Biro Kerja Sama Teknik Luar Negeri, Kementerian Sekretariat Negara (Kemensetneg) bekerja sama dengan Direktorat Jenderal Industi Kecil, Menengah, dan Aneka, Kementerian Perindustrian (Kemenperin) serta Colombo Plan menggelar kegiatan program kerja sama selatan-selatan dan triangular (KSST) secara luring, berjudul Capacity Building Program on Enhancing the Development of Small Medium Industry. Bertempat di Bali, program ini diikuti oleh 19 peserta yang berasal dari 10 negara anggota Colombo Plan, yaitu Arab Saudi, Bangladesh, Filipina, Indonesia, Laos, Malaysia, Nepal, Pakistan, dan Sri Lanka.
Diselenggarakan selama 12 hari, sejak tanggal 19 sampai dengan 30 September 2022, peserta mempelajari bagaimana industri kreatif Indonesia, khususnya di Provinsi Bali, melakukan berbagai inovasi untuk dapat bertahan bahkan mengembangkan usahanya di masa pandemi. Beberapa usaha industri kreatif yang dikunjungi adalah Rosalie Cheese, Spa Factory Bali, Celuk Design Center, Mitra Bali Fair Trade, Made Tea, serta Ganesha Art Gallery.
Tidak hanya sekedar berkunjung, para peserta juga dapat melihat dari dekat proses pembuatan kerajinan tangan dari para pengrajin. Peserta bahkan berkesempatan mencoba secara langsung membuat perhiasan sederhana dari perak dan memahat kayu menjadi cendera mata cantik yang dapat dibawa pulang ke negaranya masing-masing. Selain itu, para peserta juga diajak mengunjungi Bali Creative Industry Center guna mengetahui proses inkubasi bisnis start-ups para generasi muda Bali.
Di program ini peserta tidak hanya fokus belajar tentang industri kreatif tetapi juga diberikan kesempatan untuk lebih mengenal kebudayaan Bali. Desa Tenganan Pegringsingan menjadi salah satu objek wisata kebudayaan yang menjadi lokasi para peserta mempelajari kekayaan budaya Pulau Dewata ini.
Keunikan dari Desa Tenganan Pegringsingan adalah penduduknya yang merupakan penduduk asli Pulau Bali yang dikenal dengan sebutan Bali Aga. Bali Aga dikenal sebagai masyarakat yang masih memegang teguh adat istiadat nenek moyang secara ketat. Tidak hanya itu, Desa Tenganan Pegringsingan terkenal dengan kerajinan kain tenun tradisional yang indah, lukisan/ukiran daun lontar, dan anyaman rumput. Tenun Gringsing yang dibuat oleh para wanita Tenganan merupakan kain tenun langka yang menggunakan teknik dobel ikat. Hanya ada dua tempat di dunia yang menggunakan teknik langka ini selain di Tenganan, yaitu India dan Jepang.
Kurang rasanya jika peserta tidak mengunjungi destinasi wisata lainnya yang terkenal di Bali, yaitu Istana Kepresidenan Tampaksiring. Disambut langsung oleh Kepala Istana Kepresidenan Tampaksiring, Agus Wawan Herwanto, peserta pun disuguhkan dengan tarian tradisional dan kudapan khas Bali. Para peserta pun diberikan kesempatan untuk berkeliling dan memasuki Wisma Negara dan Wisma Merdeka serta menikmati indahnya pemandangan hijau nan asri di lingkungan sekitar istana.
Michelle Barut Maramag, salah satu peserta dari Filipina mengatakan bahwa dia sangat terkesan dengan industri dan kebudayaan Bali. “Pelatihan ini sangat bagus, karena kami sebagai peserta dapat melihat langsung industri kecil dan menengah yang ada di Indonesia, khususnya Bali, dan ini sangat menginspirasi untuk dibawa di negara kami, suatu pengalaman yang sangat luar biasa” ujar Michelle.
Senada dengan Michelle, Aizul Fidy Kamarudin, mengatakan sangat terkesan dengan industri dan budaya Bali yang sangat kental. “Tentunya, ini pelatihan yang sangat menakjubkan karena saya menilai bahwa industri dan budaya di Bali ini sangat menginspirasi karena benar-benar selaras,” ujar pria yang berasal dari Malaysia.
I Nyoman Gede Budi Darmawan, pemilik Ganesha Art Bali mengaku sangat senang saat gallery miliknya dikunjungi oleh para peserta program ini. “Senang sekali didatangi oleh para peserta yang hadir saat ini. Tentunya setelah 2 tahun terakhir ini pandemi melanda, saya berharap kegiatan seperti ini sering diadakan karena tidak hanya kami (pengrajin) yang senang kegiatan seperti ini aktif kembali, tetapi ekonomi dan budaya Bali kembali diperkenalkan kepada wisatawan asing seperti para peserta yang hadir sekarang,” ujar I Nyoman Gede Budi Darmawan saat diwawancara.
Di lokasi berbeda, pemilik Made Tea, Ni Made Roni mengaku sangat senang atas kedatangan para peserta program KSST saat mengunjungi usaha yang dimilikinya. “Personally, Saya merasa bangga banget, mereka so easy going dan nge-blend dengan kita sangat cepat, dan saya tidak nervous jadinya. Harapan saya industri kecil dan menengah di Bali harus bisa bersaing dan naik kelas, terus berinovasi dengan bahan baku yang kita punya di Bali, sustainable dan semua bisa go green ke depannya, konsistensi selalu ada,” ucap Ni Made Roni. (Humas Kemensetneg)