Hal
ini menjadi langkah positif tersendiri bagi perkembangan industri kopi
nasional. Apalagi kita tahu bahwa 5 hingga 10 tahun yang akan datang
perekonomian nasional akan banyak didominasi oleh generasi muda.
"Saya kira inovasi-inovasi seperti ini yang ke depan merupakan peluang besar kita," ujar Presiden saat memberikan sambutan di hadapan sejumlah pelaku industri kopi Tanah Air dalam acara bertajuk "Ngopi Bersama Presiden" yang digelar Minggu sore, 1 Oktober 2017, di teras belakang Istana Kepresidenan Bogor, Jawa Barat.
Para pelaku industri kopi yang hadir itu antara lain puluhan barista, pengusaha kedai, pembuat mesin kopi, hingga perwakilan petani kopi. Sementara itu, Presiden didampingi Kepala Staf Kepresidenan Teten Masduki dan Kepala Badan Ekonomi Kreatif Triawan Munaf, seperti dilansir dalam rilis Deputi Bidang Protokol, Pers, dan Media Sekretariat Presiden, Bey Machmudin.
Â
Indonesia
sendiri tercatat merupakan negara produsen kopi terbesar ke-4 di dunia
setelah Brazil, Vietnam, dan Kolombia. Peringkat tersebut kemungkinan
dapat menjadi semakin baik mengingat masih banyaknya lahan di Indonesia
yang berpotensi untuk diberdayakan sebagai lahan penghasil kopi.
"Saya kira banyak daerah-daerah, baik di Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, termasuk di Papua, memiliki kesempatan untuk membesarkan Indonesia sebagai produsen kopi terbesar di dunia karena memang lahannya ada," ungkapnya.
Untuk mendukung momentum tersebut, Presiden berharap anak-anak muda Indonesia yang berkecimpung dalam industri ini untuk tak hanya berfokus pada proses tanam kopi semata. Proses-proses bisnis setelahnya harus mulai turut diperhatikan. Mulai dari proses pengemasan produk, pelatihan barista-barista berbakat, hingga proses penjualan melalui saluran daring.
"Saya kira ini akan lebih gampang kita masuk dan bertarung di pasar dunia," ucap Presiden.
Selain itu, Presiden juga mengingatkan pentingnya para pelaku industri kopi Tanah Air untuk memperhatikan kesejahteraan para petani. Terkait hal ini, beberapa waktu belakangan Presiden mengajak para petani untuk dapat bekerja sama dan membangun sebuah kelompok besar yang pada akhirnya dapat menigkatkan efektivitas dan efisiensi mereka dalam berproduksi.
"Petani akan terangkat nilainya kalau proses bisnis itu betul-betul bisa kita kuasai," tuturnya.
Tentu saja, pemerintah tidak akan tinggal diam dan akan terus berupaya membantu mengembangkan industri kopi Tanah Air. Pemerintah utamanya dapat berperan dari segi kebijakan industri.
"Ini kalau punya brand ya segera gitu (dieksekusi). Tidak punya modal? Beri tahu! Saya juga tidak punya, tapi bisa mencarikan gitu," tambah Presiden.
Terakhir, Presiden menyampaikan rasa terima kasihnya kepada para pegiat kopi Tanah Air yang hadir dalam acara yang bertepatan dengan Hari Kopi Internasional tersebut. Menurutnya, acara tersebut memberikan timbal balik yang baik antara pemerintah dan para pelaku industri kopi.
"Saya senang bahwa ada pertemuan-pertemuan seperti ini. Saya kira sesering mungkin tukar-menukar pandangan dan mungkin tantangan-tantangan yang ada, peluang-peluang yang ada," ucap Presiden.
Saya Cinta Kopi Indonesia
Dalam kesempatan tersebut, Presiden Joko Widodo juga melakukan dialog dan tanya jawab dengan para pelaku kopi Tanah Air yang hadir.
Sejumlah permasalahan dan tantangan yang dihadapi para pelaku industri kopi Tanah Air didiskusikan dalam kesempatan tersebut.
Namun, ada yang menarik dalam sesi dialog tersebut. Di mana Kepala Negara mendapatkan kesempatan untuk belajar Bahasa Isyarat Indonesia (Bisindo). Ide tersebut dilontarkan oleh Panji Surya, seorang penyandang disabilitas tuli yang merupakan putra dari dua artis senior Indonesia, Ray Sahetapy dan Dewi Yull.
Presiden pun menerima ajakan tersebut dengan senang hati. Bersama para undangan lainnya, Kepala Negara belajar Bisindo yang menyatakan "Saya Cinta Kopi Indonesia". (Humas Kemensetneg)
"Saya kira banyak daerah-daerah, baik di Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, termasuk di Papua, memiliki kesempatan untuk membesarkan Indonesia sebagai produsen kopi terbesar di dunia karena memang lahannya ada," ungkapnya.
Untuk mendukung momentum tersebut, Presiden berharap anak-anak muda Indonesia yang berkecimpung dalam industri ini untuk tak hanya berfokus pada proses tanam kopi semata. Proses-proses bisnis setelahnya harus mulai turut diperhatikan. Mulai dari proses pengemasan produk, pelatihan barista-barista berbakat, hingga proses penjualan melalui saluran daring.
"Saya kira ini akan lebih gampang kita masuk dan bertarung di pasar dunia," ucap Presiden.
Selain itu, Presiden juga mengingatkan pentingnya para pelaku industri kopi Tanah Air untuk memperhatikan kesejahteraan para petani. Terkait hal ini, beberapa waktu belakangan Presiden mengajak para petani untuk dapat bekerja sama dan membangun sebuah kelompok besar yang pada akhirnya dapat menigkatkan efektivitas dan efisiensi mereka dalam berproduksi.
"Petani akan terangkat nilainya kalau proses bisnis itu betul-betul bisa kita kuasai," tuturnya.
Tentu saja, pemerintah tidak akan tinggal diam dan akan terus berupaya membantu mengembangkan industri kopi Tanah Air. Pemerintah utamanya dapat berperan dari segi kebijakan industri.
"Ini kalau punya brand ya segera gitu (dieksekusi). Tidak punya modal? Beri tahu! Saya juga tidak punya, tapi bisa mencarikan gitu," tambah Presiden.
Terakhir, Presiden menyampaikan rasa terima kasihnya kepada para pegiat kopi Tanah Air yang hadir dalam acara yang bertepatan dengan Hari Kopi Internasional tersebut. Menurutnya, acara tersebut memberikan timbal balik yang baik antara pemerintah dan para pelaku industri kopi.
"Saya senang bahwa ada pertemuan-pertemuan seperti ini. Saya kira sesering mungkin tukar-menukar pandangan dan mungkin tantangan-tantangan yang ada, peluang-peluang yang ada," ucap Presiden.
Saya Cinta Kopi Indonesia
Dalam kesempatan tersebut, Presiden Joko Widodo juga melakukan dialog dan tanya jawab dengan para pelaku kopi Tanah Air yang hadir.
Sejumlah permasalahan dan tantangan yang dihadapi para pelaku industri kopi Tanah Air didiskusikan dalam kesempatan tersebut.
Namun, ada yang menarik dalam sesi dialog tersebut. Di mana Kepala Negara mendapatkan kesempatan untuk belajar Bahasa Isyarat Indonesia (Bisindo). Ide tersebut dilontarkan oleh Panji Surya, seorang penyandang disabilitas tuli yang merupakan putra dari dua artis senior Indonesia, Ray Sahetapy dan Dewi Yull.
Presiden pun menerima ajakan tersebut dengan senang hati. Bersama para undangan lainnya, Kepala Negara belajar Bisindo yang menyatakan "Saya Cinta Kopi Indonesia". (Humas Kemensetneg)
Bagaimana pendapat anda mengenai artikel ini?