SAMBUTANPRESIDEN RI Peresmian UNIVERSITAS PERTAHANAN INDONESIA DAN PEMBUKAAN “INTERNATIONAL SEMI

 
bagikan berita ke :

Rabu, 11 Maret 2009
Di baca 973 kali

SAMBUTAN PRESIDEN RI pada

Peresmian UNIVERSITAS PERTAHANAN INDONESIA DAN

PEMBUKAAN “INTERNATIONAL SEMINAR ON INDONESIA 2025: GEOPOLITICAL AND SECURITY CHALLENGES”

ISTANA NEGARA, 11 MARET 2009

 

  

Bismillahirrahmanirrahim,

Assalamualaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh,

Selamat pagi, salam sejahtera untuk kita semua,

Yang saya hormati Saudara Menteri Pertahanan dan para Menteri Kabinet Indonesia Bersatu,

Saudara Panglima TNI, Kepala Staf TNI Angkatan Darat dan Para Pimpinan dan Pejabat Teras jajaran Departemen Pertahanan dan Tentara Nasional Indonesia dan Kepolisian Negara Republik Indonesia,

Saudara Pimpinan dan Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia,

Yang Mulia para Duta Besar dan Kepala-kepala Perwakilan Negara-negara Sahabat,

Para Tamu Undangan dan peserta seminar dari luar negeri,

Para Pimpinan Lembaga-lembaga pendidikan,

 

Hadirin sekalian yang saya hormati,

 

Saya mengajak hadirin semua untuk sekali lagi memanjatkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena hari ini kita dapat bersama-sama menghadiri peresmian berdirinya Universitas Pertahanan Indonesia yang sekaligus dirangkaikan dengan pembukaan Seminar Internasional dengan tema Indonesia 2025 Geopolitical and Security Challenges. Peristiwa ini merupakan peristiwa yang bersejarah. Saya berharap ke depan dengan berdirinya institusi ini, wawasan dan pengetahuan para perwira TNI dan Polri dengan mitra sipilnya terus dapat ditingkatkan.

 

Atas nama negara dan Pemerintah, saya mengucapkan terima kasih penghargaan kepada saudara Menteri Pertahanan, Panglima TNI dan para pimpinan dan pejabat negara yang ikut serta bekerja keras mendirikan dan membentuk institusi yang kita resmikan hari ini, yaitu Indonesian Defense University, Universitas Pertahanan Indonesia. Semoga lembaga ini terus berkembang menjadi sebuah institusi yang credible dan menjadi world class defense university. Sebagaimana yang tadi disampaikan oleh saudara Menteri Pertahanan, semoga di lembaga ini pemahaman para perwira TNI dan siapa saja yang berminat terhadap masalah-masalah pertahanan dan keamanan serta masalah-masalah strategis lainnya betul-betul dapat diperluas dan ditingkatkan.

 

Sejak awal saya memang mendorong dan mendukung berdirinya institusi ini, Universitas Pertahanan Indonesia dengan tiga alasan utama. Pertama, dalam perjalanan sejarahnya, Indonesia kaya dengan doktrin perang. Strategi dan taktik, mulai dari perang konvensional, perang gerilya, relawan gerilya sampai pada lawan terorisme. Kita menyaksikan tadi tayangan singkat tentang perjalanan sejarah Tentara Nasional Indonesia. Yang kedua, dunia dan kawasan dimana Indonesia berada terus berubah dan berkembang termasuk hakekat pertahanan, keamanan dan perdamaian. Termasuk pula dinamika geo-politik dan geo-ekonomi. Sedangkan alasan yang ketiga, kerja sama pertahanan antara Indonesia dengan negara-negara sahabat juga terus berkembang, termasuk telah dikukuhkannya ASEAN Geopolitics Security Community dibawah ASEAN Charter.

 

Tiga alasan tersebut, saudara-saudara, meniscayakan didirikannya sebuah institusi untuk mengajarkan dan mengembangkan berbagai pemikiran dasar yang  menyangkut isu-isu utama, antara lain; permasalahan keamanan dan pertahanan, perang dan damai, sejarah dan revolusi peperangan modern, doktrin, strategi dan taktik, teknologi militer, ekonomi pertahanan dan logistik militer, reformasi dan revolution in military affairs, military leadership and management, kerja sama pertahanan antar negara dan sebagainya.

 

Saya berharap Departemen Pertahanan dan TNI dapat mengelola institusi ini, Universitas Pertahanan Indonesia dengan baik sehingga kelak benar-benar menjadi lembaga pendidikan yang unggul dan membanggakan sebagai salah satu centre of excellence.

 

Saudara-saudara,

 

Hadirin sekalian yang saya hormati,

 

Berkaitan dengan seminar Internasional yang berjudul ”Indonesia 2025: Tantangan Geopolitik dan Keamanan”, saya menyambut baik dilaksanakannya seminar ini, bertepatan dengan berdirinya Universitas Pertahanan Indonesia. Saya juga mengucapkan selamat datang dan terima kasih serta penghargaan yang tinggi atas kehadiran para pakar dan akademisi terkemuka pada tingkat internasional. Saya berharap saudara-saudara dapat berbagi pemikiran dan pengalaman dan ikut pula menyukseskan seminar ini. Tema yang dipilih dalam seminar menurut saya sungguh tepat, relevan dan kontekstual. Mengapa? dinamika  geo-politik dan geo-ekonomi akan tetap tinggi pada tingkat dunia maupun kawasan. Dinamika seperti itu tentu memberikan tantangan sendiri terhadap keamanan dan stabilitas, baik pada tingkat global maupun pada tingkat regional.

 

Indonesia, sementara itu akan semakin berperan pada percaturan global dan regional. Indonesia, apalagi Indonesia tahun 2025 insya Allah akan menjadi negara ekonomi besar dari segi size, GDP dan domestic market. Indonesia karena posisi itu bagusnya juga akan berperan penting dalam konstelasi geo-politik dan geo-ekonomi. Dan jangan lupa dalam dialog antar peradaban, dialogue among civilizations. Indonesia yang memiliki tiga nilai yang saling berpadu dan berbaur, yaitu nilai-nilai peradaban Timur, nilai-nilai peradaban Islam dan nilai-nilai perabadan Barat, tentu akan memiliki peran penting dalam ikut serta membangun dialog antar peradaban tersebut, untuk membangun harmony among civilization dan mencegah a clash of civilizations, dan dalam kompetisi global untuk melengkapi mengapa tema yang dipilih ini tepat. Kalau kita bicara kompetisi global menyangkut sumber daya resources, utamanya yang berkaitan dengan energi dan pangan, energy security dan food security, Indonesia adalah salah satu negara kunci. Dengan latar belakang semuanya itu, saya berharap semua bisa didiskusikan dalam seminar yang mulai kita laksanakan hari ini. Perluaslah cakrawala dan wawasan saudara-saudara tentang isu-isu utama dunia tersebut. Kalau kita mempelajari sejarah perkembangan dunia, banyak sekali persoalan-persoalan yang tidak bisa dipecahkan. Bahkan banyak terjadi peperangan karena misperception, misunderstanding, dan miscalculation. Oleh karena itu memahami satu masalah dengan mendalam diharapkan kita semua akan memiliki persepsi yang benar, pengertian benar dan bisa mengkalkulasikan pilihan-pilihan yang akan kita ambil.

 

Hadirin yang saya hormati,

 

Sebagaimana disampaikan oleh Saudara Profesor Dr. Juwono Sudarsono, Menteri Pertahanan tadi, Saya juga diminta untuk menyampaikan kuliah perdana, menandai berdirinya Indonesian Defense University. Dalam kuliah perdana ini, meskipun saya tidak ingin memberi judul khusus, saya ingin mengangkat isu-isu yang fundamental dan elementer yang berkaitan paling tidak dengan international peace and security, global justice and prosperity, the meeting of sustainable global order. Tentu saja dalam waktu sekitar setengah jam, saya akan membatasi cakupan dan segi-segi detail dari kuliah perdana saya ini, dan saya hanya ingin menyampaikan yang pokok-pokok saja.

 

Ada tiga agenda utama yang ingin saya ke depankan dalam kuliah perdana saya ini. Pertama, Saudara semua, saya ajak untuk melihat kembali potret dan realitas dunia saat ini. Setelah itu saya ingin bersama-sama mengkonstruksikan apa yang menjadi harapan bangsa-bangsa di dunia, what are our common goals ke depan ini? dan agenda yang ke tiga, berkaitan dengan yang pertama dan kedua tadi, kita bisa mendiskusikan pilihan-pilihan apa yang tersedia pada kita dan jalan seperti apa yang dapat kita lalui untuk menuju dunia yang damai, adil dan sejahtera. Peaceful, justice and prosperous world.

 

Saya akan memulai dari agenda pertama. Berkaitan dengan potret dan realitas dunia saat ini. Kalau boleh saya mulai dengan breaking news, kalau kita melihat tayangan televisi, membaca koran setiap hari, kita mengetahui bahkan merasakan bahwa dunia sekarang ini sedang bergulat untuk mengatasi krisis keuangan global dan resesi perekonomian dunia. Saya sendiri mewakili Indonesia juga aktif dalam berbagai forum untuk maksud bersama-sama mencari solusi mengatasi krisis perekonomian yang dahsyat ini. Saya hadir misalnya di forum G8+8 di Hokkaido Jepang pada bulan Juni tahun lalu.  Setelah itu, saya hadir kembali di pertemuan puncak Asia Eropa di Beijing ASEM Summit pada bulan Oktober tahun lalu. Setelah itu, saya hadir dalam pertemuan G-20 Summit, Indonesia salah satu anggota, di Washington DC. Berlanjut ke APEC Summit di Lima Peru dan kemudian insya Allah pada akhir bulan ini saya akan menghadiri G-20 Summit di London. Saya lupa bahwa sebelumnya saya menghadiri ASEAN Summit di Hua Hin Thailand, yang setelah G-20 akan bertemu lagi di Thailand untuk ASEAN+3 Summit dan East ASIA  Summit.

 

Semua itu adalah upaya bersama kita mencari jalan keluar dari resesi dunia yang dalam dan dahsyat ini. Terus terang Saudara-saudara, kita belum melihat cahaya di ujung lorong. Meskipun kita tidak boleh pesimis dan harus tetap optimis. Kita tahu bahwa resesi dunia ini sungguh dalam sejak the great depression pada tahun 30-an. Global  output drop sangat bisa global output, global growth minus, pasar global menciut dengan drastis memukul ekspor negara-negara lain ke pasar tujuan, dan financial market, meskipun kita berusaha untuk menstabilkan sekarang, belum pulih dan belum stabil. Sementara gelombang PHK, unemployment, terus berkembang di banyak negara, termasuk di banyak multinasional corporations.

 

Apa artinya ini semua? Jika dunia gagal, jika kita gagal mengatasi krisis perekonomian ini, maka keamanan manusia sejagat akan terancam. Ini menyangkut human security, menyangkut pemenuhan basic human needs. Bayangkan negara-negara dengan kemiskinan absolut yang mereka menghadapi kesulitan yang luar biasa menghadapi krisis perekonomian global dewasa ini. Poin saya adalah persoalan dan krisis ekonomi langsung atau tidak langsung mengancam keamanan manusia sedunia. Sambil mengingatkan ada redefinition of security, the meaning of security, yang dulu serba militer, serba perang, sekarang telah berkembang sedemikian rupa dengan spectrum dan scope yang luas. Kita mengenal global security, national security dan human security yang tali temali, kait mengait satu sama lain.

 

Saudara-saudara,

 

Apakah dunia hanya mengalami krisis perekonomian ini saja, krisis keuangan ini saja? Tidak. Ini membuat gambaran dunia memang menjadi lebih suram. Persoalan besar dan krisis inilah yang akan saya sebutkan, yang juga menghantui kita. Sebagian masih kita hadapi. Krisis keamanan di Timur Tengah dan di tempat-tempat yang lain. Krisis pangan, berkaitan dengan ketersediaan dan harga pangan yang diperlukan oleh 6,6 miliar sedunia. Krisis energi berkaitan dengan pemborosan, inefisiensi dan kredibilitas dari harga energi, utamanya minyak, gas dan batu bara. Dan, ada lagi krisis yang lebih fundamental, yaitu krisis lingkungan. Kita semua tahu kita menghadapi climate change dan global warming. Lagi-lagi Saudara-saudara, kalau ke semua krisis itu gagal kita atasi secara bersama, maka masa depan dunia sungguh suram. Dan keamanan dalam arti luas sungguh terancam. Potret ini juga sekaligus saya katakan tadi masalah pangan, masalah energi, masalah perekonomian dan masalah lingkungan juga memberikan pengertian tentang sumber konflik, penyebab konflik di waktu yang akan datang, future conflict. Pertanyaannya adalah setelah saya ceritakan yang serba suram, yang serba tidak baik tadi, apakah berarti dunia tidak menjanjikan kebaikan-kebaikan. Apakah tidak ada opportunity, apakah tidak ada potret masa depan yang baik. Saya katakan tidak seperti itu. Tidak semuanya serba jelek. Kita juga merasakan ada opportunity, ada room service yang apabila dengan cerdas dan arif dan tepat kita gunakan, maka kita masih membangun dunia yang baik di masa depan, termasuk membangun peradaban di abad 21 ini.

 

Contoh yang menjanjikan harapan, contoh opportunity yang tersedia. Sekarang ini muncul global awareness yang lebih tinggi to deal with climate changes to save our planet. Baik kesadaran untuk merumuskan new protocol after Kyoto dan juga national policies dari masing-masing negara bagaimana to cut the global warming.

 

Kita juga memiliki yang disebut dengan technological innovation dan juga mulai berubahnya lifestyle bangsa-bangsa sejagat. Semuanya itu tentu membawa harapan bahwa kita akan bisa mencegah keburukan iklim kita karena global warming tadi. Yang kedua, yang juga saya lihat menjanjikan harapan muncul kesadaran terutama pada krisis keuangan global dewasa ini untuk merumuskan kembali global economic architecture yang lebih stabil dan yang lebih adil. Ini juga menjadikan harapan.

 

Lantas kita juga mulai merasakan adanya keinginan dari kita semua bangsa-bangsa di dunia, world leaders, untuk mengedepankan soft power, smart power dibandingkan hard power. Beberapa saat yang lalu, Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Hillary Clinton berkunjung ke Indonesia, berdiskusi dengan saya dan saya bisa menangkap ada keinginan-keinginan dari Amerika Serikat untuk memperbaharui approach, pendekatan, dalam banyak hal yang terjadi di dunia ini. Tentu semangat seperti itu wajib kita hargai dan kita berharap lebih banyak lagi pemimpin-pemimpin dunia, yang juga memiliki komitmen untuk mengedepankan soft power, smart power ketimbang harus menghadirkan hard power yang tentunya menimbulkan permasalahan baru dalam hubungan antar bangsa. Yah, memang ada sejumlah peluang, opportunity, tetapi saya sudah menyebutkan ada pula sejumlah threat. Nah, kalau kita gagal mengatasi yang serba ancaman tadi. Netto-nya kita khawatir yang terjadi dunia akan lebih buruk ketimbang dunia akan lebih baik. Marilah kita perkuat arus kebangkitan, pembesaran dari yang serba baik ini untuk mengurangi hal-hal yang serba tidak baik. Saya sudah menyampaikan potret, big pictures, the realities dari dunia di mana kita hidup dewasa ini.

 

Yang kedua, saudara-saudara, sampailah kepada satu pertanyaan yang hakiki. Apa sesungguhnya tujuan dan harapan masyarakat dunia. Sekali lagi, what are our common goals? Yang kita tuju, our common goals menurut saya adalah tiada lain sudah lama kita dengar adalah dunia yang aman dan damai, dunia yang adil dan dunia yang sejahtera. Kembali pada peace, justice, and prosperity. Saya tahu, barangkali saudara-saudara menganggap bahwa cita-cita untuk membangun suatu world order yang peaceful, yang just, dan yang prosperous itu adalah sesuatu yang ilusif atau itu utopis, barangkali ada yang berfikiran seperti itu. Juga, memang benar untuk membangun seperti itu andai kata ada jalan menuju ke situ, tentulah ini bukan kerja sekali jadi. Ini adalah never ending goals. Ini adalah unfinished agenda yang menjadi pekerjaan rumah, homework, bagi bangsa-bangsa sedunia. Tetapi, saudara-saudara, meskipun, ah itu utopis, ah itu ilusif, ah itu tidak mungkin, saya punya keyakinan, saya berharap saudara juga punya keyakinan bahwa dengan ridho Tuhan, tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini. Destiny itu menurut saya adalah the state of mind. Dulu orang mendefinisikan peace dengan tidak adanya perang. Dua negara dalam keadaan damai kalau tidak ada perang. Sekarang dalam perkembangannya, satu dua negara dalam keadaan damai karena perang adalah yang unthinkable, apa iya, zaman sekarang harus berperang dan berperang untuk mencapai tujuan, to defence our national interest. Barangkali dulu tidak terpikirkan perang adalah kelanjutan politik dengan bentuk lain, perang adalah jalan terakhir apabila tidak ada cara lain. Apakah mindset itu masih kita pertahankan atau kita membangun new mindset bahwa simply it is unthinkable. Sekarang ini kita mudah sekali melakukan peperangan menggunakan military right untuk mencapai tujuan-tujuan manakala masih ada resources, masih ada ways, masih ada jalan untuk mencapai tujuan itu. Kita semua harus berjuang keras Saudara-saudara untuk menjadikan bumi kita ini, dunia kita ini, land of opportunity, and land of possibility.

 

Jika dengan soft power, diplomasi dan negosiasi yang cerdas dan gigih, akhirnya kita bisa mengakhiri paling tidak mengurangi konflik bersenjata di Timur Tengah, dan di negara-negara yang lain, kita lihat juga di Afrika, maka sebuah peacemaking dan peacekeeping  dalam arti yang luas juga bukan sesuatu yang ilusif, yang bisa dilakukan do able. Itu masalah konflik dan keamanan. Yang lain, saya ingin menggarisbawahi bahwa ada destiny, ada goals dan selalu ada jalan untuk mencapai tujuan itu.

 

Menyangkut permasalahan perekonomian, ini masih menyangkut sumber daya alam. Jika manusia menghilangkan kerakusannya, greed, dalam menggunakan sumber daya alam, dengan cara mengubah gaya hidupnya, dengan cara intervensi teknologi, dengan cara satu kebijakan nasional yang tepat, dan yang dikonsumsi adalah yang sungguh dibutuhkan, need, not greed, maka almost sure bahwa krisis pangan, krisis energi, dan krisis air di masa depan dapat kita cegah. Tidak akan terjadi mismatch antara supply dengan demand. Tidak perlu cemas bakal terjadinya peperangan karena memperebutkan sumber-sumber daya alam, khususnya energi. Ini bagaimana kita bersama-sama mengelola dengan arif, cerdas, dan tepat our natural resources yang dibutuhkan oleh kita semua.

 

Mari kita lihat sekarang dari segi perekonomian global yang sekarang sedang dilanda krisis. Jika tatanan dan praktek perekonomian global benar-benar kita bangun, akhirnya bisa berjalan secara adil, pasti dan stabil, pastilah our destiny membangun global justice, global security dan global prosperity akan terwujud. Dalam kaitan ini, maka pemikiran saya adalah bagaimanapun sebagai koreksi perekonomian dunia saat ini yang sudah kita rasakan barangkali 10, 20, 30 tahun, hingga hari ini, perekonomian dunia mestilah mencerminkan nilainya yang real, real economy, real value economy. Bukan yang bersifat bubble, bubble economy. Bukan yang penuh dengan spekulasi, speculative economy. Yang berikutnya lagi masih berkaitan dengan perekonomian global, rules and governance, harus credible, harus fair dan memiliki kapasitas untuk mengelola perekonomian global termasuk bisa mencegah krisis, memberikan early warning terhadap krisis, to deter and to prevent the crisis dan manakala krisis tetap datang, bisa overcoming the crisis. Dalam kaitan ini mari kita bersama-sama memikirkan untuk meninjau kembali Rattanwood Institute. Apakah tiga lembaga ini yang dibangun pasca Perang Dunia II masih tetap relevan, apakah memerlukan perbaikan, refungsionalisasi, dan lain-lain yang bisa kita lakukan secara bersama to ensure bahwa rules and governance dalam global economic order bisa berjalan dengan baik. Itu yang kedua, masih berkaitan dengan perekonomian. Yang ketiga, Saudara-saudara, yang secara fundamental juga yang mengancam perekonomian global ini yang adalah karena ada global imbalances. Ini mesti diperbaiki. Ada jarak yang menganga antara the extreme wealth dan the extreme poverty. Inilah biang keladi, pangkal,  dari ketidak nyamanan manusia-manusia se-dunia yang bisa memunculkan radikalitas dan extrimisme dalam mencari jalannya sendiri. Oleh karena itu, ke depan, secara structural, dan secara gradual, harus kita perbaiki untuk memperkecil jarak antara yang kaya, maju, dengan yang miskin dan terbelakang. MDG, tidak ada kata lain, harus berhasil. Millenium Development Goals. Sekarang sudah 2009, kita tinggal punya waktu 6 years to come, oleh karena itu terus terang saya sebagai salah satu pemimpin negara dunia berkembang cemas, apabila krisis perekonomian global ini mengalihkan atensi kita untuk dealing with climate change dan achieving millennium development goals. Ini penting bagi kita semua untuk sungguh kita renungkan karena ini berkaitan dengan masa depan manusia sejagat. Jadi sebenarnya, kalau tiga hal dari segi-segi perekonomian dapat kita lakukan bersama, kita melihat light at the end of the tunnel yang bisa kita jemput bersama-sama.

 

Saudara-saudara,

 

Masih berkaitan dengan what is called our common goal, yaitu berkaitan dengan penyelamatan bumi, solusinya hanya seluruh bangsa-bangsa di dunia, seluruh negara harus betul-betul committed dalam menghasilkan kesepakatan bersama, Post Kyoto Protocol, untuk mengurangi emisi karbondioksida. Hanya dengan cara itu, planet kita akan selamat, masa depan kita akan selamat. Tahun 2007 yang lalu, akhir tahun, saya bersama Sekjen PBB Ban Ki Moon, telah menjadi tuan rumah dalam UN Conference on Climate Change, yang telah menghasilkan Bali Road Map. Kita berharap, dengan Bali Road Map, di Coppenhagen, Denmark tahun ini, dapat dicapai kesepakatan baru, paling tidak, blue print, paling tidak road map, paling tidak consensus yang lebih real untuk menghasilkan new protocol after Kyoto Protocol. Semua negara, Saudara-saudara, baik developed maupun developing countries, must do more, harus berbuat lebih banyak lagi, based on the principle of common but differenciated responsibility and respective capabilities. Itu adalah commitment kita untuk semua bangsa di dunia bersama-sama menyelamatkan bumi kita mengatasi climate change ini. Dunia, Saudara-saudara, menurut keyakinan, saya bisa merubah yang impossible menjadi possible termasuk dalam menghadapi climate change dan global warming dewasa ini. Empat tahun terakhir  ini saya ingin sampaikan ke hadapan saudara-saudara semua, saya sendiri sangat aktif bersama  pemimpin dunia yang lain untuk merumuskan kerja sama global in dealing with climate change. Saya terus terang senang mulai ada wind of change menyangkut sikap, pemikiran, dan komitmen dari negara-negara se-dunia termasuk negara-negara besar. Di Bali Conference, kita welcome Australia untuk join the club. Amerika waktu itu mengatakan at the end of the conference, we join the concensus. Kita mendengar sekarang kebijakan baru Amerika Serikat yang membawa harapan baru bahwa Amerika juga on board dalam proses bersama mengatasi global warming ini. Saya juga mendengarkan langsung pikiran sahabat-sahabat saya, Presiden Hu Jin Tao dari Cina, Presiden Lula dari Brazil, Perdana Menteri Mahmohan Singh dari India, dulu Presiden Thabo Mbeki dari Afrika Selatan, dan banyak lagi yang menurut saya a good beginning untuk bersama-sama kita merumuskan a new protocol in curbing the global warming. Itu berkaitan dengan bagaimana kita menyelamatkan bumi kita.

 

Saudara-saudara,

 

Dengan cerita saya tadi, yang saya wakili  bagaimana kita bisa mengurangi, mengakhiri berbagai konflik bersenjata belahan dunia, bagaimana kita bisa menyelamatkan penggunaan sumber-sumber daya alam untuk kepentingan manusia sejagat, bagaimana kita bisa menata kembali arsitektur dan praktek perekonomian global, dan yang terakhir tadi bagaimana bersama-sama kita bisa menyelamatkan bumi kita. Sekarang pertanyaannya adalah, apa pilihan-pilihan yang tersedia, what kind of choices we have? Dan jalan seperti apa untuk menuju dunia seperti itu? Dunia yang damai, dunia yang adil dan dunia yang sejahtera. Pertama, saya ingatkan kepada semua. Tidak ada resep yang ajaib, no magic formula yang secara instan bisa mengatasi masalah-masalah besar pada tingkat dunia ini. Juga tidak ada jalan pintas, there is no shortcut untuk mengatasi masalah global ini. Semua itu merupakan proses yang berkesinambungan. Proses itu mesti berangkat dari hati dan pikiran kita, a state of mind dan strong awareness bahwa we have to be more united, we have to work more closely, more effectively untuk mengatasi masalah-masalah itu. Dan kalau itu bangkit dari bangsa-bangsa sedunia, dari negara-negara sedunia, yang dipelopori oleh para pemimpin dan para tokoh dari negara itu, including world leaders, presiden, perdana menteri, emir, dan apapun sebutan kepala negara dan kepala pemerintahan, untuk bersama-sama menyelamatkan dan membangun dunia kita ke arah yang lebih baik, saya yakin proses itu akan berjalan lebih baik. Saya mengajak melalui mimbar terhormat ini, untuk bersama-sama mengubah jalannya sejarah. Ada pepatah dari Tiongkok, kalau sesuatu berjalan sebagaimana biasa, dan tidak ada yang mengubahnya, akan terus berlangsung seperti itu. We have to change the course of the history. Sepertinya ilusif, sepertinya impossible, tetapi kalau energi kita satukan, komitmen kita bangun bersama, disertai dengan langkah nyata, saya yakin semuanya akan dapat kita wujudkan. Ini tugas besar, Saudara-saudara, pada tingkat dunia, tugas-tugas kemanusiaan dan sekaligus menjadi tanggung jawab dan kewajiban moral. Jangan jadikan tempat kita hidup ini, dunia kita ini menjadi land of irresponsibility dan land of immorality. Kita harus menjauh dari sifat-sifat yang buruk ini dan saya ingatkan kembali inilah the land of possibility and the land of opportunity. Itulah Saudara-saudara yang dapat saya sampaikan dalam kuliah perdana saya serta pesan dan harapan saya. 

 

Baik, Saudara-saudara, my fellow Indonesians, meskipun Saudara-saudara dari negara-negara sahabat di seluruh dunia, apa yang mesti kita lakukan bersama, menuju masa depan dunia yang baik. Selamat berjuang, marilah kita terus bangun dunia yang lebih damai, dunia yang lebih adil dan dunia yang lebih sejahtera.

 

Sekian,

 

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

 

 

Biro Naskah dan Penerjemahan,

Deputi Mensesneg Bidang Dukungan Kebijakan,

Sekretariat Negara RI