Teladani K. H. Abdul Hamid, Utamakan Pendekatan Hikmah dalam Berdakwah

 
bagikan berita ke :

Senin, 26 Oktober 2020
Di baca 1720 kali

Jakarta, wapresri.go.id – Wajah Islam dikenal dengan rahmatan lil a’lamiin (rahmat bagi semesta) tak lepas dari pengaruh para ulama dalam berdakwah. Salah satu tokoh yang sangat terkenal di tanah Jawa adalah K. H. Abdul Hamid bin Abdullah bin Umar atau biasa dikenal dengan Mbah Hamid Pasuruan. Selain mempunyai pengaruh kuat dalam mendakwahkan Islam dengan santun, lembut, dan rahmatan lil alamin di tanah air, Mbah Hamid juga dikenal berdakwah dengan pendekatan hikmah, yakni menyentuh hati nurani para umat sehingga membuka mata hati mereka untuk belajar. Untuk itu, pendekatan yang dilakukan oleh Mbah Hamid patut untuk dijadikan suri tauladan dalam mensyiarkan agama Islam.

 

“Saat ini tidak sedikit yang melakukan dakwah agama Islam dengan wajah yang garang, jauh dari ajaran Islam yang diajarkan oleh Rasulullah SAW. Oleh karena itu, apa yang sudah diajarkan oleh Mbah Hamid tersebut merupakan contoh dan teladan yang sangat baik bagi kita semua untuk berdakwah mengenalkan agama Islam dengan cara hikmah, mau’izhah hasanah (memberikan nasihat baik) dan mujadalah billati hiya ahsan (diskusi dengan cara yang baik),” ungkap Wakil Presiden (Wapres) K. H. Ma’ruf Amin pada acara Haul ke-39 Al-Maghfurlah (semoga diampuni) K. H. Abd. Hamid bin Abdullah bin Umar melalui konferensi video dari kediaman resmi Wapres, Jalan Diponegoro No.2, Jakarta, Senin (26/10/2020).

 

Lebih jauh Wapres menjelaskan pendekatan hikmah yaitu menghadirkan kesadaran seseorang melalui peristiwa tertentu yang dapat mengunci daya nalar dan hati orang tersebut. Sehingga orang tersebut dapat menerima risalah Islamiyah dengan sepenuh hati dan kesadaran.

 

“Model dakwah sebagaimana digunakan oleh Mbah Hamid tersebut terbukti sangat efektif untuk menumbuhkan daya tarik masyarakat untuk belajar lebih dalam dan mengamalkan dengan sungguh-sungguh ajaran Islam,” ucap Wapres.

 

Dalam kesempatan tersebut, Wapres juga menyampaikan kekagumannya terhadap sosok Mbah Hamid yang semasa hidupnya dikenal sederhana dan jauh dari publisitas.

 

“Hal seperti itu dalam tradisi ilmu tasawuf dikenal dengan “khumul”, yaitu fokus pada aktifitas kebaikan dengan membungkus dan menutupinya agar tidak diketahui orang lain,” jelasnya.

 

Namun, menurut Wapres, di masa sekarang ini sifat khumul sudah banyak dilupakan. Terlebih lagi dengan kemajuan teknologi yang memungkinkan beredarnya berbagai informasi secara cepat dan mudah di tengah masyarakat. Oleh karena itu, sifat khumul perlu ditumbuhkan kembali agar terus tercipta interaksi yang santun, sederhana, dan tawadhu (rendah hati) sehingga dapat membawa keberkahan dalam hidup.

 

“Namun demikian, kehidupan keseharian Mbah Hamid telah memberikan teladan kepada kita bahwa pilihan hidup khumul itu justru membawa keberkahan hidup di dunia dan di akherat kelak. Pada kesempatan yang baik ini saya mengajak kita semua untuk meneladani dan mengikuti apa yang telah dilakukan oleh al-maghfurlah Mbah Hamid,” imbaunya.

 

Wapres mencatat, di era digital sekarang ini dimana publisitas mudah diraih, banyak orang terjebak di dalam mentalitas syuhrah, yaitu mentalitas pencitraan diri agar dikenal luas.

 

“Segala sesuatu amal kebaikan yang dilakukan seakan harus diketahui seluas mungkin oleh publik. Publisitas di era digital ini seakan menjadi kata kunci untuk mengukur kebaikan seseorang. Padahal belum tentu apa yang di-publish (publikasi) itu mempunyai dampak positif yang lebih besar daripada yang tidak di-publish,” ungkapnya.

 

Wapres pun mengingatkan, bahwa hal tersebut tidak boleh menggoyahkan niat baik para ulama dan pemuka agama untuk memanfaatkan media digital dalam menyebarkan ajaran agama dan kebaikan. Sebab, selain sisi negatif, media digital juga memiliki sisi positif yang besar bila dimanfaatkan dengan baik.

 

“Meskipun begitu dakwah melalui media digital sesungguhnya juga diperlukan pada era saat ini karena dakwah melalui digital jangkauannya lebih luas dan dapat dilakukan kapan dan di mana saja. Yang penting niatnya tetap tulus, ikhlas karena Allah Subhanahu wa ta’ala,” tegasnya.

 

Menutup sambutannya, Wapres berpesan agar penyelenggaraan rangkaian haul ke-39 K. H. Abdul Hamid bin Abdullah bin Umar dapat dilakukan dengan tetap menerapkan protokol kesehatan pencegahan Corona Virus Disease 2019 (Covid-19).

 

“Pada kesempatan yang baik ini saya juga ingin mengingatkan bahwa saat ini kita masih dalam suasana pandemi covid-19. Oleh karena itu, dalam pelaksanaan rangkaian acara haul ini agar tetap menjaga imunitas diri serta menjalankan protokol kesehatan dengan mencuci tangan, memakai masker, dan menjaga jarak,” pungkas Wapres.

 

K.H. Abdul Hamid bin Abdullah bin Umar adalah seorang ulama kelahiran Lasem, Jawa Tengah, pada 22 November 1914. Sosoknya dikenal sebagai seorang yang bersahaja dan tidak pernah menonjolkan diri dalam publikasi dan politik. Kendati demikian, K.H. Abdul Hamid bin Abdullah bin Umar kerap mendakwahkan Islam dengan lembut sehingga sangat dihormati dan disegani oleh masyarakat.

 

Hadir secara virtual pada acara ini Ketua DPD RI La Nyalla Mahmud Mattalitti, Gubernur Jawa Timur Ibu Khofifah Indar Parawansa, Pemuka Agama K. H. Idris Hamid dan para alim ulama serta tokoh masyarakat di Jawa Timur.

 

Sementara Wapres didampingi Kepala Sekretariat Wapres Mohamad Oemar, Staf Khusus Wapres Bambang Widianto dan Masduki Baidlowi. (SM/NN/SK-KIP, Setwapres)

Bagaimana pendapat anda mengenai artikel ini?
1           8           0           1           0