"Jangan salah, tengkulak itu pedagang menengah, itu sama dengan grosir hanya kedengarannya jelek. Dan tidak semua tengkulak itu jelek," kata Wapres M Jusuf Kalla kepada wartawan usai sholat Jumat di Jakarta.
Menurut Wapres, tengkulak yang disebut juga punggawa, sudah hidup sejak puluhan tahun dan sampai sekarang masih tetap bertahan. Karena itu, lebih baik dikembangkan dan diatur supaya lebih baik.
"Tengkulak itu realita yang hidup, kita berikan rivalitas dengan servis yang lebih baik. Ditandingkan dengan Kredit Usaha Rakyat (KUR). KUR yang berikan persaingan," kata Wapres.
Ketika ditanyakan bunga yang diberikan oleh tengkulak cukup tinggi, Wapres mengatakan sebenarnya tengkulak tidak mengambil untung dari bunga, tetapi dari penjualan.
Dan kelebihan tengkulak, tambah Wapres, bisa memberikan modal bagi nelayan pada saat melaut tanpa birokratis.
"Dan itu resikonya tinggi sekali. Siapa yang jamin kalau gagal, hanya kita perlu atur yang lebih baik," kata Wapres.
Sementara menurut Ketua DPP Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Sumyaryo Sumiskun, tengkulak bukan lagi menjadi momok atau musuh yang harus dijauhi tetapi sebagai mitra bisnis.
"Selama ini tidak ada lembaga yang bisa menggantikan tengkulak yang tidak birokratis sehingga kita harus merangkulnya," kata Sumyaryo.
Menurut Sumyaryo saat ini malah sudah berdiri Asosiasi Punggawa (tengkulak) yang dipimpin oleh M Salim yang juga merupakan bupati Rembang.
Untuk itu, tambah Sumyaryo, Wapres meminta HNSI bisa menjalin kerjasama dengan semua pemangku kepentingan masyarakat nelayan seperti asosiasi punggawa, pengusaha perikanan dan sebagainya.
"Nanti dalam Munas HNSI akan kita bicarakan mengenai kerjasama dengan Asosiasi Punggawa ini," kata Sumyaryo.
Menurut Sumyaryo dari data Departemen Kelautan dan Perikanan (DKP) tercatat jumlah nelayan tangkap Indonesia sebanyak 2,6 juta orang dan nelayan budi daya sebanyak 1,2 juta orang.
Sumber:
http://www.antara.co.id/arc/2008/8/1/wapres-dukung-tengkulak/