Sambutan Presiden pada Peluncuran Program Gerakan Indonesia Menanam (Gerina)

 
bagikan berita ke :

Rabu, 23 April 2025
Di baca 42 kali

Di Kabupaten Banyuasin, Provinsi Sumatra Selatan


Bismillahirrahmanirrahim.

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Selamat siang,
Salam sejahtera bagi kita sekalian,
Syalom,
Salve,
Om Swastiastu,
Namo Buddhaya,
Salam Kebajikan.

Yang saya hormati, Saudara-saudara sekalian, Bapak-bapak, Ibu-bu yang hadir;
Para Menteri dan Wakil Menteri Kabinet Merah Putih yang hadir;
Inisiator Gerakan Indonesia Menanam, selaku tuan rumah Bapak Ustaz Adi Hidayat beserta jajarannya;
Menteri Koordinator Pangan (Menko Pangan) Saudara Zulkifli Hasan yang saya hormati;
Menteri Pertanian Saudara Andi Amran Sulaiman, Menteri Desa dan Daerah Tertinggal Saudara Yandri Susanto, Sekretaris Kabinet Republik Indonesia Saudara Teddy Indra Wijaya, Kepala Staf Angkatan Laut Laksamana TNI Muhammad Ali, Utusan Khusus Presiden Bidang Ekonomi dan Perbankan Saudara Setiawan Ichlas, Gubernur Sumatra Selatan Saudara Herman Deru, beserta Forkopimda Sumatra Selatan, Panglima Kodam yang hadir, Kapolda yang hadir;
Pimpinan daerah semuanya yang saya hormati; 
Anggota Komisi IV DPR RI Dapil Sumsel (Daerah Pemilihan Sumatra Selatan) Saudari Kartika Sandra Desi;
Rektor Kuliah Dakwah Islamiyah Universitas Tripoli, Libya Dr. Abubaker Abusweir yang saya hormati;
Para tokoh agama, tokoh masyarakat yang hadir dari semua kalangan yang saya lihat;
Para mitra tanam program Gerina, para petani dan rekan-rekan pers media, serta seluruh hadirin dan undangan yang hadir.

Tentunya kita sebagai insan yang bertakwa tidak henti-hentinya memanjatkan puji syukur ke hadirat Allah Swt., Tuhan Mahabesar, Tuhan Mahakuasa yang memiliki sekalian alam, hanya kepada-Nya lah kita berdoa dan hanya kepada-Nya lah kita meminta pertolongan. Kita bersyukur atas segala karunia yang diberikan kepada kita, atas kesehatan yang diberikan kita bisa berkumpul dalam acara yang berbahagia ini, acara yang menggembirakan, acara yang membesarkan hati kita semua, terutama membesarkan hati saya.

Saudara-saudara,
Bulan Maret yang lalu saya jumpa dengan Ustaz Adi Hidayat di Istana Kepresidenan, Istana Merdeka di Jakarta. Dan, beliau menyampaikan merencanakan Peluncuran Gerakan Indonesia Menanam. Dan, tadi sebelum saya ke sini saya diundang oleh Menteri Pertanian, oleh Menko Pangan untuk menghadiri penanaman sawah dengan teknik modern di mana penyebaran benih dilaksanakan dengan drone, di mana yang tadinya satu hektare membutuhkan 25 hari diolah kalau pakai cara tradisional, sekarang kita bisa mengolah 25 hektare dalam satu hari. Dan, tadi di tempat tadi, menurut Gubernur itu adalah tempat buaya, adalah rawa, daerah rawa tetapi sekarang ini akan menjadi lahan sawah 100 ribu hektare. Dan, sebenarnya potensinya nanti di Sumatra Selatan itu akan menjadi 1 juta hektare, di Sumatra Selatan saja. Dan, sebagian besar itu adalah rawa, daerah lahan-lahan yang sekarang tidak produktif. 

Saudara-saudara sekalian,
Kalau waktu beberapa saat yang lalu, saya koreksi, tidak beberapa saat yang lalu, dari sejak ratusan tahun bangsa kita, rakyat kita selalu mendambakan ketahanan pangan. Ratusan tahun rakyat kita mendambakan Gemah Ripah Loh Jinawi, artinya cukup pangan, baru cukup papan dan cukup sandang.

Tidak ada peradaban yang bisa hidup tanpa pangan, tidak ada negara bentuk apapun yang bisa berdiri tanpa pangan. Hal dasar ini banyak dilupakan oleh elit-elit yang pintar-pintar tapi lupa dengan hal-hal yang paling dasar. Belajar jauh-jauh ke negara lain tapi tidak paham di mana letak fondasi, landasan berdirinya suatu masyarakat, suatu peradaban. 

Hari ini saya sangat gembira melihat bahwa kita sekarang membuktikan kepada seluruh rakyat, membuktikan kepada semua elit Indonesia yang sebagian, sebagian kecil tapi vokal, yang merasa dirinya sangat pintar tetapi pada dasarnya pintarnya hanya pintar bicara, pintar analisa tapi analisa yang saya tidak mengerti dasarnya apa. Tetapi hari ini saya melihat bukti anak-anak bangsa dari semua lapisan menangkap praktisi-praktisi, tokoh-tokoh yang mau kerja, yang mau cari solusi, mau coba dan berani mencoba dan berani merintis dan berani memulai.

Saudara-saudara sekalian,
Tadi saya diberi laporan oleh Menteri Pertanian bahwa produksi kita luar biasa dalam tiga (sampai) empat bulan ini. Sekarang masalahnya adalah kita perlu gudang yang cukup, karena produksinya sangat melimpah. Kita tidak boleh menyerah, kita tidak boleh selalu mengeluh, kita cari solusi jangka pendek dan nanti solusi jangka menengah, dan solusi jangka panjang.

Jangka menengah, saya telah minta semua unsur, BUMN, TNI, Polri, untuk turun tangan dan saya akan siapkan biaya khusus untuk membangun gudang-gudang improvisasi, gudang-gudang sementara yang tidak terlalu mahal, gunakan lahan-lahan TNI/Polri dan pemerintah yang ada. Pokoknya setiap hasil petani-petani kita harus bisa disimpan, bisa diamankan untuk digunakan sebaik-baiknya oleh bangsa kita.

Saudara-saudara sekalian,
Dengan perhitungan bahwa kita sudah sangat cukup produksi kita, ada beberapa negara yang sudah mendekati kita, saya dapat laporan dari Menteri Pertanian [dan] Menko Pangan [bahwa] beberapa negara minta agar kita kirim beras ke mereka, saya izinkan dan perintahkan kirim beras ke mereka dan kalau perlu atas dasar kemanusiaan, kita jangan terlalu cari untung besar, yang penting ongkos produksi plus angkutan plus administrasi kembali. Kita buktikan bangsa Indonesia sekarang menjadi bangsa bukan bangsa yang minta-minta, tapi bangsa yang bisa membantu dan memberi bangsa lain.

 

Ini sesuatu yang membahagiakan saya bahwa pada saat saya diberi kepercayaan menjadi Presiden di tengah dunia penuh pergolakan, konflik, perang, perang fisik, perang dagang, rivalitas, perpecahan, [tetapi] Indonesia aman, Indonesia sejuk, Indonesia bersatu. 

Saya bahagia hari ini ada seorang ulama, ada seorang ustaz yang visioner. Pemikirannya luar biasa yang terutama adalah ulama, pemimpin Islam tapi yang wawasannya Pancasila, yang mengajak semua umat yang berbeda agama, semua umat walaupun berbeda agama dianggap keluarga sendiri, dianggap saudara sendiri. Inilah Indonesia, inilah Indonesia yang kita cintai, inilah Indonesia yang terus akan bangun, terus akan bangkit menjadi negara yang aman, yang damai, yang kuat. 

Saudara-saudara sekalian,
Apa yang dirintis oleh Ustaz Adi Hidayat dan tokoh-tokoh seperti Saudara Iwan Setiawan Ichlas ya, kawan saya lama ini beliau. Ini membahagiakan. Jadi, inovasi, improvisasi, riset, teknologi, ini yang akan membawa Indonesia menjadi negara yang berhasil. Apa yang dirintis di sini menjadi contoh dan saya percaya banyak yang seperti ini yang mungkin perlu kita beri kesempatan untuk berkembang dan tumbuh.

Dan, saya berterima kasih ada tokoh-tokoh seperti Ustaz Adi Hidayat ini, kita bisa bayangkan sebentar lagi seluruh Indonesia semangat, setiap keluarga, setiap masyarakat bisa ikut serta dalam kebangkitan bangsa Indonesia. 

Kebangkitan suatu bangsa dimulai dari satuan yang terkecil, kita ingin Indonesia swasembada pangan, artinya setiap provinsi harus swasembada. Setiap provinsi swasembada artinya setiap kabupaten harus swasembada. Setiap kabupaten swasembada artinya setiap kecamatan harus swasembada. Kalau kecamatan swasembada artinya setiap desa harus swasembada.

Saudara-saudara sekalian,
Kita melihat tanah yang katanya tidak mungkin ditanam menjadi hijau. Kita melihat rawa yang tadi tempat buaya menjadi sawah berproduksi. Kita nanti akan melihat daerah-daerah yang selama ini katanya tandus kita akan ubah, kita akan melihat, kita akan bikin hijau, kita akan bikin makmur, di mana tidak ada air kita akan usahakan ada air. Sekarang kita sudah punya benih-benih gandum bisa ditanam di Indonesia, kedelai bisa di tanam dengan produktivitas tinggi di Indonesia. Hortikultura, semua tanaman ini adalah sumber kehidupan. Bagaimana di kota-kota? Di kota-kota, di pinggir-pinggir kita akan bikin lahan-lahan vertikal seperti ini tetapi bisa bertingkat-tingkat, mungkin satu hektare kalau kita bangun 10 tingkat menjadi 10 hektare dengan sistem pengairan, dengan energi, dengan tenaga panel surya jadi masa depan kita gemilang. 

Terima kasih Pak Ustaz, hari ini kelihatan Indonesia sangat cerah. Dan, kita bersyukur kepada Yang Mahakuasa atas segala nikmat yang diberikan kepada kita. Yang Mahakuasa telah memberi sangat banyak kepada bangsa kita. Sekarang kita butuh putra/putri bangsa yang pandai, pandai mengolah apa yang diberikan oleh Yang Mahakuasa. Tidak menyerah, rawa dibikin produktif, lahan kering, lahan susah dijadikan tempat riset. Ini akan berkembang, anak-anak kita akan sehat.

Kita memberi program makan bergizi, ada yang menentang, ada yang nyinyir, dan yang nyinyir kagetnya itu ada profesor yang nyinyir gitu. Tetapi enggak apa-apa lah, biar nanti profesor sor belajar dari Ustaz Adi Hidayat. Jangan-jangan dia profesornya di ruangan, enggak tahu belajarnya apa tapi di ruangan ya. 

Kita mau yakinkan tidak ada anak Indonesia yang lapar. Kita mau yakinkan tidak ada anak Indonesia yang tidak tumbuh badannya karena kurang gizi, yang jumlahnya itu cukup banyak, 25 persen, dari empat anak Indonesia [ada] satu kurang gizi, yang tiga mungkin ya pas-pasan. Saya kalau keliling saya lihat di Timur Tengah gurun pasir (desert) tidak bisa ditanam, tetapi rakyatnya, anak-anaknya tinggi besar. Pemimpin-pemimpinnya memikirkan lahan yang sulit mereka jaga, sumber air yang sulit mereka jaga.

Kita harus menghilangkan kelaparan dari bumi Indonesia. Ada yang mengatakan, “Oh yang penting ibu hamil yang dikasih makan.” Ini pakar-pakar ini tidak belajar, tidak baca. Program MBG itu mulai dari ibu hamil. Mungkin satu-satunya negara di dunia di mana ada program ibu hamil tiap hari makan diantar ke rumahnya, coba kasih lihat di mana ada negara sekarang.

Saudara-saudara sekalian,
Saya dapat surat dari pimpinan negara lain, [mau] belajar ke Indonesia mau belajar tentang makan bergizi, saya katakan kita belum, nanti akhir tahun baru selesai semua. Tetapi, kita sudah mulai. Ibu yang sedang hamil, makan diantar ke rumahnya. Kita pakai semua potensi yang sudah ada di Indonesia, ada pendamping, ada pekerja dari keluarga berencana di tiap desa, itu yang antar. Kita bikin dapur-dapur, pesantren, semua sekolah kita ikut sertakan, kecuali mereka yang sudah mapan yang tidak mau ya tidak apa-apa, kita tidak paksakan. 

Jadi Saudara-saudara, artinya apa? Artinya, yang sekarang tiap desa sudah berjalan berapa tahun program Dana Desa Rp1 miliar per desa, per tahun. Dulu yang perjuangkan kita-kita juga dari semua partai di parlemen, HKTI (Himpunan Kerukunan Tani Indonesia) kalau tidak salah sudah berjalan sepuluh tahun. Di desa kita kembalikan Rp1 miliar satu desa, satu tahun. Dengan program Makan Bergizi, uang yang beredar di tiap desa itu ditambah Rp6 miliar satu tahun, minimal Rp5 miliar (sampai) Rp6 miliar, ada yang Rp7 miliar, ada yang Rp8 miliar. Bayangkan dari Rp1 miliar naik ke Rp6 miliar, atau dari Rp1 miliar naik ke Rp5 miliar saja, itu kenaikan 500 persen dalam satu tahun. Yang tadinya hanya Rp1 miliar beredar di desa menjadi Rp6 miliar satu desa. Kenapa? Karena tiap hari untuk memberi makan anak-anak, Badan Gizi Nasional butuh beli telur, beli ayam, beli ikan, beli sayur, beli tomat, beli wortel, beli timun. Ini ekonomi desa, ekonomi kecamatan hidup.

Saya baca kemarin ada profesor yang tanya enggak ada gunanya koperasi di desa. Koperasi yang kita canangkan minimal 70 ribu Koperasi Merah Putih baru, kalau bisa 80 ribu, katanya tidak ada gunanya. Nanti di tiap koperasi itu kita bangun gudang. Berapapun hasil di desa itu akan aman, karena gudangnya ada.

Saya sedih tahun-tahun belakangan, saya dulu Ketua Umum HKTI, saya dapat laporan “Pak, di desa saya kita baru panen mangga yang paling bagus di dunia tetapi tidak ada kendaraan untuk ambil, setelah beberapa hari, hasil mangga yang terbaik itu rusak”, menangis petani-petani di desa itu.

Sekarang tiap desa akan punya gudang, tiap desa akan punya kamar pendingin, hasil apapun akan aman sampai dia mampu menjual, dan tiap koperasi akan kita beri truk, minimal satu truk kalo bisa dua truk. Semua hasil dari desa itu bisa dipasarkan dan semua kebutuhan desa itu bisa diambil ke desa itu. Ada profesor yang tanya, yang bilang tidak ada gunanya itu. Ya sudah kita hormati pendapat dia, nanti dia akan terbuka matanya dan mudah-mudahan hatinya juga terbuka. 

Puluhan tahun keluhan rakyat kita, kalau panen harga jatuh, panen tidak ada yang ambil. Sekarang kita ubah, kita tidak akan menyerah kepada kesulitan, kita atasi kesulitan. Saya senang tadi apa itu, Si Opung? Si Opung, solusi [olah padi terapung]. Solusi yang dilaksanakan Ustaz Adi Hidayat dengan Gerina, Gerakan Indonesia Menanam adalah solusi. Nah, ini kita berikan solusi. Karena Indonesia besar, pemikiran kita harus besar. Jadi insyaallah nanti, makanya saya minta tunggulah 1 tahun-1,5 tahun kalau nanti semua desa punya gudang, punya rumah pendingin/kamar pendingin, punya truk, yang satu truk lebih kecil ambil-ambil hasil dari sawah, yang satu bolak-balik dari desa ke kecamatan dan kembali, aliran pupuk lancar, aliran produksi keluar dari pelabuhan-pelabuhan, Indonesia akan bangkit. 

Ada yang mengatakan, apa bisa pertumbuhan [ekonomi] 8 persen? Selalu kalau ada niat, ada usaha, ada kelompok [mengatakan], “Apa bisa?” Dan, pertanyaan itu untuk nurunkan semangat kita. Ini adalah aneh, saya khawatir dari mana pribadi-pribadi semacam itu ya. Tetapi enggak apa-apa, kita demokrasi, silakan. Yang mau menyerah, silakan. Yang mau nyinyir, silakan. Yang mau kerja, ayo sama-sama kita. Kita tukang kerja. Iya kan? Kita buktikan hari ini bukti, nanti mungkin berapa minggu lagi, berapa bulan lagi, kita akan terus buktikan. 

Saudara-saudara sekalian,
Dari kita selalu impor, impor, impor, sekarang kita bantu negara lain. Bukan kita sombong, tidak boleh sombong, kita selalu harus selalu rendah hati, tetapi jangan kita rendah diri, jangan menyerah sebelum berjuang. Apa bisa, iya kan? Bisa! Uangnya dari mana? Ada! Dari mana uangnya? Dari penghematan!

Saudara-saudara,
Saya kira itu dari saya. Jangan terlalu lama juga pengarahan saya, iya? Tetapi saya lihat ini ada kopi di sini. Bagaimana? Pak Ustaz, boleh minta izin minum kopi? Panitia sudah taruh di sini soalnya. Saya ini jadi brand ambassador petani kopi seluruh Indonesia.

Jadi, Saudara-saudara, kita buktikan hari ini bahwa Indonesia mampu, bangsa yang mampu, bukan bangsa yang menyerah, bukan bangsa yang kalah, bukan bangsa yang minta-minta. Ada yang mengatakan investor lari. Tidak lari, mereka datang ke sini. Ada yang enggak cocok, ya silakan, enggak ada masalah.

Tetapi kita sekarang punya kemampuan, kita akan menggerakkan ekonomi dengan kekuatan kita sendiri. Kita tidak akan memaki-maki negara lain, kita dihantam tarif berapapun kita akan berunding, akan negosiasi, kita hormati. Tapi, kita percaya kepada kekuatan kita sendiri, Saudara-saudara sekalian. Kalaupun mereka tidak membuka pasar mereka kepada kita, kita akan survive, kita akan tambah kuat, kita akan berdiri di atas kaki kita sendiri, kita tidak akan pernah menyerah, kita tidak akan pernah berlutut, kita tidak akan pernah mengemis, kita tidak akan pernah minta-minta kasihan orang lain. Tidak perlu dikasihani, bangsa Indonesia tidak perlu dikasihani. Kita akan swasembada pangan, kita akan menjadi lumbung pangan dunia, dan kita akan punya kekuatan di segala bidang. Bersama Saudara-saudara, saya tambah yakin. 

Hari ini, dua kali saya diberi rasa gembira. Kalau di Jakarta, sering dikasih berita-berita yang apa istilahnya tuh, podcast-podcast, pengamat-pengamat, dia lebih tahu apa pikirannya Prabowo dari Prabowo sendiri. Nanti saya mau telepon dia, “Pak, apa sih yang sedang saya pikirkan sekarang?” aneh.

Terima kasih, Mentan. Terima kasih, Gubernur Sumsel, Menko Pangan, Menteri Desa terima kasih, Pak Ustaz terima kasih. Luar biasa ini. Ini Ustaz yang memang Ing Ngarso Sung Tulodo, Ustaz yang memimpin dari depan. Tidak hanya penceramah tetapi pekerja, pembuat, inovator, luar biasa. Kalau ulama-ulama ada 100 seperti Ustaz Adi Hidayat, luar biasa, 100 Ustaz seperti ini. Saudara-saudara sekalian, bersama TNI, bersama Polri, bersama teknokrat, bersama mahasiswa, bersama pemimpin ulama, pemimpin agama lain, mari kita maju membuat Indonesia terhormat. 

Masih banyak kegiatan kita, masih banyak PR kita ya, nanti saya akan kumpulkan Gubernur, Bupati, Wali Kota. Kita ada masalah lain yang penting. Produksi harus bagus, kelaparan harus hilang, kemiskinan absolut harus kita hilangkan, rakyat yang di bawah harus kita berdayakan, pendidikan harus kita perbaiki, tetapi juga kebersihan lingkungan. Kita harus perang lawan sampah dan kita harus buat tiap desa, tiap kecamatan, tiap kabupaten kita harus bikin bersih, asri, indah. Nanti kita pikirkan bagaimana caranya. Nanti Gerakan Indonesia Asri, selain menanam kita harus bikin Indonesia Gerakan Asri. Kita harus ubah wajah Indonesia. 

Seng-seng yang berkarat kita pikirkan bagaimana kita ubah, karena warna karat itu bukan warna kebangkitan. Nanti kita minta dari kampus-kampus [untuk] inovasi bagaimana kita ubah, kita bantu rakyat kita. Pembangunan rumah, renovasi rumah akan kita jalankan.

Saudara-saudara,
Saya kira itu dari saya. Terima kasih undangan ini yang Saudara berikan kepada saya, membuat saya tambah semangat. Dan, kita pacu pekerjaan kita untuk rakyat Indonesia, optimis! Saya lihat tadi wajah petani kita, wajah pekerja-pekerja kita, petugas pemerintahan, semuanya bersatu. Ini benar, kita bekerja sama. Indonesia bersatu, Indonesia incorporated. Pengusaha, ulama, petani, teknokrat, akademisi, profesor, profesor yang mau kerja, profesor yang cerdas, profesor yang cari-cari. Jadi, manusia itu ada dua macam: manusia yang lihat kesulitan, atasi. Ada lagi manusia yang lihat kesulitan “Eh kesulitan-kesulitan.” Nunjuk-nunjuk kesulitan itu enggak atasi kesulitan. Kita mengerti kesulitan Indonesia, kita mengerti. Rakyat perlu pekerjaan, kita mengerti. Ini yang sedang kita kerjakan.

Saya kira demikian ya, Saudara-saudara. 

Sekali lagi, terima kasih. Semoga Tuhan Mahabesar senantiasa menyertai kita sekalian dalam pengabdian dan perjuangan kita untuk bangsa dan rakyat Indonesia.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Salam sejahtera bagi kita sekalian,
Syalom,
Salve,
Om santi santi santi om,
Namo Buddhaya,
Salam kebajikan.

Terima kasih.

Merdeka!

Dengan demikian, selesailah pengarahan saya. 

Dengan mengucap bismillahirrahmanirrahim, pada pagi hari ini, hari Rabu, 23 April 2025, saya Prabowo Subianto Presiden Republik Indonesia, saya luncurkan Program Gerakan Indonesia Menanam (Gerina) di seluruh Indonesia.