun 2016. "Saya sudah minta supaya dana desa yang besar itu digunakan untuk membuka lapangan kerja sebanyak-banyaknya, membeli barang-barang seperti pasir dan batu dari sekitar desa, agar uang itu beredar di desa, berputar-putar di desa, jangan kembali lagi ke kota," ditambahkan Presiden.

 

PDIP : Partai Solid dan Kuat

 

Di awal sambutannya, Presiden mengatkan, bahwa di usianya yang ke-43 tahun, PDI Perjuangan tetap konsisten menjadi partai ideologis yang mampu menjaga soliditas dan menjadi partai yang kuat, yang berkuasa di Tanah Air. 

 

"Ini semua karena PDIP dijaga dengan keteguhan hati dan sikap berprinsip oleh Ketua Umum Ibu Megawati Soekarnoputri dalam menegakkan fatsun politik. Selain itu, PDIP juga dijaga oleh kader-kader yang ulet dan tahan banting," tutup Presiden. (Humas Kemensetneg)

 

 

Bagaimana pendapat anda mengenai artikel ini?
0           0           0           0           0