Jakarta, wapresri.go.id – Pandemi Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) telah memberikan dampak di seluruh sektor kehidupan. Salah satunya dapat dilihat dari perubahan perilaku masyarakat yang sebelumnya melakukan kegiatan sosial, pendidikan dan ekonomi secara fisik, kini sudah beradaptasi dengan melakukannya secara daring. Oleh karena itu, diperlukan inovasi untuk mengimbangi perubahan-perubahan mendasar yang terjadi tersebut.
“Inovasi adalah kunci bagi kita untuk survive (bertahan) dalam situasi saat ini. Oleh karena itu, kolaborasi riset dan pendidikan untuk menciptakan inovasi menjadi semakin diperlukan dalam situasi saat ini,” tegas Wakil Presiden (Wapres) K. H. Ma’ruf Amin saat memberikan keynote speech (sambutan kunci) dalam Forum Cendekia Kelas Dunia Tahun 2020 melalui konferensi video di kediaman resmi Wapres, Jalan Diponegoro Nomor 2, Jakarta Pusat, Rabu (19/08/2020).
Lebih lanjut Wapres menekankan, inovasi menjadi sangat penting karena dapat mendorong produktivitas suatu negara dan masyarakatnya menjadi lebih tinggi. Khususnya saat ini dimana seluruh negara termasuk Indonesia sedang mengalami krisis di berbagai sektor dampak dari pandemi Covid-19. Untuk itu, inovasi yang berhubungan dengan penanganan pandemi Covid-19 sangat diperlukan.
“Kita perlu inovasi yang cepat dan nyata dalam bidang kesehatan agar dapat membantu mengatasi pendemi ini. Penanganan yang sistematis, evidence based (berbasis bukti) dan ilmiah sangat diperlukan pemerintah dalam menangani pandemi ini,” tutur Wapres.
Data Global Innovation Index (GII) tahun 2019 mencatat, Indonesia masih menduduki posisi ke-85 dari 129 negara di dunia dalam hal inovasi. Wapres pun menilai, kondisi tersebut adalah ironis karena Indonesia mempunyai alokasi anggaran yang besar yaitu 2.130.3 miliar dollar untuk penelitian namun tidak memiliki jumlah sumber daya peneliti yang cukup.
“Jumlah peneliti Indonesia hanya 89 orang/1 juta penduduk, dibandingkan Vietnam [yang memiliki] jumlah peneliti 673/1 juta penduduk. Disamping itu, alokasi anggaran pengembangan Indonesia terbesar berasal dari pemerintah (40%), sedangkan alokasi anggaran Vietnam terbesar justru berasal dari sektor industri (52%),” ungkapnya.
Untuk mengejar ketertinggalan tersebut, Wapres mengimbau agar ke depan dapat dilakukan perbaikan-perbaikan sehingga inovasi di Indonesia dapat lebih ditingkatkan. Perbaikan dapat dilakukan melalui lima pendekatan di antaranya: pertama, memperbaiki dan meningkatkan kualitas pendidikan tanah air. Kedua, memperluas jejaring riset dan inovasi dengan kerja sama antar universitas, lembaga riset, dan individu baik secara domestik maupun internasional. Ketiga, meningkatkan pemanfaatan teknologi digital dan informasi untuk kepentingan riset dan inovasi. Keempat, meningkatkan partisipasi masyarakat dalam riset dan inovasi sejak dini serta mematahkan stigma bahwa riset itu rumit dan kompleks. Kelima, edukasi dan pemahaman yang intensif terhadap peran sains dan ilmu pengetahuan bagi kehidupan.
“Tugas kita semua, termasuk para anggota forum cendekia yang hadir pada hari ini untuk bersama-sama [mengejar ketertinggalan]. Sains dan ilmu pengetahuan harus menjadi nafas dalam kehidupan sehari-hari dengan tentu saja dibarengi pemahaman agama yang baik serta kepekaan sosial sehingga sains dan ilmu pengetahuan menjadi berkah bagi umat manusia,” imbaunya.
Menutup sambutan, Wapres menyampaikan apresiasi atas diselenggarakannya Forum Cendekia Kelas Dunia Tahun 2020. Ia meyakini bahwa penyelenggaraan forum tersebut dengan tema ‘Penguatan Kolaborasi Riset dan Pendidikan untuk Penciptaan Inovasi Indonesia’ sangat relevan dengan kondisi Indonesia saat ini.
Ia pun berharap agar penyelenggaraan forum ini dapat meningkatkan awareness (kesadaran) tentang pentingnya inovasi, sains, dan ilmu pengetahuan kepada masyarakat luas.
“Forum ilmiah ini dapat memberikan kesempatan kepada para akademisi Indonesia di dalam dan luar negeri untuk saling memberikan wawasan keilmuan serta membangun kerja sama yang positif baik antar individu maupun antar instansi terkait,” ucap Wapres.
“Saya berharap agar dengan penyelenggaraan forum ini, isu tentang sains, perguruan tinggi, riset, serta publikasi dapat menjadi wacana yang terus dibicarakan di publik, bahkan oleh generasi millennials,” sambungnya.
Sebelumnya, Ketua Pelaksana Forum Cendekia Kelas Dunia Tahun 2020 Sastia Putri menyampaikan, sejak 2017 sampai dengan 2019, Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) bekerja sama dengan Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) telah mengadakan program tahunan Simposium Cendekia Kelas Dunia (SCKD). Forum ini bertujuan untuk mempertemukan ilmuwan diaspora dari berbagai negara dengan ilmuwan dari perguruan tinggi dan institusi riset dalam negeri untuk saling berbagi informasi dan wawasan keilmuan serta membangun kerja sama yang positif. Sehingga, melalui forum ini diharapkan dapat lahir kolaborasi yang baik dalam bidang pendidikan.
“Cita-cita Indonesia menjadi bangsa besar yang berkontribusi dalam ilmu pengetahuan mustahil terwujud apabila seluruh insan intelektual tidak berkolaborasi dan berkomitmen menghasilkan suatu karya yang berdaya guna. Kolaborasi merupakan salah satu cara terbaik memajukan pendidikan khususnya pendidikan tinggi di tanah air,” ungkapnya.
Untuk itu, melanjutkan kegiatan yang telah diinisiasi oleh Kemenristekdikti dan Kemenlu, Akademi Ilmuwan muda Indonesia (ALMI) dan Ikatan Ilmuwan Indonesia Internasional (I4) melanjutkan kolaborasi dan sinergi yang telah terjalin ini melalui kegiatan Forum Cendekia Kelas Dunia 2020 yang dilaksanakan secara daring pada hari Selasa dan Rabu, 18 dan 19 Agustus 2020 dengan tujuan untuk melanjutkan kolaborasi dengan pertukaran pemikiran serta ide dari cendekia di seluruh dunia.
“Peran para ilmuwan diaspora yang dapat memperkuat kolaborasi riset dan pendidikan menjadi investasi sekaligus motivasi bagi Indonesia untuk meningkatkan daya saing bangsa melalui inovasinya,” ujar Sastia Putri.
Forum Cendekia Kelas Dunia Tahun 2020 diikuti oleh 1.412 peserta melalui aplikasi Zoom Meeting dan siaran langsung pada kanal Youtube I4 Media. Peserta terdiri dari 206 ilmuwan diaspora dengan narasumber yang tersebar di 28 negara, 959 ilmuwan akademisi dalam negeri, 17 perwakilan kementerian dan 436 peserta umum.
Selain Wapres, hadir memberikan paparan di antaranya Menteri Riset dan Teknologi/Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional Bambang Brodjonegoro, Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Nizam serta Ketua Forum Rektor Indonesia Periode 2020-2021 yang juga merupakan Rektor Institut Pertanian Bogor Arif Satria. (RMS/NN/SK- KIP, Setwapres)