"Tadi Helen Clark menekankan bagaimana Indonesia membagi pengalaman, tidak hanya dalam konteks pembangunan tapi juga dalam proses demokrasi, menangani bencana, dan lain sebagainya," kata Staf Khusus Presiden Bidang Hubungan Internasional Teuku Faizasyah ketika ditemui wartawan usai mendampingi Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menerima pimpinan UNDP, Helen Clark, di Istana Merdeka, Kamis (28/4) siang.
Dalam pertemuan tersebut, Presiden juga secara khusus membahas krisis energi dan meningkatnya harga bahan bakar minyak, serta bagaimana pandangan UNDP akan hal tersebut.
"Soal harga minyak, perlu ada upaya bersama untuk memastikan apa penyebab kenaikan harga minyak hingga sedemikian rupa," Faizasyah menjelaskan. "Presiden menyebutkan bahwa ada hal-hal yang tidak bisa disebutkan dari perhitungan ekonomi yang harus dicari pemecahannya secara global," tambahnya.
Selain itu, dijelaskan pula bahwa Indonesia sudah masuk kelompok ekonomi meningkat, sehingga tidak lagi memenuhi kriteria menerima bantuan. "Tapi dalam hal ini, perlu digarisbawahi banyak program-program pembangunan yang ada di Indonesia yang tentunya masih memerlukan kerjasama dengan badan-badan PBB," ujar Faizasyah.
Dalam pelaksanaan Program Pengurangan Emisi dari Deforestasi dan Degradasi Hutan atau Reducing Emissions from Deforestation and Forest Degradation (REDD), UNDP menilai ini merupakan salah satu hal yang menonjol dari inisiatif Indonesia. "Indonesia berhasil memunculkan suatu komitmen yang melampaui negara lain dalam hal pengurangan emisi," Faizasyah menambahkan.
Menurut Faizasyah, UNDP memuji sikap Indonesia yang memiliki antisipasi ke depan dalam menanggulangi masalah pengurangan emisi. "Ini juga yang disebutkan Clark sebagai faktor inovasi dari Indonesia yang cukup maju," kata Faizasyah. (yun)
Sumber:
http://www.presidenri.go.id/index.php/fokus/2011/04/28/6724.html