Ritual juga dihadiri banyak Pegawai Istana Kepresidenan Yogyakarta. Pada ritual tersebut, terdapat sajen yang sangat lengkap seperti roncen melati, pisang sanggan raja dan abon-abon, nasi gurih dan ingkung, nasi among-among, jenang 6 warna, tumpeng jejek dan telur kamal, tumpeng uruping damar, jajan pasar dan urip-urip yaitu ayam.
Ritual diawali dengan doa-doa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan dilanjutkan dengan  mendoakan para leluhur. Selesai doa dipanjatkan dengan hikmat, Kyai Bondet dan Kyai Lintang diarak keluar gedung dan dimandikan dengan air kembang.  Setelah bersih, kedua gong dikembalikan ke Panggung Kesenian. Selanjutnya para wiyogo memainkan gamelan secara lengkap dan para sinden melantunkan Langgam Jawa dengan sangat syahdu.
Acara dilanjutkan dengan kembul bujono atau makan bersama. Semua terlihat sangat gembira dan menikmati nasi gurih ingkung yang disajikan bersama tumpeng dan kelengkapan. Sungguh, suatu adat yang harus terus dilestarikan seperti slogan “Nguri-uri Kabudayan Jawi.†(Novaheni/Istana Kepresidenan Yogyakarta – Humas Kemensetneg)
 Â