Perguruan Tinggi Harus Berani Berinovasi

 
bagikan berita ke :

Minggu, 13 Agustus 2017
Di baca 780 kali

"Saya titip terutama kepada PP Muhammadiyah, baik yang ada di cabang Jember maupun secara umum di seluruh Indonesia, perubahan-perubahan ini perlu diantisipasi. Jangan sampai nilai-nilai keindonesiaan dan keislaman kita tergerus gara-gara kita tidak siap mengantisipasi," ujar Presiden.

Presiden mengatakan bahwa perubahan global ini hampir menjamah seluruh aspek kehidupan mulai dari internet, proses pembayaran, transportasi, hingga pengelolaan ruang angkasa. Jika kita tidak cepat tanggap, Indonesia pasti akan jauh tertinggal dari negara-negara lain.

"Perubahan sangat cepat sekali. Kita harus menyadari itu, kalau tidak disadari kita bisa ditinggal terutama menyadarkan sumber daya manusia yang kita miliki," ungkapnya.

Presiden menegaskan bahwa kita bisa dengan jelas melihat ketertinggalan negara kita, misalnya dalam bidang transportasi. Ketika negara lain sudah memiliki alat transportasi yang maju dan modern, Indonesia justru baru memulai proses pembangunan transportasi tersebut.

"Kita? Baru proses membangun MRT, LRT. Baru akan memulai kereta cepat itu ramai. Ramai belum dimulai, sudah dua tahun," tutur Presiden.

Sedangkan dalam bidang pendidikan, Kepala Negara mengungkapkan bahwa kurikulum pendidikan di Indonesia masih monoton dan tidak mengikuti perkembangan zaman. Dalam hal ini, Presiden berharap Universitas Muhammadiyah Jember bisa menjadi pelopor inovasi perguruan tinggi di Indonesia sebagaimana dilansir dalam rilis Deputi Bidang Protokol, Pers, dan Media Sekretariat Presiden, Bey Machmudin.

Universitas Muhammadiyah Jember memiliki 8 fakultas. "Ekonomi, hukum dan sospol pasti ada," ucap Presiden.

Seharusnya universitas membentuk fakultas yang sesuai dengan kebutuhan saat ini, seperti membuka fakultas manajemen toko online, fakultas animasi, fakultas olahraga elektronik, dan juga fakultas video.

"Perguruan tinggi juga harus berani mengubah, Universitas Muhammadiyah Jember juga harus berani mengubah. Kalau Universitas Muhammadiyah Jember memulai, universitas yang lain ditinggal nanti," ucap Presiden.

Di samping itu, perubahan lain yang perlu kita antisipasi adalah perubahan pola interaksi sosial di masyarakat. Kemajuan teknologi yang pesat ini menjadi salah satu penyebab perubahan tersebut di masa yang akan datang.

"Orang nantinya 5-10 tahun yang akan datang tidak akan baca (koran). Yang namanya generasi Y, yang mahasiswa-mahasiswa sekarang ini, 5-10 tahun yang akan datang pegangnya hanya ini (gawai). Mau cari berita tidak mau baca koran, tinggal klik dan baca online. Tidak mau lihat TV lagi nantinya," ucap Presiden.

Presiden pun menekankan kembali agar mahasiswa selalu menjunjung tinggi sikap saling menghormati dan saling menghargai antar umat beragama di Indonesia. Hal ini bertujuan untuk menjaga persatuan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang oleh Tuhan dianugerahi keanekaragaman agama, suku, budaya, dan bahasa.

"Inilah anugerah Allah yang diberikan kepada kita, bangsa Indonesia. Ini sudah menjadi hukum Allah, sudah menjadi takdir kita bahwa kita ini memang hidup di dalam alam keragaman yang amat banyak," ujar Presiden.

Di awal sambutannya, Presiden mengatakan bahwa ini adalah pertama kalinya Ibu Negara Iriana Joko Widodo mendampingi dirinya menghadiri kuliah umum. "Kenapa? Jawabnya karena dulu Ibu Iriana kuliahnya di Universitas Muhammadiyah Surakarta," kata Presiden yang disambut tepuk tangan dari peserta kuliah umum.

Dalam kuliah umum tersebut, Presiden dan Ibu Iriana didampingi oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendy, Menteri Agraria dan Tata Ruang/ Kepala BPN Sofyan Djalil, Kepala Staf Kepresidenan Teten Masduki, dan Gubernur Jawa Timur Soekarwo. (Humas Kemensetneg)
Bagaimana pendapat anda mengenai artikel ini?
0           0           0           0           0