Membangun Budaya Inovasi yang Berkelanjutan, Kemensetneg Lanjutkan Setneg Serial Lecture #02

 
bagikan berita ke :

Rabu, 23 November 2022
Di baca 1128 kali

Memasuki hari kedua, Rabu (23/11), Pusat Pengembangan Kompetensi Aparatur Sipil Negara (PPKASN), Kementerian Sekretariat Negara (Kemensetneg) melanjutkan Setneg Serial Lecture #02 dengan tema "Innovative, Reliable, Sustainable".

Kegiatan ini diadakan di Auditorium PPKASN Kemensetneg, Jalan Gaharu, Jakarta Selatan secara daring. Hadir sebagai narasumber, seorang Executive Coach, CEO Corporate Innovation Asia, Indrawan Nugroho yang membahas topik bertajuk “Membangun Budaya Inovasi yang Berkelanjutan”.

Dalam materinya, Indrawan mengdepankan proses inovasi di dalam lingkungan Kemensetneg “Apakah public sector perlu berinovasi? Jawabannya, jelas iya. Karena, perubahan di dunia ini terjadi sangat cepat. Perubahan ini mengubah perilaku kita sehari-hari, termasuk ekspektasi kita terhadap government. Jika tidak dilakukan dengan segera, maka akan terjadi erosi kepercayaan dari publik,” tutur Indrawan Nugroho.

Co-Founder Centre for Strategic and International Studies (CIAS) itu menjelaskan beberapa alasan yang mendasari ASN untuk terus melakukan inovasi. Alasan-alasan tersebut saling berkaitan nantinya, yaitu keeping up the pace, memenuhi ekspektasi masyarakat untuk meningkatkan kepercayaan masyarakat, dan menarik perhatian inovator.

“Tiga hal yang tadi saya jelaskan, jelas berkaitan karena kita perlu tetap mengikuti perubahan agar mendapat kepercayaan yang datangnya dari ekspektasi masyarakat atau warga yang terbiasa hidup dengan perubahan. Jika kita bisa berinovasi maka inovator juga akan datang kepada kita untuk membangun negeri secara bersama,” ungkap Indrawan.

Menurut artikel Ron Ashkenas, seorang individu harus mampu melakukan inovasi. Inovasi diperlukan karena saat ini dunia bergerak begitu cepat dan perubahan terjadi sangat cepat. Sehingga tidak mungkin perubahan yang ada di dalam suatu sistem negara hanya dilakukan oleh segelintir orang melainkan perlu ada kerja sama di antara individu-individu yang berkualitas.


Indrawan juga menerangkan bahwa inovasi itu sendiri tidak harus selalu berkaitan dengan aplikasi. Inovasi bisa diartikan sebagai sesuatu yang baru atau beda yang dapat memecahkan masalah dan diadopsi oleh penggunanya. Jika pengguna masih merasa bahwa produk inovasi tersebut tidak dapat menyelesaikan sebuah masalah dari pengguna maka akan dianggap gagal.

“Melakukan inovasi merupakan satu-satunya cara untuk diri kita sendiri ataupun lembaga ini yang menjadi relevan dengan tuntutan zaman yang ada,” kata Indrawan.

Banyak cara untuk melakukan inovasi tetapi jangan terjebak dalam mitos-mitos yang ada. Jika terjebak maka hanya akan memengaruhi cara berpikir menjadi terlalu jauh (terlalu banyak ide). Indra menyampaikan, suatu hal yang kecil tetapi belum pernah ada dan baru di dalam sistem juga bisa disebut inovasi. Terlebih, jika hal tersebut berguna dan dapat diadopsi oleh penggunanya serta memiliki value.

Di akhir paparannya, Indra mengingatkan, inovasi adalah sebuah proses yang terus-menerus dilakukan untuk menciptakan nilai kepada para pengguna (masyarakat). “Kelihatannya memang inovasi tapi sebenarnya cuma kelihatan megah dan mewahnya saja. Padahal, tidak ada hasil yang terlihat. Inilah yang banyak terjadi di perusahaan swasta dan pemerintahan. Hal ini disebut ideation atau Innovation Theater yang tidak punya value bagi customer atau masyarakat,” ujar Indrawan Nugroho.

Indra berpesan, satu hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan inovasi adalah menggeser asumsi pimpinan yang melihat bahwa inovasi haruslah canggih, padahal sebenarnya tidak relevan dengan konsumen. Inovasi dapat tercipta dari kebutuhan konsumen yang ingin memecahkan sebuah masalah atas perubahan yang terjadi di lingkungan hidupnya. (COR/DEW-Humas Kemensetneg)

Bagaimana pendapat anda mengenai artikel ini?
3           0           0           0           0