Mengawali Ramadan tahun 2025, Kementerian Sekretariat Negara (Kemensetneg) melalui Biro Sumber Daya Manusia (SDM), Deputi Bidang Administrasi Aparatur menyelenggarakan Ceramah Keagamaan Islam pada Rabu (5/3). Kajian menghadirkan K.H. Abuya Abdul Majid yang membawakan tema “Hikmah Ramadan”.
Dilaksanakan secara hybrid di Musala Al Ikhlas, Kemensetneg, kegiatan ini diadakan dalam rangka menyemarakkan datangnya bulan suci Ramadan 1446 H serta mempererat tali silaturahmi antar pegawai di lingkungan Kemensetneg.
Memulai ceramah, K.H. Abuya Abdul Majid menjelaskan tentang hikmah Ramadan yang merupakan bulan kesembilan dalam kalender Islam (Hijriyah). Ia mengatakan, “Ramadan merupakan bulan kesembilan dalam kalender Islam. Berpuasa di bulan Ramadan itu diperuntukkan bagi orang-orang beriman karena mengharapkan pahala dari Allah SWT yang akan mengampuni dosa orang yang berpuasa saat Ramadan dan ketika merayakan Idulfitri, orang-orang beriman yang menjalankan puasa Ramadan ibarat seperti bayi yang baru terlahir kembali”. kata .
Selanjutnya, Ustaz Abuya menjelaskan makna puasa Ramadan dari segi bahasa. Kata saum berasal dari bahasa Arab yang berarti menahan diri, sementara, kata Ramadan artinya membakar. Ustaz Abuya menyampaikan bahwa puasa yang dilakukan dengan ikhlas maka akan membakar dosa-dosa manusia dan menjadikannya sebagai sarana penyucian diri sebelum menghadapi kehidupan setelah mati.
Dalam kajian pertama Ramadan kali ini, Ustaz Abuyajuga mengingatkan betapa dahsyat siksa neraka dibandingkan dengan api dunia. Jika penghuni neraka diberi kesempatan merasakan panas duniaitu tidak seberapa dibandingkan dengan azab di akhirat. Oleh karena itu, puasa dan amal kebaikan menjadi cara terbaik untuk menggugurkan dosa-dosa di dunia sebelum beratnya balasandi akhirat kelak.
Menambah wawasan Jemaah yang hadir, Ustaz Abuya membahas sedikit sejarah puasa pada masa Nabi Muhammad SAW. Puasa Ramadan pertama kali diwajibkan adalah pada tahun kedua setelah Nabi hijrah ke Madinah. Pada saat itu, Nabi Muhammad SAW menjalankan puasa Ramadan sebanyak delapan kali sebelum Ia wafat di usia 63 tahun. Hal ini menjadi pengingat bagi umat Islam untuk memahami sejarah Islam agar semakin kuat dalam menjalankan ibadah.
Kajian ditutup dengan pembahasan tentang penentuan awal Ramadan yang menggunakan metode rukyatulhilal. Ustaz Abuya menerangkan tentang perbedaan antara hilal, qamar, dan badrun dalam fase bulan, serta bagaimana ilmu astronomi berperan dalam menentukan awal dan akhir waktu umat berpuasa. Di akhir ceramah, Ustaz mengingatkan keutamaan puasa Syawal selama enam hari yang mendatangkan pahala setara dengan berpuasa setahun penuh.
Beragam pertanyaan baik daring maupun luring menambah pengetahuan dan wawasan keislaman bagi para Jemaah yang mengikuti kajian. Tampak hadir dalam kajian, Kepala Biro SDM, Muharromi dan Ketua Dewan Kemakmuran Musala Al Ikhlas, Anwar. (ART/YLI- Humas Kemensetneg)