Selain Okumura, tim ahli yang diterima Presiden adalah Junius Hutabarat (Departemen PU), Andy Siswanto, dan Deny Sutedja (KATAHIRA). Sementara Presiden didampingi Menko Kesra Aburizal Bakrie, Menkeu Sri Mulyani, Menteri ESDM Purnomo Yusgiantoro, Menteri PU Djoko Kirmanto, Mensos Bachtiar Chamsyah, Gubernur Jawa Timur Imam Utomo, Ketua BPLS Sunarso, dan Geologis PT. Lapindo Brantas Bambang Istadi.
Usai pertemuan, Menteri PU Djoko Kirmanto yang juga sebagai Ketua Dewan Pengarah BPLS memberi keterangan kepada wartawan. “Kami melaporkan kepada Presiden sampai sejauh mana badan ini sudah mulai beraktifitas. Di tingkat tim pengarah sudah bisa berjalan, dan di tingkat tim pelaksana yang ada di daerah juga sudah dapat berjalan dengan fasilitas yang dari waktu ke waktu selalu dibangun,� jelas Djoko Kirmanto. “Seperti saudara ketahui, tugas utama dari badan ini adalah menyelesaikan masalah sosial, bagaimana caranya menutup semburan lumpur dan mengalirkan lumpur mendekati kali porong, serta menangani masalah infrastruktur,� lanjut Djoko.
“Khusus hari ini, kami hanya membahas masalah bagaimana mencari teknologi untuk menutup semburan lumpur yang ada. Tadi sudah didiskusikan bersama ahli-ahli teknik sipil dan teknik geologi. Kita sudah mempunyai satu cara yang sudah dipresentasikan kepada Presiden. Cara tersebut cukup bagus, dan sudah pernah dipraktekkan di tempat lain. Kita masih memerlukan waktu lagi kurang lebih satu minggu untuk lebih mensinergikan lagi antara ilmu-ilmu teknik sipil dan ilmu geologi agar apa yang diusulkan tadi dapat kita laksanakan dengan baik,� terang Djoko kepada wartawan.
Djoko berharap agar dalam waktu yang tidak terlalu lama, usulan tersebut dapat segera ditetapkan, dan itu akan menjadi dasar bagi pelaksanaan BPLS bekerja di lapangan. �Kita ingin berusaha agar lumpur yang disemburkan keluar dapat juga menjadi counter width ke dalam lubang itu sendiri. Sehingga pada suatu saat, desakan dari dalam itu hampir seimbang dengan apa yang menjadi counter width dari atas tadi,� jelas Djoko. �Lumpur itu akan dipagari dengan double cover dam, sehingga lumpur itu makin lama makin tinggi, lumpurnya mengendap sekaligus dia akan menjadi counter width dari semburan yang dari bawah, sehingga pada suatu saat dia hampir seimbang. Kalau dia sudah hampir seimbang, berarti lumpur yang keluar itu akan sangat terbatas dan akan terjadi pengurangan keluaran lumpur yang cukup signifikan,� lanjutnya.
Lumpur yang masih keluar akan disalurkan ke Kali Porong. �Lumpur yang masuk ke Kali Porong hanya airnya saja, sedangkan lumpurnya sendiri akan dilakukan segregasi. Bila dalam lumpur terdapat krikil, tanah dan pasir, akan diendapkan. Kalau lumpur sampai masuk ke Kali Porong maka terjadi endapan di Kali Porong, dan akan merusak fungsi Kali Porong sebagai pengendali banjir,� demikian dijelaskan Djoko Kirmanto.
Sumber :
http://www.presidensby.info/index.php/fokus/2007/05/11/1829.html