Presiden Meminta Kurikulum Pendidikan Sesuai Perkembangan Zaman

 
bagikan berita ke :

Sabtu, 22 Juli 2017
Di baca 738 kali

Mempersiapkan sekaligus membenahi SDM mau tidak mau harus dilakukan. Perubahan yang sedemikian cepatnya menuntut SDM yang memiliki kemampuan untuk beradaptasi dengan kemajuan zaman dan tantangan besar yang ada di hapadannya.

 

Mengutip siaran pers Kepala Biro Pers, Media, dan Informasi Sekretariat Presiden, Bey Machmudin, terdapat tiga kunci utama dalam meraih keunggulan belakangan ini sering digaungkan oleh Presiden. Inovasi tiada henti, kreativitas yang terus menerus, dan jiwa entrepreneurship merupakan tiga hal yang diyakini olehnya harus dimiliki oleh SDM Indonesia.

 

Universitas dan perguruan tinggi dinilai sebagai tempat terdepan dalam upaya mengantisipasi segala perubahan itu. Oleh karenanya, universitas juga dituntut untuk dapat berubah dan mempersiapkan diri.

 

"Kurikulum misalnya, harusnya ini fleksibel karena perubahannya cepat sekali. Dari dulu sampai sekarang fakultas ekonomi selalu fakultas ekonomi. Padahal perubahannya sudah sangat cepat sekali. Mestinya ada hal yang bersifat kekinian, misalnya fakultas logistik," ujar Presiden saat memberikan kuliah umum di Universitas Ahmad Dahlan, Kabupaten Bantul, Yogyakarta, pada Sabtu, 22 Juli 2017.

 

Transportasi dan logistik merupakan hal yang tak terpisahkan dalam kaitannya dengan bisnis dan perdagangan. Kelangsungan hidup dan pengembangan dari bisnis dan perdagangan bergantung pada mobilitas ini. Pengetahuan akan sistem logistik tentu merupakan kunci dalam pengembangan bisnis yang mana saat ini membutuhkan sumber daya yang besar di bidang tersebut.

 

Selain itu, ketiga kunci utama dalam meraih keunggulan juga harus mulai ditanamkan kepada setiap mahasiswa. Oleh karenanya, secara pribadi Presiden Joko Widodo memiliki pandangan bahwa pembelajaran di luar kelas yang dijalani sendiri oleh para mahasiswa sudah selayaknya diberikan suatu apresiasi tersendiri.

 

"Belajar-belajar di luar ruang kuliah juga harus dihargai, dimasukkan ke SKS mestinya. Misalnya ada mahasiswa yang belajar dari internet untuk membuat aplikasi dan berhasil, itu harus dihargai sebagai sebuah SKS," tuturnya.

 

Demikian halnya dengan bentuk pembelajaran lain yang dijalani mahasiswa secara langsung di lapangan, seperti mengelola lahan pertanian yang dimaksudkan sebagai proyek pribadi mahasiswa misalnya, juga harus diakui oleh para pendidik sebagai sebuah pembelajaran untuk kemandirian dan meningkatkan daya saing.

 

"Disampaikan ke dosen, ditanya dari sisi filosofi ekonominya, benar, ya dapat lima SKS," ujarnya memberi contoh.

 

Perubahan-perubahan paradigma seperti itulah yang seharusnya mulai diterapkan di lingkungan pendidikan. Sebab, bila sistem pendidikan yang diterapkan di Indonesia tidak ikut berubah dan berkembang seiring kemajuan zaman, maka bukan tak mungkin bangsa Indonesia akan semakin jauh tertinggal.

 

"Kalau kurikulum tidak fleksibel, masih monoton, masih rutinitas, masih linier, ya ditinggal kita," ucap Presiden.

 

Lebih lanjut, Presiden Joko Widodo tak lupa mengingatkan soal jati diri bangsa Indonesia yang juga harus selalu ditanamkan. Sebab, di masa mendatang, para siswa tak lagi hanya belajar dan berkutat pada buku teks semata. Media sosial dan juga dunia maya akan menjadi salah satu sumber pengetahuan terbesar bagi mereka.

 

"Anak-anak ini nantinya belajarnya akan banyak di media sosial, belajarnya dengan smartphone. Kalau isinya bagus-bagus tidak apa, tapi kalau ambilnya yang jelek-jelek, padahal belum diisi karakter SDM kita, ya yang masuk yang jelek-jelek. Munculnya SDM-SDM yang tidak baik," ujarnya.

 

Maka itu, karakter bangsa Indonesia yang memegang teguh nilai agama tidak boleh dilupakan begitu saja. Inilah hal-hal yang perlu kita pikirkan dan antisipasi bersama.

 

"Kalau sumber daya manusia tidak disiapkan dalam mengantisipasi perubahan, sekali lagi, kompetisi global sudah masuk ke negara kita dan persaingan yang lebih besar sudah ada di depan kita semuanya," Presiden menegaskan.

 

Setelah menyampaikan kuliah umum, Presiden meletakkan batu pertama pembangunan Museum Muhammadiyah yang berada di lingkungan Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta.

 

Turut mendampingi Presiden dan Ibu Negara Iriana Joko Widodo; Menteri Sekretaris Negara Pratikno; Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi M Nasir; Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendy; Gubernur DI Yogyakarta Sri Sultan Hamengku Buwono X; Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir; dan Rektor Universitas Ahmad Dahlan Kasiyarno. (Humas Kemensetneg)

 

Bagaimana pendapat anda mengenai artikel ini?
0           0           0           0           0