Najwa Shihab, Duta Baca, dan Catatannya

 
bagikan berita ke :

Rabu, 22 Maret 2017
Di baca 795 kali

“Membaca buku Catatan Najwa itu seperti membaca puisi,” ungkap AAGN Ari Dwipayana, Staf Khusus Presiden selaku pembahas membuka diskusi. Di sebelah kirinya, Najwa Shihab atau yang akrab disapa Nana tersenyum. “Kepedulian sosial politik yang menjadi kata-kata. Buku dengan topik beraneka ragam,” sahut moderator Nico Harjanto menimpali.

Pemandu acara Mata Najwa tersebut hadir dalam acara Bincang Buku yang diselenggarakan Perpustakaan Kemensetneg. Sedikitnya 350 orang hadir dalam acara yang berlangsung selama tiga jam tersebut. Peserta tidak hanya berasal dari pejabat dan pegawai di lingkungan Kemensetneg, melainkan juga undangan dari sejumlah kementerian dan lembaga.

Diundangnya Najwa bukan sekadar karena ia seorang news anchor yang menerbitkan buku. Sejak awal Maret tahun lalu, status Duta Baca Indonesia melekat padanya, hingga tahun 2020 mendatang. Hal itu pula yang menjadi alasan Perpustakaan Kemensetneg menghadirkan Najwa. “Ini salah satu cara kami mensosialisasikan agar semakin banyak orang ke perpustakaan, semakin gemar membaca,” jelas Widy Hastuti, pustawakan muda Kemensetneg.

Najwa memaparkan banyak hal, khususnya apa yang mendasari perempuan kelahiran Makassar itu menerbitkan buku Catatan Najwa pada November 2016 lalu. “Sejak tujuh tahun lalu, ini tulisan mencicil. Setiap akhir acara selalu membuat catatan refleksi dari narasumber yang hadir. Kegelisahan, kemarahan, motivasi ada di sini,” tutur Najwa.

Usai acara, Najwa membagi kisahnya. Diungkapkannya bahwa Duta Baca Indonesia tidak hanya satu, tidak hanya dirinya. Melainkan banyak orang di berbagai daerah. “Lebih banyak duta di pelosok-pelosok. Tantangan untuk memasyarakatkan minat baca harus ada di setiap orang, ini bukan program, ini gerakan!” ujar Najwa bersemangat.

Ia memandang saat ini minat baca di daerah dan kota sangat berbeda. Di daerah, minat baca justru tinggi, khususnya pada anak-anak, maka baginya cukup mengherankan jika hasil survei dari Central Connecticut State University in New Britain, menyebutkan Indonesia berada di peringkat 60 dari 61 negara. “Ternyata masalahnya ada di akses mereka terhadap buku, masih minim. Makanya kenapa saya ada saran dan bincang-bincang kecil agar Pak Presiden Jokowi tidak hanya membagikan sepeda, melainkan buku. Dan ya sudah diprogramkan,” ungkap Najwa kemudian tersenyum.

Lebih lanjut, tantangan minat baca di kota adalah bagaimana masyarakat mau memanfaatkan perpustakaan digital. Perempuan berhidung mancung itu yakin jika kesadaran kolektif yang semakin besar berbanding lurus dengan pencapaian besar pula. “Ayo kita nyalakan lilin-lilin kecil di daerah agar nyalanya semakin besar,” tambah Najwa. “Membaca itu bisa membuat bahagia. Beberapa survei yang pernah saya baca, rutin membaca bisa membuat harapan hidup bertambah dua tahun,” pungkasnya sambil tersenyum.

Acara siang itu ditutup dengan satu kutipan terkenal dari Bung Hatta. “Hanya ada satu negara yang menjadi negaraku. Negara itu tumbuh karena satu perbuatan. Dan itu perbuatanku,” tutup Najwa diiringi tepuk tangan hadirin. (RRO – Humas Kemensetneg)

Bagaimana pendapat anda mengenai artikel ini?
0           0           0           0           0