Mendalami Sisi Humanis Bung Karno

 
bagikan berita ke :

Kamis, 24 Agustus 2017
Di baca 3994 kali

Pada sebuah foto yang diambil tanggal 22 September 1952, Bung Karno nampak bersimpuh dan sungkem, menghaturkan bakti, sekaligus memohon doa restu kepada sang Ibu. Foto tersebut telah menunjukkan bahwa sosok yang dikenal sebagai “singa podium” itu tidak lebih dari seorang anak yang mencintai dan menghormati wanita yang telah melahirkannya.

 

Foto tersebut merupakan salah satu dari total 120 arsip foto yang dipamerkan pada pameran arsip yang bertajuk “Soekarno: Besar Bersama Rakyat”. Pameran arsip tersebut menampilkan bukti-bukti fotografi dan beragam arsip lain yang menunjukkan sisi humanis dari sosok Soekarno.

 

Kepala Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI), Mustari Irawan, mengatakan, pameran tersebut diadakan guna menunjukkan bagaimana Soekarno bukan hanya sekadar Presiden, tetapi juga seorang negarawan, pemikir, orator, sekaligus bapak dari sebuah keluarga.

 

“Soekarno sebagai presiden pertama itu sangat dekat dengan rakyatnya. Soekarno tumbuh, besar bersama rakyat. Ini adalah suatu yang harus dipahami oleh masyarakat secara luas,” ujar Mustari saat ditemui dalam acara pembukaan pameran tersebut, Selasa (22/8/2017).

 

Sekretaris Kementerian Sekretariat Negara sekaligus Penanggung Jawab pameran, Setya Utama, juga menambahkan, pameran tersebut bertujuan untuk menunjukkan sosok Soekarno yang memiliki kelebihan dalam menjalin hubungan dengan rakyat, berorasi, dan berdiplomasi, serta menjadikan Indonesia sebagai negara yang disegani di kancah internasional.

 

“Dalam pameran ini kami berusaha mengangkat sisi humanis Presiden Soekarno, di samping sekelumit gambaran tentang perjuangan, sepak terjang, dan pencapaian Presiden Soekarno dalam bidang pembangunan,” ujar Setya dalam sambutannya di acara pembukaan pameran tersebut.

 

Dia mengatakan, Kementerian Sekretariat Negara (Kemensetneg) sebagai lembaga kepresidenan memiliki koleksi arsip-arsip Presiden Pertama Republik Indonesia, Ir. Soekarno, yang sebagian besar belum dipublikasikan ke publik. Dalam rangka bulan kemerdekaan HUT ke-72 Republik Indonesia ini, koleksi tersebut pun akhirnya dipamerkan, bersama dengan koleksi arsip sejenis yang dimiliki Arsip Nasional RI (ANRI).

 

Tidak hanya dalam bentuk foto, sisi humanis Soekarno dalam pameran tersebut juga ditampilkan dari berbagai dokumen dan arsip tulisan-tulisan tangan sang Presiden pada masanya. Ada total 10 arsip tekstual dan enam buku beserta catatan tangan Soekarno yang ditampilkan. Selain itu, ada juga lima buah video dokumentasi kegiatan Soekarno.

 

Selain foto yang menampilkan Soekarno bersimpuh pada Ibundanya, pameran tersebut juga menampilkan foto sang Presiden bersama keluarga, anak-anak, sahabat, rakyat, dan para pemimpin dunia. Pameran tersebut juga akan memutarkan film dengan judul Perjuangan Tanpa Akhir.

 bung karno1

“Arsip tekstual, tentang formulir orang terkemuka di Jawa, jenis makanan yang harus dihindari oleh Presiden Soekarno, dan catatan Soekarno dalam buku yang dibaca,” jelas Setya.

 

Beragam arsip tersebut dipilah dan ditata sedemikian rupa, kemudian dibagi menjadi sembilan kategori, yakni Cinta Sejati, Aku dan Anak-anak, Sang Orator, Aku dan Sahabat, Dalam Pengasingan, Mencerdaskan Rakyat, Bersama Rakyat, Dunia Mengakui, dan Pemerintahan dan Pembangunan. Dalam pameran tersebut juga ditampilkan teknologi alih media microfilm yang digunakan oleh Kemensetneg untuk back up data.

 

Selain itu, Menteri Sekretariat Negara, Pratikno, mengatakan, tujuan dari pameran arsip nasional yang diselenggarakan dalam rangka bulan kemerdekaan ini juga agar masyarakat menumbuhkan kesadaran untuk melindungi arsip nasional, kemudian belajar darinya dan memanfaatkannya. Salah satunya dalam kesempatan ini bisa belajar mengenai sosok Soekarno.

 

“Ini sebuah pembelajaran yang luar biasa, yang bisa dipetik dari masyarakat Indonesia,” ujar Pratikno saat ditemui di kesempatan yang sama.

 

Salah Satu Memori Dunia

 

Kemerdekaan Indonesia memang tidak lepas dari peran Soekarno dalam memperjuangkannya sekaligus menjadi wajah kebangkitan Indonesia yang bebas dari segala bentuk kungkungan. Senada dengan Pratikno, Duta Arsip Nasional, Rieke Diah Pitaloka, juga mengatakan, keberhasilan perjuangan Soekarno di masa lalu memang benar-benar harus disadari oleh segenap bangsa Indonesia.

 

Setelah mendapatkan sertifikat Memory of The World atas arsip Konferensi Asia Afrika dari UNESCO, Arsip Nasional selanjutnya sedang memperjuangkan beberapa koleksi arsip lain yang dianggap memiliki nilai sejarah dan pembelajaran yang tinggi. Salah satunya yaitu gagasan dan pemikiran Bung Karno.

 

“Karena nggak ada rasanya, atau jarang sekali ada seorang pemimpin suatu bangsa yang juga memperjuangkan nasib bangsa lain, yang memberikan kemerdekaan bagi bangsa lain, khususnya Asia Afrika dan Amerika Latin,” tutur Rieke di kesempatan yang sama.

 

Dia mengatakan, pengakuan akan arsip-arsip tersebut di mata internasional merupakan suatu hal yang sangat penting. Tidak hanya sebagai pembelajaran dunia, namun juga sebagai bagian dari pengakuan akan peradaban suatu bangsa.

 

“Arsip itu adalah bagian dari kebudayaan, bagian dari peradaban suatu bangsa, termasuk untuk Indonesia, sehingga tidak bisa kemudian hanya dilihat dari sisi administrasi saja,” ujar Rieke.

 

Pameran arsip tersebut terbuka untuk umum dan akan berlangsung pada 22-25 Agustus 2017, bertempat di Aula Serbaguna Gedung III Kementerian Sekretariat Negara. Selain di gedung Kemensetneg, pameran sejenis juga diselenggarakan di Senayan City, di Sarinah, dan di Bandara Soekarno Hatta. (ANM-Humas Kemensetneg)

 

 

Bagaimana pendapat anda mengenai artikel ini?
1           2           1           1           0