Biro Kerja Sama Teknik Luar Negeri Kementerian Sekretariat Negara (Biro KTLN Kemensetneg), bekerja sama dengan Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) dan Colombo Plan kembali menyelenggarakan pelatihan Internasional dalam rangka Kerja Sama Teknik Selatan-Selatan dan Triangular (KSST) yang bertajuk Training of Trainers on Climate Field School. Pelatihan ini akan berlangsung selama 7 hari yang dimulai dari tanggal 16 sampai dengan 23 Juni 2019.
Bertempat di Hotel Grand Mercure Harmoni, Jakarta, Senin (17/6), pembukaan pelatihan Internasional ini dihadiri oleh Gogor Oko Nurharyoko, Staf Ahli Bidang Politik, Pertahanan dan Keamanan Kemensetneg, Herizal selaku Deputi Bidang Klimatologi, BMKG, Phan Kieu Thu Sekretaris Jenderal Colombo Plan, Nanik Purwanti Kepala Biro KTLN Kemensetneg dan 19 orang peserta dari negara-negara anggota Colombo Plan yang berasal dari Bangladesh, Indonesia, Laos, Myanmar, Nepal, Papua Nugini dan Srilanka.
Gogor Oko Nurharyoko dalam sambutannya menyampaikan pelatihan ini merupakan perwujudan komitmen “Pemerintah Indonesia menyusuli Consultative Committee Meeting ke-46 yang dilaksanakan di Vietnam pada Oktober 2018. Pelatihan di Indonesia merupakan pilihan tepat mengingat isu perubahan iklim dan pertanian bukanlah hal baru dalam kehidupan pertanian di Indonesia,” ujar pria yang biasa disapa Gogor ini.
Gogor menambahkan bahwa para peserta akan belajar tentang iklim dan pengaruhnya terhadap pertanian, tidak saja pemahaman teoritis, tetapi juga melalui simulasi aktif (active learning). “Di akhir pelatihan, peserta diharapkan dapat menyusun sebuah action plan yang nantinya akan diimplementasikan di negara masing-masing”, tambahnya.
Sekjen Colombo Plan, Phan Kieu Thu mengatakan bahwa Indonesia telah menjadi pemain penting dalam skema KSST. “Pelatihan kali ini merupakan bentuk nyata partisipasi aktif Pemerintah Indonesia dalam mendukung Colombo Plan sejak menjadi anggota pada 1953,” kata Phan.
Climate Field School (CFS) dirancang sebagai “responsive farming” dimana petani dibekali dengan pengetahuan dan keterampilan tentang pengaruh perubahan iklim terhadap semua kegiatan pertanian. CFS bertujuan membantu petani dalam merencanakan kegiatan pertanian untuk meningkatkan produktivitas. Drs. Herizal menambahkan bahwa CFS merupakan success story Indonesia sehingga penting untuk disebarluaskan kepada negara-negara lain.
Melalui KSST, Kemensetneg mengharapkan terciptanya solidaritas antarnegara berkembang sekaligus menguatkan kemitraan strategis dengan negara-negara sahabat dalam rangka menuju kemandirian bersama dan mempercepat pembangunan yang dapat menjadi solusi untuk mengatasi masalah-masalah global. KSST juga menjadi kesempatan yang baik bagi Indonesia untuk belajar dari pengalaman pembangunan bangsa lain. (BKTL-Humas Kemensetneg)
Bagaimana pendapat anda mengenai artikel ini?