Untuk memperkuat ajakannya itu, sebelum menyampaikan pengarahan, SBY minta hadirin untuk berdiri dan menyanyikan lagu Satu Nusa Satu Bangsa.
"Kita semua adalah satu, bangsa Indonesia, dari Merauke sampai Sabang, dari Miangas sampai Pulau Rote. Kita satu bangsa Indonesia. apapun agama, suku,etnis,kita satu bangsa Indonesia, dari mana pun asal daerahnya, semua bangsa Indonesia."
Pada kesempatan itu, Presiden mengucapkan selamat kepada para hadirin yang telah mencatat prestasi yang baik, bersejarah dan membanggakan. Presiden juga menyatakan rasa terimakasihnya atas pengabdian dengan memberi contoh kepada yang lain untuk berbuat yang terbaik, dan telah berbuat lebih bagi sesama demi bangsa Indonesia. "Saya katakan, saudara semua adalah warga negara terhormat, warga negara terpilih. Pertahankan itu, dan teruslah melakukan yang lebih baik lagi bagi masyarakat, bangsa dan negara," tambahnya.
Presiden menyampaikan tujuh ajakan kepada semua yang hadir. Ketujuh ajakan tersebut adalah ajakan untuk benar-benar mencintai dan bangga pada negara Indonesia."Saya tidak senang bila ada dari bangsa Indonesia kurang mencintai, kurang
menghormati, kurang bangga pada dirinya sendiri. Malah senangnya membanggakan bangsa-bangsa lain," kata SBY. "Jangan menganggap yang unggul itu bangsa lain. Tidak ada di dunia ini satupun bangsa yang merasa super dan paling hebat. Tidak ada yang super.Semua memiliki keunggulan masing-masing, termasuk kita memiliki banyak keunggulan. Banggalah pada bangsa sendiri, mencintai tanah air dan negeri sendiri,"ajak Presiden.
Kedua, Presiden mengajak untuk saling menyayangi dan rukun dan bersatu sesama komponen bangsa di seluruh tanah air. "Jangan beda-bedakan dalam arti yang negatif. Misalnya perbedaan agama, suku, partai politik, profesi, status sosial dan ekonomi. Semua profesi mulia. Yang tidak mulia itu penjahat dan koruptor. Kita harus mampu hidup dalam perbedaan dengan persaudaraan," ajak Presiden lagi.
Pesan yang ketiga, Presiden mengingatkan agar tidak saling menyalahkan, bermusuhan, mencerca dan memaki. "Tidak ada kepribadian bangsa yang luhur dan baik yang seperti itu, karena hanya akan membuat bangsa kita tidak maju," kata Presiden.
Pesan keempat, sebagai bangsa yang majemuk, jika ada konflik maka pertama-tama selesaikan secara damai, tidak dengan kekerasan. "Selesaikan dengan musyawarah, pendekatan adat, budaya dan agama. Kalau tidak bisa, tetap tanpa kekerasan.Tidak boleh main hakim sendiri. Gunakan hukum untuk menyelesaikan. Jangan sampai terjadi lagi di negeri ini tragedi kemanusiaan.Biarkan jadi bagian dari sejarah,"kata Presiden.
Pesan kelima Presiden,"Sebagai bangsa kita berkewajiban memelihara kedaulatan dan keutuhan negara. "Kalau ada negara manapun yang mau mengganggu dan mengancam kedaulatan dan keutuhan negara kita, maka kita harus melakukan sesuatu, menindak, mengusir, menyelamatkan kedaulatan dan keutuhan negara kita. Jika di dalam negeri ada kelompok-kelompok yang ingin memisahkan diri, dan akhirnya menggangu dan mengancam kedaulatan dan keutuhan negara, tentu harus kita cegah," tegas Presiden.
Pesan keenam, agar negara makin maju dan sejahtera, maka pertama-tama agar bisa membangun harus aman dan stabil. "Politik memang kadang panas dan keras.Tapi tidak boleh membuat negara terguncang. Ingatkan saudara-saudara yang lupa," kata Presiden.
Ajakan Presiden yang ketujuh adalah membangun hubungan yang harmonis dan baik antara pemimpin dan rakyat."Pemimpin bukan hanya presiden dan wakil presiden, tapi semua strata pemimpin yang mengemban tugas di negeri ini. Semua orang adalah pemimpin pada lingkungannya. Semua harus mengayomi pemimpin di bawahnya, dan pemimpin menghormati dan loyal pada pemimpin di atasnya. Begitu etikanya.Semua pemimpin harus mengayomi rakyatnya tanpa membeda-bedakan. Rakyat menghormati pemimpin, penghormatan karena pemimpin menjalankan amanah. Siapapun pemimpinnya, meskipun berbeda suku, agama atau partai politik," kata Presiden.
Untuk memperkuat ajakannya itu, Presiden di akhir pengarahannya minta hadirin berdiri untuk bersama-sama menyanyikan lagu Padamu Negeri.
Sumber:
http://www.presidensby.info/index.php/fokus/2007/08/18/2150.html