Makna Setangkai Melati pada Peringatan Hari Ibu Ke-89

 
bagikan berita ke :

Jumat, 22 Desember 2017
Di baca 2370 kali

Khidmat dan bersahaja, itu yang dirasakan para pejabat dan pegawai di lingkungan Kementerian Sekretariat Negara, Sekretariat Kabinet saat mengikuti upacara dalam rangka memperingati Hari Ibu ke-89 tahun 2017 di Lapangan Upacara Kantor Kemensetneg, Jumat (22/12). Para peserta upacara pun mendengarkan dengan seksama pidato yang dibacakan oleh petugas upacara.

Bertindak sebagai Inspektur upacara pada peringatan Hari Ibu kali ini, Wakil Sekretaris Kabinet Ratih Nurdiati. Ia membacakan amanat Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Yohana Yambise. Dalam amanat tersebut, masyarakat Indonesia diajak untuk mengenang dan menghargai kaum perempuan Indonesia yang juga telah berjuang bersama kaum laki-laki dalam merebut kemerdekaan dan berjuang untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat seperti yang dideklarasikan dalam Kongres Perempuan Indonesia pada 22 Desember 1928.

Selain membacakan sejarah perjuangan kaum perempuan, salah satu hal menarik yang diberikan yakni mengenai makna lambang Hari Ibu ke-89 ini. Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak memilih setangkai melati dengam kuntumnya sebagai lambang. Tentu saja ini menggambarkan berbagai peran perempuan dalam kehidupannya.

Melati melambangkan perempuan sebagai ibu yang memberikan kasih sayang  kodratinya kepada anak. Warna putih pada melati berarti kekuatan dan  kesucian antara ibu dan pengorbanan anak. Dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, lambang ini juga bisa dimaknai sebagai kesadaran perempuan untuk menggalang kesatuan dan persatuan. Seperti yang ditulis dalam tinta sejarah, perempuan juga selalu menjadi tonggak utama perjuangan Indonesia. Keihklasan bakti dalam perempuan menjadi kunci dalam pembangunan bangsa dan negara terutama di era globalisasi seperti saat ini.

Di bawah gambar melati terdapat semboyan 'Merdeka Melaksanakan Dharma'. Itu mengandung arti bahwa tercapainya persamaan kedudukan hak, kewajiban, dan kesempatan antara kaum perempuan serta kaum laki-laki sebagai agenda penting yang harus selalu dijunjung. Ini merupakan bentuk kemitrasejajaran yang perlu diwujudkan dalam kehidupan berkeluarga, bermasyarakat, dan bernegara demi keutuhan, kemajuan, dan kedamaian bangsa Indonesia.

Pemahaman dan pengamalan semua pihak akan peran perempuan sangat ditekankan dalam pidato ini. Tujuannya agar manusia Indonesia bisa menjadi bangsa yang lebih baik dimasa mendatang. Selamat Hari Ibu ke-89. Maju terus perempuan Indonesia. (RHS-DEW-Humas Kemensetneg)

Bagaimana pendapat anda mengenai artikel ini?
4           1           0           1           0