Sosialisasi Mitigasi Bencana Gempa di Kemensetneg

 
bagikan berita ke :

Rabu, 19 September 2018
Di baca 2150 kali

Kementerian Sekretariat Negara berkerja sama dengan Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan (Basarnas) menyelenggarakan sosialisasi mitigasi bencana gempa bumi, di ruang rapat Gedung 3 lantai 4 Kementerian Sekretariat Negara, Rabu (19/9).

Kepala Biro Umum, Piping Supriatna dalam sambutannya menyampaikan bahwa acara ini diselenggarakan sebagai upaya mengurangi resiko dampak bencana yang bisa terjadi sewaktu-waktu. “Kegiatan sosialisasi mitigasi bencana gempa ini dilakukan sebagai upaya mengurangi resiko dampak bencana yang bisa terjadi sewaktu-waktu, saya harapkan para peserta yang hadir  dapat mensosialisasikan kepada teman kerja lainnya”, ungkap Piping.

Narasumber pada acara sosialisasi ini adalah Fathur Rahman, Kepala Seksi Sumber Daya Pencarian dan Pertolongan, Basarnas, dan Aprianto Praptomo, Rescuer Pencarian dan Pertolongan, Instruktur Pencarian dan Pertolongan, Person In Charge (PIC) Data Potensi Kantor SAR Jakarta.

“Mitigasi gempa merupakan serangkaian upaya untuk mengurangi resiko bencana, baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan menghadapi ancaman yang diakibatkan karena gempa bumi, Basarnas pun memiliki misi yaitu menyelenggarakan siaga terus-menerus, melaksanakan koordinasi dengan instansi/organisasi baik nasional maupun internasional, menyediakan sarana dan prasarana operasi apabila terjadi bencana”, terang Fathur.

“Saat gempa terjadi, cara paling penting adalah melindungi kepala,  cara yang paling mudah agar kepala aman saat terjadinya gempa yaitu menutupi kepala dengan tangan”, lanjut Fathur.

Berdasarkan peraturan kepala Badan SAR Nasional Nomor PK 05 Tahun 2012 tentang Pedoman Penyelenggaraan Operasi SAR, terdapat 5 komponen utama penyelenggaraan operasi SAR yaitu Organisasi (SAR Organization), Fasilitas (SAR Facilities), Komunikasi, Pertolongan Darurat (Emergency Cares), dan Dokumentasi.

“Bencana tidaklah terjadi begitu saja, namun dimulai dengan serangkaian peristiwa, dimana di dalamnya adalah ketidakpedulian kita terhadap kesiapsiagaan, sehingga seringkali terjadi bencana kita sudah panik, padahal  tahap tanggap darurat ketika terjadi gempa adalah bersikap tenang,” tutup Aprianto.(YNS/KAN/NDA-Humas Kemensetneg)

 

Bagaimana pendapat anda mengenai artikel ini?
6           1           1           2           1