Curah hujan di daerah ini juga cukup tinggi. Belum lagi pohon-pohon besar yang ditanam di wilayah istana membuat istana yang berjarak 40 kilometer dari pusat kota Denpasar menjadi tampak indah dan asri. Istana Kepresidenan Tampaksiring berada di Desa Tampaksiring, Kecamatan Tampaksiring, Kabupaten Gianyar, Bali.
Istana ini berlokasi di atas perbukitan. Jauh dari hiruk-pikuk kota. Pemandangan alam di sekitar Istana Tampaksiring sangat indah. Di sebelah utara tampak Gunung Batur dan agak ke arah timur tampak Gunung Agung. Di kaki bukit istana, selepas mata memandang terhampar persawahan hijau, diselingi perkampungan khas Bali dengan gapura-gapuranya. Istana Kepresidenan Tampaksiring merupakan satu-satunya istana kepresidenan yang dibangun setelah masa pemerintahan Indonesia. Ini berarti bahwa istana ini ditangani sepenuhnya oleh putra-putri Indonesia. Pembangunan istana ini dimulai tahun 1957 hingga tahun 1960. Gedung-gedung induk/utama Istana Kepresidenan Tampaksiring dibangun secara terpencar di atas lahan seluas lebih dari 19 hektar.
Bagi masyarakat yang ingin menikmati keindahan Istana Tampaksiring, tidak susah. Hanya dibutuhkan surat pengajuan permohonan untuk mengunjungi Istana Tampaksiring yang ditujukan kepada pengurus istana. �Silakan mengajukan surat permohonan ke istana, nanti akan kami bantu untuk mengurus surat ijinnya,� kata Kepala Istana Tampaksiring Suartama. Istana Tampaksiring dibuka untuk umum setiap hari kerja, mulai pukul 09.00 – 15.30 WITA. Namun dengan catatan, istana tidak sedang digunakan untuk kegiatan kenegaraan.
Sekarang ini, pengujung terbanyak yang datang ke Istana Tampaksiring adalah anak-anak sekolah. �Anak-anak kan belajar tentang sejarah di sekolahnya, oleh karena itu kebanyakan yang datang meminta ijin berkunjungan adalah pihak sekolah. Setelah berkunjung ke sini, anak-anak itu biasanya diberi tugas untuk membuat tulisan tentang Istana. Di situlah kami memandu mereka menjelaskan tentang sejarah Istana Tampaksiring,� Suartama menjelaskan.
Nama Tampaksiring diambil dari dua buah kata bahasa Bali, yaitu "Tampak: yang artinya telapak dan "Siring" yang berarti miring. Menurut sebuah legenda yang terekam pada daun lontar Usana Bali, nama itu berasal dari bekas tapak kaki seorang raja yang bernama Mayadenawa. Raja ini pandai dan sakti, tetapi bersifat angkara murka. Ia menganggap dirinya dewa serta menyuruh rakyatnya menyembahnya. Sebagai akibat dari tabiat Mayadenawa itu, Batara Indra marah dan mengirimkan balatentaranya untuk menghancurkannya. Namun, Mayadenawa berlari masuk hutan. Agar para pengejarnya kehilangan jejak, ia berjalan dengan memiringkan telapak kakinya. Dengan begitu ia berharap agar para pengejarnya tidak mengenali bahwa jejak yang ditinggalkannya itu adalah jejak manusia, yaitu jejaknya Mayadenawa.
Usaha Mayadenawa gagal. Akhirnya ia ditangkap oleh para pengejarnya. Namun, sebelum itu, dengan sisa-sisa kesaktiannya, ia berhasil menciptakan mata air beracun yang menyebabkan banyak kematian bagi para pengejarnya setelah mereka meminum air dari mata air ciptaannya itu. Batara Indra pun menciptakan air yang lain sebagai penawar air beracun tersebut. Air penawar racun itu diberi nama Tirta Empul yang mempunyai arti air suci. Kawasan hutan yang dilalui Raja Mayadenawa dengan berjalan di atas kakinya yang dimiringkan itulah wilayah ini dikenal dengan nama Tampaksiring.
http://www.presidenri.go.id/index.php/sudutistana/2007/10/25/56.htmlÂÂ