Gelorakan Wastra Indonesia, Kemensetneg Siapkan Suvenir KTT G20
Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 yang merupakan puncak acara rangkaian Presidensi G20 Indonesia tengah berlangsung di Bali. KTT G20 yang digelar selama dua hari, pada tanggal 15-16 November 2022, kini menjadi pusat perhatian dunia. Dari 20 negara anggota G20, sebanyak 17 kepala negara, dan 3 pejabat yang mewakili kepala negaranya telah tiba di Bali. Selain itu, beberapa pemimpin negara dan pemimpin organisasi internasional yang diundang dalam KTT G20 pun sudah datang sejak Minggu (13/11) lalu.
Ada sisi yang menarik dalam perhelatan KTT G20 Indonesia kali ini. Untuk menyambut para Pemimpin Negara G20 dan delegasi yang hadir dalam pertemuan tingkat tinggi ini, Indonesia sebagai tuan rumah telah menyiapkan sejumlah cendera mata khas Indonesia, salah satunya busana dari kain atau wastra Indonesia yang nantinya akan dikenakan oleh para ketua delegasi selama KTT G20 berlangsung.
Cendera mata yang dibagikan tersebut telah disiapkan oleh Kementerian Sekretariat Negara (Kemensetneg) yang bertanggung jawab atas infrasturuktur dan logistik perhelatan KTT G20 di Bali. Berbagai cendera mata telah disiapkan, salah satunya adalah Wastra Indonesia yang merupakan kebanggaan Indonesia berupa kain tradisional Indonesia yang telah terkenal karena sarat dengan makna dan filosofinya, baik dari simbol pada motif atau corak, dimensi warna, ukuran, maupun bahannya.
Di gelaran KTT G20 Bali, ada dua jenis kain tradisional yang menjadi pilihan cinderamata, yakni Batik Tiga Negeri Pekalongan dan Kain Tenun Ikat Catri Klungkung Bali.
Foto: Kain Tenun Ikat Catri Klungkung Bali
Batik Tiga Negeri adalah batik yang tergolong batik pesisir. Batik ini memiliki ciri khas dengan warna cerah yang mencerminkan keceriaan dan kegembiraan. Batik ini disebut sebagai batik mahakarya pembatik peranakan Cina di wilayah pesisir utara Jawa dan Solo.
Dibandingkan dengan kain batik lainnya, pewarnaannya menjadi ciri khas tersendiri. Jenis batik ini mengalami proses pewarnaan yang dilakukan secara berpindah-pindah di tiga daerah. Warna merah (khas Tionghoa) dari buah Mengkudu dicelup di Lasem, warna biru (khas Belanda) dari tanaman Indigo diwarnai di Pekalongan, dan warna cokelat sogan (khas Jawa) dari tanaman Soga dikerjakan di Solo/Yogyakarta. Tradisi batik ini telah berlangsung sejak lama dan tumbuh dan berkembang dari daerah Kedungwuni, Pekalongan.
Selain dari warna-warni kain batiknya, simbol hasil akulturasi budaya asing dan budaya nusantara juga tercermin dari motif-motif yang terukir di Batik Tiga Negeri. Pesona Batik Tiga Negeri menonjol karena kompleksitas motifnya atau coraknya. Batik ini mampu menggabungkan motif batik pedalaman (Solo dan Yogyakarta) dengan motif pesisiran (Pekalongan dan Cirebon) serta motif Peranakan Tionghoa dan motif Belanda. Ini tercermin dari ragam coraknya, seperti bunga Peony, bunga Sakura, kupu-kupu, burung Hong, dan flora dan fauna lainnya yang juga dipadupadankan dengan pakem motif batik Jawa Tengah.
Jenis batik asli Pekalongan yang menjadi suvenir KTT G20 yaitu kain batik Liem Ping Wie (lpw) yang mempunyai ciri khas pada tiap detail motif dan pewarnaannya. Kain batik lpw dibuat secara turun menurun dengan sentuhan etnik yang mendalam dan dipadukan dengan warna cerah sehingga memiliki ciri khas yang unik. Batik lpw memproduksi batik tulis halus hingga batik cap coletan, membuat batik ini layak untuk menjadi salah satu koleksi para pecinta batik.
Foto: Presiden Joko Widodo dan Ibu Negara Iriana Joko Widodo berfoto bersama dengan Presiden Republik Rakyat Tiongkok (RRT) Xi Jinping dan pendampingnya Madam Peng Liyuan.
Untuk momen KTT G20 ini, kain batik pesisir yang dipersiapkan oleh Indonesia untuk seluruh ketua delegasi yang hadir telah dikerjakan secara detail selama enam bulan untuk setiap satu helai kain batiknya. Sekitar empat orang diperlukan untuk menyelesaikan satu helai kain batik ini. Busana batik ini akan dikenakan oleh para ketua delegasi pada acara gala makan malam para pemimpin negara anggota G20, pemimpin negara, dan pemimpin organisasi internasional di Taman Budaya Garuda Wisnu Kencana (GWK).
Kain nusantara lainnya dari Indonesia yang sudah dipersiapkan adalah Kain Tenun Ikat Catri Klungkung Bali. Kain tenun ikat merupakan kain khas Bali yang mencerminkan keindahan alam, flora, dan fauna Bali serta sarat dengan nilai seni dan filosofi yang kaya warna dan simbolisme.
Inspirasi keindahan flora yang berupa bunga, putik, dan tanaman rambat nusantara digubah dan diterjemahkan dalam karya tenun ini ke dalam pola-pola hiasan tegas yang dibuat berulang-ulang dan mengalir yang disebut pepatran. Ornamen pepatran mengandung unsur budaya adi luhung yang melambangkan sebuah paradoks kehidupan yang harus diselaraskan dan diseimbangkan sehingga tercapai kebahagiaan dan kesejahteraan dunia.
Foto: Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida dan pendampingnya Madam Yuko Kishida tiba di Taman Budaya Garuda Wisnu Kencana (GWK) untuk menghadiri welcoming dinner KTT G20.
Kain Tenun Ikat Catri Klungkung Bali sepenuhnya dikerjakan menggunakan tangan para terampil penenun Desa Gelgel, Klungkung Bali dan alat tenun tradisional sehingga setiap corak kainnya unik dan tidak ada yang sama antara satu dan lainnya. Wastra nusantara ini merupakan hasil inovasi desain dari Putu Agus Aksara Diantika. Kain tenun ikat yang dibuat dengan teknik tenun ikat tanpa meninggalkan keaslian kain endek klungkung.
Kain Tenun Ikat Catri ini diberikan dan disematkan kepada para Istri dari para Pemimpin Negara G20 saat welcoming dinner, di Lotus Pond, Garuda Wisnu Kencana.
Foto: Presiden Joko Widodo dan Ibu Negara Iriana Joko Widodo berfoto bersama dengan Presiden Spanyol Pedro Sanchez dan pendampingnya Madam Maria Begona Gomez Fernandez
Setiap ketua delegasi dari masing-masing negara anggota G20, pemimpin negara serta pemimpin organisasi internasional yang diundang dalam KTT G20 akan menerima kain Batik Tiga Negeri Pekalongan dan Kain Tenun Ikat Catri Klungkung Bali dengan corak dan warna yang berbeda-beda. Dengan dikenakannya busana bercorak batik dan Kain Tenun Ikat Bali pada pertemuan KTT G20 ini, budaya dan wastra nusantara akan semakin mendunia. (Humas Kemensetneg)