Kemensetneg Minta Masyarakat Maluku dan Maluku Utara Manfaatkan GFA

 
bagikan berita ke :

Selasa, 18 September 2018
Di baca 1212 kali

“Teman-teman di sini termasuk salah satu bagian dari Program Geographic Focus Area, di mana daerah-daerah yang diberikan keistimewaan untuk dapat mengikuti kelas-kelas bahasa Inggris sebelum mendaftar untuk beasiswa, khususnya beasiswa Australia Awards”. Hal tersebut diungkapkan Bagus Ismujati, Kepala Bagian Kerja Sama Teknik Bilateral, Biro Kerja Sama Teknik Luar Negeri, Kementerian Sekretariat Negara saat memberikan sambutannya di depan 30 orang peserta kursus bahasa Inggris dalam acara Opening Ceremony English Language Training Assistance (ELTA) Program II untuk Maluku dan Maluku Utara dari Australia Awards in Indonesia di Ambon, Selasa (18/09).

Menurut Bagus, Geographic Focus Area (GFA) sebagai affirmative action memberikan kesempatan bagi masyarakat untuk mendapatkan peluang yang sama untuk maju. Dengan ditetapkannya Maluku dan Maluku Utara sebagai salah satu daerah GFA, masyarakatnya mendapatkan berbagai dispensasi yang menguntungkan. Misalnya saja warga Maluku dan Maluku Utara tidak dituntut nilai TOEFL yang tinggi seperti biasanya, 500 sudah cukup untuk memenuhi kriteria seleksi aplikasi beasiswa ini. Ini setara dengan nilai IELTS 4,5.

Selain itu pendaftar beasiswa yang belum memenuhi nilai bahasa Inggris minimal, juga mendapatkan pelatihan selama tiga bulan. Program ini juga disebut ELTA atau English Language Training Assistance. Menurut First Secretary (Alumni and Australia Awards), Department of Foreign Affairs and Trade (DFAT) Australia, Laura Ralph para peserta ini merupakan mereka yang telah berhasil melewati tahap seleksi yang juga tidak mudah.

“Selamat anda telah mencapai tahap ini. Anda dipilih dari 1000 orang pendaftar di seluruh wilayah GFA Indonesia, 168 di antaranya berasal dari Maluku dan Maluku Utara. Lalu kami seleksi kembali menjadi 30 orang, 15 orang dari Maluku dan 15 orang dari Maluku Utara.”

Manfaat tidak berhenti di situ, setelah lolos seleksi beasiswa, peserta juga mendapat Predeparture Training untuk meningkatkan kemampuan bahasa Inggris sehingga memenuhi tuntutan dari universitas yang dituju. Di sini peserta juga mendapatkan wawasan mengenai budaya dan kebiasaan di Australia. Diharapkan pengenalan tersebut bisa meminimalisir cultural shock yang mungkin terjadi.

“Di sana pasti akan ada cultural shock, ooh belajar di Australia ternyata seperti ini, berbeda dengan di Indonesia, disiplinnya, cara menulisnya, dan terutama mungkin kita yang dari muda tidak terbiasa menulis, paper-paper 3000 kata, 1500 kata, 8000 kata, stressful, tetapi setelah itu kita memiliki pemikiran yang tertata,” kenang Bagus yang juga merupakan alumni program beasiswa ini di Canberra.

Penetapan GFA membantu Indonesia mencapai tujuan-tujuan dalam Sustainable Development Goals (SDGs) karena itu Bagus mendorong untuk memanfaatkan berbagai kemudahan ini guna membangun Indonesia. “Setelah belajar di luar negeri tentunya akan mendapatkan pencerahan, mendapat pendidikan yang baru, mendapat budaya baru di luar negeri di mana bisa benchmark dengan budaya yang ada di Indonesia, dan melihat perlu ada perubahan sehingga mampu kembali ke daerah untuk membangun daerah Maluku dan Maluku Utara,” ujarnya bersemangat.

Sesuaikan dengan Kebutuhan

Ditemui di tempat berbeda, Plt. Kepala Bappeda Provinsi Maluku, Syuryadi Sabirin, melihat banyak peluang yang bisa digali dari beasiswa ini. Apalagi menurutnya, Gubernur Maluku juga telah diundang oleh Duta Besar Indonesia untuk Australia di Canberra untuk membicarakan berbagai kerja sama yang bisa dibangun dalam lima sektor yaitu energi, pariwisata, pendidikan dan pelatihan vokasi, pertanian, dan konektivitas transportasi. Dengan potensi pengembangan kerja sama ini juga tidak menutup kemungkinan akan membutuhkan tenaga kerja lokal dengan keterampilan dan pendidikan khusus. “Kita mau pendidikan orang Maluku dengan orang Australia itu karena kita bersaudara itu yaa beda-beda tipis lah kualitasnya. Harus pintar-pintar kayak orang Australia lah ya,” tambah Syuryadi. (RHS-Humas Kemensetneg)

Bagaimana pendapat anda mengenai artikel ini?
1           2           1           1           1