Istana Wajah Baru

 
bagikan berita ke :

Selasa, 02 Mei 2017
Di baca 1662 kali

Nilai tersebut direfleksikan dalam berbagai bentuk, sebut saja kegiatan kirab Bendera Pusaka dari Monas ke Istana Merdeka pada Peringatan HUT RI, kirab Tamu Negara dari Monas ke Istana Merdeka, Veranda Talk, pergantian pasukan jaga Istana Kepresidenan, pameran lukisan koleksi Istana, Nusantara Berdendang di acara peringatan Hari Sumpah Pemuda, dan kirab calon Gubernur dan Wakil Gubernur dari Istana Merdeka ke Istana Negara sebelum pelantikan.

 

Ini semua merupakan inovasi yang dilakukan Istana Kepresidenan sebagai suatu implementasi arahan Presiden agar Istana Kepresidenan tampil lebih membumi dan dekat dengan rakyat.

 

Menurut Kepala Sekretariat Presiden, Darmansjah Djumala, terdapat tiga filosofi yang mendasari wajah baru kegiatan-kegiatan di Istana Kepresidenan tersebut, yaitu merakyat, hikmat dan bermartabat, serta menciptakan ruang budaya publik.

 

Merakyat

 

Pria yang akrab disapa Djumala itu menjelaskan bahwa merakyat berarti melibatkan, mengikutsertakan masyarakat, ataupun mendekatkan diri dengan masyarakat. Masyarakat diberi kesempatan lebih besar untuk terlibat dalam kegiatan yang dilakukan di Istana Kepresidenan. Keterlibatan masyarakat bisa dalam bentuk berpartisipasi atau dalam bentuk ikut memeriahkan acara. Menurut Djumala konsep ini merupakan inisiasi langsung dari Presiden Joko Widodo. “Saya ingat sekali saat itu Pak Jokowi  brief saya. Yang diundang itu lebih banyak rakyat tidak usah pejabat, pejabat sedikit saja. Kan pejabat itu gampang ke Istana,” jelas Djumala.

 

Nilai ‘merakyat’ terlihat pada inovasi- inovasi yang dilakukan oleh Sekretariat Presiden. “Misalnya pada Upacara HUT RI, merakyat itu kita manifestasikan dalam bentuk audience-nya. Kalau tahun-tahun lalu 70% pejabat  30% masyarakat, nah sekarang dibalik,” ungkap Djumala bersemangat.

 

Menurutnya, rakyat atau masyarakat model apa yang diundang pada upacara peringatan HUT RI? Adalah rakyat atau warga masyarakat menengah ke bawah, warga masyarakat berprestasi misalnya siswa berprestasi pemenang Olimpiade internasional dari Sabang sampai Merauke, dan warga masyarakat yang secara pribadi atau individual telah memberikan kontribusi pada masyarakat banyak, misalnya membuat saluran air untuk masyarakat di kampungnya, mendirikan sekolah dengan biaya sendiri dan sebagainya.

 

Pelibatan masyarakat juga terlihat pada peringatan hari Sumpah Pemuda, yaitu di acara Nusantara Berdendang. Istana Merdeka lebih merakyat dengan membuka pintunya lebar-lebar bagi masyarakat umum yang ingin melihat pertunjukan seni budaya Indonesia serta video mapping. Bahkan mayoritas tamu diberi ruang untuk menonton dengan konsep lesehan agar lebih membumi.

 

Lebih jauh, Istana Kepresidenan juga membawa konsep merakyat dalam pergantian Pasukan Jaga Istana Kepresidenan. Alih-alih melihat prajurit Pasukan Pengamanan Presiden (Paspampres) yang sangar, formal, dan serius dalam upacara  pergantian Pasukan Jaga Istana Kepresidenan, justru yang terlihat adalah pasukan Paspampres yang ramah, terbuka, dan dekat dengan rakyat. Jika sebelumnya upacara pergantian Pasukan Jaga Istana Kepresidenan tidak boleh dihadiri masyarakat, kini sebaliknya. Masyarakat dapat melihat dari dekat upacara pergantian Pasukan Jaga Istana, bahkan dapat berfoto bersama anggota Paspampres setelah upacara selesai.

 

Hikmat dan Bermartabat

 

Penanaman kembali konsep ‘hikmat’ dan ‘martabat’ merupakan nilai yang dianggap penting oleh Presiden. Ini melingkupi berbagai aspek, seperti bagaimana memperlakukan pejabat, Tamu Negara, atau benda bersejarah dengan penuh hormat dan menempatkannya pada posisi yang mulia.

 

Ini diimplementasikan dalam beberapa kegiatan seperti Kirab Bendera Pusaka dari Monas ke Istana Merdeka, Kirab Gubernur dan Wakil Gubernur terpilih dari Istana Merdeka ke Istana Negara, dan Kirab Penyambutan Tamu Negara.

 

Sebagaimana diketahui, puncak peringatan nasional sebuah negara adalah peringatan Hari Kemerdekaan. Karena merupakan puncak peringatan nasional, maka peringatan HUT RI perlu dilakukan dengan penuh hikmat dan bermartabat. Djumala mengungkapkan bahwa Bendera Pusaka, sebagai bendera mula-mula yang dikibarkan pada saat Proklamasi, seharusnya juga diperlakukan dan ditempatkan  secara bermartabat melalui kegiatan ritual khusus. “Dimanifestasikan dalam bentuk perlakuan kita terhadap bendera itu secara khusus, diarak dengan Kereta Kencana. Kenapa Kereta Kencana? Di dalam jaman kerajaan dulu Kereta Kencana adalah simbol keagungan.”

 

Prosesi lain yang memperlihatkan nilai kehikmatan dan martabat adalah Kirab Gubernur dan Wakil Gubernur terpilih. Prosesi ini, menurut Djumala, merupakan suatu bentuk penghormatan serta menghargai martabat Gubernur dan Wakil Gubernur terpilih yang akan dilantik sebagai perpanjangan tangan atau wakil dari Presiden di daerah.

 

Penyerahan Surat Keputusan (SK) langsung dilakukan oleh Presiden Joko Widodo kepada para Gubernur dan Wakil Gubernur terpilih melalui upacara khusus di Istana Merdeka. Ini juga sebagai simbol amanat Presiden kepada Kepala Daerah agar bekerja dengan baik untuk negara.

 

Hal baru lain yang kini terlihat adalah Kirab Tamu Negara. Acara yang dimulai dari Monas sebelum bertemu Presiden Joko Widodo di Istana Merdeka ini merupakan bentuk penghormatan kepada Tamu Negara. Pada kegiatan ini, Tamu Negara juga disuguhi dengan budaya dari 34 Provinsi melalui baju adat Pasukan Pengawal Tamu Negara dan baju adat siswa SD yang menyambut di halaman Istana Merdeka.

 

Menciptakan Ruang Budaya Publik

 

Nilai ketiga yang menjadi sorotan Presiden Joko Widodo pada Istana Kepresidenan adalah menjadi ruang budaya publik. Artinya, Istana menjadi ruang untuk menampilkan budaya Indonesia agar dapat dinikmati oleh publik serta menjadi rujukan. Bahwa nilai kebangsaan dan kebudayaan Indonesia itu,  sumbernya adalah Istana Kepresidenan.

 

“Istana itu jangan dipandang orang sebagai Pusat Pemerintahan, Kantor Pemerintahan, administrasi kenegaraan, Kantor Presiden saja. Beliau menginginkan Istana juga dianggap sebagai pusat peradaban, rujukan nilai kebangsaan, rujukan nilai kebudayaan Indonesia,” tegas Djumala.

 

Pameran lukisan koleksi Istana Kepresidenan, Nusantara Berdendang, dan Kirab Kebudayaan merupakan kegiatan yang dilakukan Istana Kepresidenan untuk menciptakan dan membangun ruang budaya publik tersebut.

 

Dengan didasari oleh 3 filosofi tersebut di atas, Istana Kepresidenan tidak hanya berhenti dengan wajah barunya saat ini, tetapi akan senantiasa menciptakan  inovasi-inovasi baru lainnya demi menjalani misinya sebagai the Ultimate Showcase of Indonesia. (SPU, RHS - Humas Kemensetneg)

Bagaimana pendapat anda mengenai artikel ini?
0           0           0           0           0