Lebih jauh Presiden menjelaskan bahwa mencintai perdamaian bukanlah hal yang harus dipaksakan dalam diri seseorang, namun harus ditumbuhkan. Dan dimulai dari pembentukan karakter dalam keluarga sehingga peranan seorang ibu menjadi sangat penting.
Â
“Sekali lagi perdamaian itu tak bisa dipaksakan tapi harus ditumbuhkan. Karakter senang damai harus ditumbuhkembangkan dari lingkup keluarga. Perempuan yang mengisi, ibu-ibu,†kata Presiden.
Â
Tema peringatan Hari Perdamaian Internasional kali ini yaitu "Perempuan Berdaya, Komunitas Damai", sebagaimana dilansir dalam rilis Deputi Bidang Protokol, Pers, dan Media Sekretariat Presiden, Bey Machmudin.
Â
Dalam sambutannya, Presiden mengingatkan, bahwa Indonesia merupakan negara besar yang terdiri dari beragam suku, agama, dan budaya.
Â
“Negara kita ini negara besar, kita memiliki 516 kabupaten/kota, 34 provinsi, 714 suku, 1.100 bahasa daerah dan bermacam-macam agama kita punya serta budaya kita miliki. Ini perlu diingatkan agar semua menyadari negara ini sangat besar,†tuturnya.
Â
Oleh karenanya, Presiden menghimbau kepada seluruh elemen masyarakat untuk menjaga kerukunan dan perdamaian di Tanah Air, melalui Ukhuwah Islamiyah, Ukhuwah Wathoniyah dan Ukhuwah Basariah.
Â
"Ini anugerah Allah, sudah menjadi hukum dari Allah. Sudah menjadi takdir Allah kepada negara kita Indonesia. Oleh sebab iu marilah kita jaga bersama persaudaraan kita, kita jaga Ukhuwah Islamiyah kita, kita jaga Ukhuwah Wathoniyah kita, kita jaga Ukhuwah Basariah kita, dalam scope yang lebih besar,†tutur Presiden.
Â
Turut hadir mendampingi Presiden, Menteri Sekretaris Negara Pratikno, Gubernur Jawa Timur Soekarwo, Pimpinan Pondok Pesantren Annuqayah KH Abdul A’la, Direktur Wahid Foundation Yenny Zannuba Wahid serta KH Abdul Muqsit Idris. (Humas Kemensetneg)
Â
Â
Â