"Bertemu dengan
Bapak/Ibu petani merupakan kehormatan bagi saya karena kalau bukan
karena petani kita ini mau makan apa? Bangsa ini mau makan apa? Negara
mana pun pasti membutuhkan makan dan orang di mana pun pasti juga butuh
makan. Bahkan ke depan urusan pangan akan menjadi rebutan di seluruh
negara mana pun," ujarnya di awal sambutan.
Dia mengatakan, kesejahteraan petani merupakan salah satu hal utama yang menjadi perhatian pemerintah. Menurutnya, salah satu upaya peningkatan kesejahteraan petani dapat dilakukan dengan mengelompokkan para petani ke dalam sebuah kelompok besar agar lebih efisien dalam bekerja, sehingga dapat memiliki nilai tambah.
"Petani itu akan meningkat kesejahteraannya kalau tidak hanya berkutat di sisi produksi saja. Sebetulnya keuntungan terbesar dari pertanian itu berada pada proses bisnisnya, proses agrobisnisnya," tegasnya.
Sebagaimana yang Presiden maksud, SPPQT sendiri dalam operasinya sudah mengarah pada pengelompokkan petani. Dalam rangka peningkatan kesejahteraan petani, SPPQT menjalankan sebuah program yang disebut “jemaah produksiâ€, yaitu dengan mengaryakan sumber daya manusia di sekitar untuk meningkatkan produktivitas pertanian lokal. Program ini terselenggara dengan asistensi dari Kementerian Tenaga Kerja. Demikian hal ini sebagaimana dilansir dalam rilis Deputi Bidang Protokol, Pers, dan Media Sekretariat Presiden, Bey Machmudin.
"Tetapi sekali lagi yang dikerjakan itu bukan hanya menanam, mencari benih, dan memupuknya. Justru keuntungan yang paling besar itu ada setelah pascapanen. Setelah panen itu yang besar untungnya sehingga kalau sudah mengonsolidasikan dalam sebuah organisasi ini akan lebih memudahkan," Presiden mengingatkan.
Nantinya, kelompok besar tersebut diharapkan dapat membuat para petani yang dibawahi menjadi lebih mandiri. Segala kebutuhan pertanian, termasuk pupuk, dapat dipenuhi dan diproduksi sendiri oleh kelompok besar itu.
"Kemudian, dari sisi panen dan penggilingan, ini juga harus dikerjakan bersama-sama. Memiliki unit penggilingan padi sendiri. Memiliki perontok padi juga sendiri sehingga kita tidak kehilangan karena perontok dan penggiling padinya masih tradisional seperti yang lalu-lalu," tambahnya.
Selain dalam hal produksi, Presiden juga mengingatkan petani akan pentingnya mengemas produk pertanian dengan baik. Dia pun mencontohkan keberhasilan petani asal Sukabumi. Dia mengatakan, kemasan yang baik akan mempermudah produknya untuk dapat dapat bersaing di pasar ekspor.
"Ini yang tadi disampaikan, yang di Sukabumi. Ini produksi dari petani-petani yang sudah berkonsolidasi dalam kelompok besar, punya penggilingan modern, dan punya kemasan seperti ini. Kalau pasar dalam negeri sudah terpenuhi, ekspor dengan kemasan seperti ini bakal mudah sekali," katanya.
Sebelumnya, Presiden pernah meninjau geliat usaha BUMR Pangan milik Koperasi Arrahmah di Sukabumi pada 1 September 2017 lalu. Dia mengapresiasi bagaimana Arrahmah menerapkan teknologi modern yang berhasil meningkatkan produksi pertanian.
Teknologi yang digunakan salah satunya penggunaan drone untuk memantau keadaan tanaman padi dan aplikasi digital untuk merawat tanaman. Hasil padinya kemudian diproses menjadi beras dan dikemas menarik. Proses distribusinya pun tidak hanya langsung ke toko retail, namun juga melalui daring langsung kepada pelanggan.
"Saya berharap Qaryah Thayyibah bisa melakukan itu. Saya beri waktu dua tahun. Masalahnya apa bisa bisiki saya. Kalau saya bisa memberikan solusi akan saya berikan," harap Presiden.
Dalam kunjungan tersebut, dia turut didampingi oleh Ibu Negara Iriana Joko Widodo, Menteri Pertanian, Amran Sulaiman; Sekretaris Kabinet, Pramono Anung; Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo; dan Ketua Dewan Pertimbangan SPPQT, Bahruddin. (Humas Kemensetneg)
Dia mengatakan, kesejahteraan petani merupakan salah satu hal utama yang menjadi perhatian pemerintah. Menurutnya, salah satu upaya peningkatan kesejahteraan petani dapat dilakukan dengan mengelompokkan para petani ke dalam sebuah kelompok besar agar lebih efisien dalam bekerja, sehingga dapat memiliki nilai tambah.
"Petani itu akan meningkat kesejahteraannya kalau tidak hanya berkutat di sisi produksi saja. Sebetulnya keuntungan terbesar dari pertanian itu berada pada proses bisnisnya, proses agrobisnisnya," tegasnya.
Sebagaimana yang Presiden maksud, SPPQT sendiri dalam operasinya sudah mengarah pada pengelompokkan petani. Dalam rangka peningkatan kesejahteraan petani, SPPQT menjalankan sebuah program yang disebut “jemaah produksiâ€, yaitu dengan mengaryakan sumber daya manusia di sekitar untuk meningkatkan produktivitas pertanian lokal. Program ini terselenggara dengan asistensi dari Kementerian Tenaga Kerja. Demikian hal ini sebagaimana dilansir dalam rilis Deputi Bidang Protokol, Pers, dan Media Sekretariat Presiden, Bey Machmudin.
"Tetapi sekali lagi yang dikerjakan itu bukan hanya menanam, mencari benih, dan memupuknya. Justru keuntungan yang paling besar itu ada setelah pascapanen. Setelah panen itu yang besar untungnya sehingga kalau sudah mengonsolidasikan dalam sebuah organisasi ini akan lebih memudahkan," Presiden mengingatkan.
Nantinya, kelompok besar tersebut diharapkan dapat membuat para petani yang dibawahi menjadi lebih mandiri. Segala kebutuhan pertanian, termasuk pupuk, dapat dipenuhi dan diproduksi sendiri oleh kelompok besar itu.
"Kemudian, dari sisi panen dan penggilingan, ini juga harus dikerjakan bersama-sama. Memiliki unit penggilingan padi sendiri. Memiliki perontok padi juga sendiri sehingga kita tidak kehilangan karena perontok dan penggiling padinya masih tradisional seperti yang lalu-lalu," tambahnya.
Selain dalam hal produksi, Presiden juga mengingatkan petani akan pentingnya mengemas produk pertanian dengan baik. Dia pun mencontohkan keberhasilan petani asal Sukabumi. Dia mengatakan, kemasan yang baik akan mempermudah produknya untuk dapat dapat bersaing di pasar ekspor.
"Ini yang tadi disampaikan, yang di Sukabumi. Ini produksi dari petani-petani yang sudah berkonsolidasi dalam kelompok besar, punya penggilingan modern, dan punya kemasan seperti ini. Kalau pasar dalam negeri sudah terpenuhi, ekspor dengan kemasan seperti ini bakal mudah sekali," katanya.
Sebelumnya, Presiden pernah meninjau geliat usaha BUMR Pangan milik Koperasi Arrahmah di Sukabumi pada 1 September 2017 lalu. Dia mengapresiasi bagaimana Arrahmah menerapkan teknologi modern yang berhasil meningkatkan produksi pertanian.
Teknologi yang digunakan salah satunya penggunaan drone untuk memantau keadaan tanaman padi dan aplikasi digital untuk merawat tanaman. Hasil padinya kemudian diproses menjadi beras dan dikemas menarik. Proses distribusinya pun tidak hanya langsung ke toko retail, namun juga melalui daring langsung kepada pelanggan.
"Saya berharap Qaryah Thayyibah bisa melakukan itu. Saya beri waktu dua tahun. Masalahnya apa bisa bisiki saya. Kalau saya bisa memberikan solusi akan saya berikan," harap Presiden.
Dalam kunjungan tersebut, dia turut didampingi oleh Ibu Negara Iriana Joko Widodo, Menteri Pertanian, Amran Sulaiman; Sekretaris Kabinet, Pramono Anung; Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo; dan Ketua Dewan Pertimbangan SPPQT, Bahruddin. (Humas Kemensetneg)
Bagaimana pendapat anda mengenai artikel ini?