Dalam seminar motivasi yang diadakan Pusat Pendidikan dan Pelatihan (Pusdiklat) Kemensetneg di ruangan Serba Guna Gedung III Kemensetneg bertemakan ‘The Art of Happiness at Work’, Arvan meyampaikan tentang pentingnya mendasari suatu pekerjaan atas kebahagian.
Â
Sering kali, kebahagian dianggap memungkinkan apabila kesuksesan telah diperoleh. Namun, pada seminarnya, Arvan menekankan bahwa kesuksesan, pada hakikatnya, hanya bisa dicapai jika suatu pekerjaan didasari oleh kebahagiaan.
Â
Menurut Arvan, menjadi bahagia adalah saat dimana seseorang dapat menempatkan body (badan), mind (pikiran), and soul (jiwa) di satu tempat yang sama. “Ketika kita melayani dengan sepenuh hati, maka body, mind, and soul ada di satu tempat. Itu namanya kerja ikhlas. Itu bukan hanya menghasilkan sukses tetapi juga happiness (kebahagiaan). Tapi jika badan dan pikiran ada di tempat berbeda, maka itu namanya kerja keras, hasilnya hanya survival (pemenuhan kebutuhan),†jelas Arvan.
Â
Lebih lanjut, Arvan mengungkapkan bahwa pekerjaan yang didasari rasa bahagia akan memberikan makna hidup—tidak hanya sekedar memberikan makan atau rezeki.
Â
Mengolah Energi Negatif Menjadi Positif
Â
Karena dewasa ini hoax dan hal negatif tersebar dengan mudah. Arvan mengibaratkannya sebagai virus yang dapat dibasmi dengan cara sering melakukan fitness (latihan kebugaran). Fitness dilakukan dengan mendekatkan diri kepada energi postif, atau mengubah energi negatif menjadi energi postif.
Â
Arvan mengingatkan bahwa pegawai negeri Kemensetneg bekerja agar dapat memuaskan atau memenuhi kebutuhan masyarakat. Dalam hal ini, pegawai Kemenseteg dapat dibilang takut mengecewakan masyarakat. Meskipun takut merupakan energi negatif, ketakutan tersebut dapat menjadi motivasi bagi pegawai sipil Kemenetneg untuk memberikan pelayanan terbaik. Dengan demikian, energi negatif telah berubah menjadi energi positif berupa motivasi.
Â
Pembicara juga menyampaikan sebuah analogi menarik. Sebagai contoh tambahan, Arvan Pradiansyah memberikan analogi tentang seorang nenek yang memiliki 2 anak. Anak yang satu merupakan seorang pedagang es, dan anak yang lain merupakan seorang pedagang payung. Baik hari cerah maupun hujan deras, sang nenek selalu merasa khawatir dan sedih karena takut dagangan anaknya tidak laku. Jika hujan turun, maka peminat es akan menurun, namun, payung dagangan anaknya yang lain akan laku. Begitu juga sebaliknya.
Â
“Wahai nenek yang baik, kalau nenek mau bahagia yang harus nenek lakukan hanya satu. Bukan mengubah apa yang di luar sana (diluar kendali kita), tetapi mengubah apa yang ada di dalam kita,†lanjut Arvan meniru seorang pemuda yang memberikan solusi kepada sang nenek.
Â
“Kalau hari panas, seperti hari ini. Pikirkan anak nenek yang menjual es,†lanjut pembicara. “Tapi kalau hari sedang hujan, pikirkan anak nenek yang sedang berjualan payungâ€. Hanya dengan mengubah cara pikir, maka nenek tersebut dapat tersenyum dan bahagia setiap saat.
Â
Memberikan Makna pada Anugerah Allah
Â
Untuk menerapkan kebahagian dalam melaksanakan pekerjaan, pembicara mengajak para hadirin untuk mencintai pekerjaan dan memaknainya sebagai panggilan Allah yang telah menempatkan kita, bangsa Indonesia, di NKRI. Sebagai kiriman Allah, sudah merupakan tanggung jawab bagi setiap warga dunia untuk memberikan manfaat bagi lingkungan sekitar kita, agar dapat memenuhi tujuan hidup yang telah diberikan Allah.
Â
“Pekerjaan kita bukan hanya sekedar duniawi. Tuhan menciptakan segala sesuatu untuk memberikan manfaat. Yang namanya manfaat selalu dilihat dari kacamata kepentingan orang lain (umum), bukan kepentingan kita sendiri. Kalau kita melakukan sesuatu untuk kepentingan kita, itu bukan manfaat namanya. Itu hanya pleasure,†tegas Arvan.
Â
Untuk itulah, Arvan mangajak agar semua yang hadir dalam kegiatan seminar tersebut dapat mensyukuri anugerah terindah yang telah diberikan Tuhan, yaitu potensi dan kembali memberikan hadiah terindah kepada Allah berupa manfaat.
Â
Sesi ‘The Art of Happiness at Work’ bukan hanya sebagai seminar motivasi. Dalam kesempatan tersebut, pegawai Kemensetneg juga mempererat silaturahmi dengan mengadakan acara makan bersama.
Â
Suasana santai, segar, dan bersemangat juga menyelimuti ruangan. Dalam upaya membangkitkan energi positif, para pegawai Sekretariat Negara ikut menari menggerakkan anggota tubuh, dalam beberapa kesempatan yang diberikan. (MIC-Humas Kemensetneg)