Dijelaskan Kepala Bagian Perpustakaan Yuli Sumarna, Perpustakaan Kemensetneg diresmikan pertama kali pada masa pemerintahan Presiden Soekarno sekitar tahun 1954, masa Kabinet Perdana Menteri Djuanda. Saat ini, pengelolaan Perpustakaan Kemensetneg mengacu pada Undang-undang Nomor 43 Tahun 2007 tentang Perpustakaan.
Â
Sedikitnya, Perpustakaan Kemensetneg memiliki 28 ribu eksemplar koleksi buku dengan 13 ribu judul. “Dalam rangka memperkaya koleksi, pengunjung dapat memberikan masukan mengenai judul buku yang akan dibeli,†terang Yuli. “Pengadaan buku baru dilakukan tiap tahun guna menunjang kinerja organisasi,†lanjutnya.
Â
Dari pintu masuk, sebelah kiri terdapat ruang baca dengan kursi sofa, pengunjung dapat lebih nyaman membaca. Sofa berwarna krem dan biru tua siap membuat Anda hanyut dengan bahan bacaan yang dipilih. Ingin membaca majalah atau koran? Deretan majalah dan koran terletak tepat di sebelah ruang baca.
Â
Di belakang ruang baca terdapat ruang referensi yang berisi buku-buku pengetahuan umum mulai ensiklopedia hingga lembaran negara zaman Belanda (staatsblad).
Â
“Koleksi lembaran negara yang dimiliki Perpus Setneg kadang dipinjam untuk penelitian,†terang Pustakawan Muda Widy Hastuti. “Jadi bahan rujukan, mereka mencarinya ke sini,†lanjut Widy.
Â
Staatsblad paling tua yang dimiliki Perpustakaan Kemensetneg yakni keluaran 1857. Masih asli dengan tulisan Belanda, berisi peraturan pemerintah, undang-undang, hingga kebijakan-kebijakan pada zaman itu. Selain staatsblad, terdapat juga lembaran negara Indonesia 1945 dan Himpunan UU, Peraturan, dan Penetapan Pemerintah Republik Indonesia yang dihimpun oleh Koesnodiprojo.
Â
Deretan buku tua tersebut masih dicari sebagai rujukan bagaimana peraturan pun undang-undang zaman penjajahan. Dijaga keasliannya dan beberapa sudah disalin ulang agar tidak merusak keaslian buku. Salinan tersebut disimpan di dalam mobile filling cabinet.
Â
Beralih dari ruang referensi, di tengah ruang utama perpustakaan terdapat lemari buku baru. Buku-buku tersebut diganti dan dipajang setiap bulannya. Koleksi buku mengenai Tata Negara dan Hukum mendominasi. “Sekitar 60-70 persen, itu karena memenuhi permintaan pengunjung yang merupakan internal Setneg. Tapi buku-buku selain itu ada, novel juga ada,†imbuh Widy.
Â
Total terdapat 12 pengurus di Perpustakaan Kemensetneg, mulai bagian pemeliharaan, layanan koleksi dan administrasi, pengembangan dan pengelolaan hingga Pustakawan Penyelia, Pertama, Pelaksana, dan Muda. Pengunjung mengisi buku tamu secara online, kemudian mencari buku yang dicari menggunakan katalog digital.
Â
Jika eksternal Kemensetneg ingin meminjam buku, maka disediakan jasa fotocopy. “Namun hanya halaman tertentu yang memang dibutuhkan, kan ada hak cipta,†ujar Widy.
Â
Jika ingin menjelajah lebih jauh mengenai buku-buku lainnya, ada inovasi terbaru yakni Setneg Lib (library). Memungkinkan anggota Perpustakaan Kemensetneg mengakses buku-buku yang tersebar di seluruh Istana Kepresidenan, termasuk istana di daerah.
Â
Selain Setneg Lib, Perpustakaan juga menyediakan koleksi buku elektronik (e-book) yang dapat diakses oleh pegawai atau pembaca dari mana saja tanpa harus datang ke Perpustakaan. Untuk memperkaya koleksi buku elektroniknya, saat ini sedang dijajaki kerjasama dengan sebuah toko buku besar di tanah air untuk dapat membeli buku-buku elektronik terbitannya.
Â
Lebih lanjut, Yuli menerangkan jika hit counter atau pengunjung website www.perpustakaan.setneg.go.id mencapai puluhan ribu tiap bulannya. Di website tersebut terdapat koleksi buku elektronik dan 106 local repository. “Inovasi terus dikembangkan agar memudahkan,†tutup Yuli.
Â
Fasilitas yang diberikan Perpustakaan Kemensetneg terus ditingkatkan. Termasuk dalam tata cara peminjaman. Layanan mengakses buku lebih mudah sudah dalam genggaman. Tinggal klik dan bahan bacaan yang diinginkan pun tersaji di hadapan. (RRO, AFD, NIS – Humas Kemensetneg)
 Â
 Â