Kementerian Sekretariat Negara (Kemensetneg) melalui Pusat Pengembangan Kompetensi Aparatur Sipil Negara (PPKASN) bekerja sama dengan Kedutaan Besar Singapura di Jakarta kembali menerima rangkaian study visit dari sektor publik Pemerintah Singapura yaitu Pelatihan 31st Senior Management Programme (SMP) pada Rabu (31/7), yang merupakan kegiatan lanjutan dari 8th International Relations Executive Milestone Programme (IREMP) pada Senin (22/7) lalu.
Kegiatan yang diadakan di Aula Serbaguna Gedung 3, Kemensetneg ini diikuti oleh kurang lebih 35 peserta. Program SMP ini merupakan program pengembangan kapasitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang terdiri atas setara pejabat manajerial dari berbagai sektor publik di Singapura, guna meningkatkan pemahaman pelayanan publik serta capaian kinerja.
Kunjungan ini dilaksanakan dalam rangka mempererat hubungan bilateral antara Indonesia dan Singapura, serta meningkatkan people-to-people contact (hubungan interpersonal dalam komunitas internasional), bagi pejabat sektor publik di kedua negara.
Acara dimulai dengan sambutan yang disampaikan oleh Duta Besar Singapura untuk Indonesia Kwok Fook Seng. Dalam sambutannya, Kwok menyampaikan bahwa dalam kegiatan ini, ditemukan permasalahan yang terjadi sebagian besar sama antar kedua negara.
“Dalam acara ini, kami menemukan bahwa masalah yang dihadapi oleh kedua negara itu sama. Harapannya kegiatan ini juga memperkuat ikatan antara kedua negara,” ucap Kwok.
Lebih lanjut, Kwok menyampaikan komitmen dalam mempererat hubungan bilateral kedua negara, “Melalui kegiatan ini, kami berkomitmen untuk memperdalam dan memperkuat usaha-usaha terbaik yang selama ini telah terjalin diantara kedua negara,” ucap Kwok.
Menyambut peserta pelatihan, Menteri Sekretaris Negara Pratikno memperkenalkan peran Kementerian Sekretariat Negara dalam pemerintahan Indonesia kepada para peserta. “Saya mendefinisikan Kementerian Sekretariat Negara ini sebagai air traffic control, dimana kami mengatur traffic (ke Presiden dan Wakil Presiden). Saya percaya ada institusi serupa di Singapura yang mengatur traffic dari dan ke Perdana Menteri dan ke seluruh institusi pemerintahan lainnya,” jelas Pratikno.
Lebih lanjut, Pratikno menjelaskan terkait komplektsitas yang dimiliki Indonesia, namun dapat menjadi bahan pembelajaran bagi para peserta. “Kawan-kawan dari Singapura dapat belajar dari Indonesia terkait dengan kompleksitas yang ada di Indonesia. Sebagai air traffic control, kami tidak hanya mengatur satu bandara, melainkan ribuan. Saya tahu di Singapura seluruhnya merupakan penerbangan internasional, namun kami di Indonesia memiliki begitu banyak penerbangan dalam negeri,” ujar Pratikno memberikan contoh.
“Kompleksitas itulah yang kami harus selalu siap hadapi dan atur, terutama terkait hal-hal yang menyangkut Presiden Republik Indonesia. Kompleksitas yang Saudara tidak hadapi di Singapura. Kombinasi inilah yang akan menciptakan kecanggihan dan kemahiran. Saudara dapat mengaplikasikan inovasi dan gagasan Saudara untuk menghadapi kompleksitas di Indonesia. Dengan begini, Saudara dapat menjadi seseorang yang mahir dalam inovasi dan teknologi,” ujar Pratikno.
Dalam kunjungannya ke Kemensetneg, peserta SMP mendapatkan pemaparan dari Plt. Deputi Bidang Pelayanan Publik Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Abdul Hakim. Abdul menyampaikan paparan terkait Tinjauan Manajemen Talenta Pemerintah Indonesia.
“Menjadi komitmen dari Presiden Bapak Joko Widodo bahwa reformasi birokrasi harus betul-betul memberikan dampak yang nyata,” ujar Abdul. Menurut Abdul, bahwa ukuran keberhasilan reformasi birokrasi itu diukur dari dampak yang dapat diberikan bagi kesejahteraan masyarakat, penanggulangan kemiskinan, dan program-program prioritas nasional.
Pemberian materi dilanjutkan oleh Direktur Kemitraan Bisnis, Divisi Pelayanan Publik Pemerintah Singapura Jackson Koh. Jackson menyampaikan paparan terkait Manajemen Talenta Pada Pelayanan Publik Singapura.
“Kami di sini mencoba menghadirkan struktur koordinasi dan birokrasi untuk mendiskusikan dan membahas tentang strategi dan target untuk dapat diimplementasikan dalam jangka waktu yang lebih lama. Hal ini juga berarti bahwa kami memiliki masalah yang sama antara Indonesia dan Singapura,” ujar Jackson.
Study visit Pelatihan SMP diakhiri dengan sesi diskusi dan tanya jawab. Beberapa peserta pun mengikuti dengan antusias, terlihat dari banyaknya pertanyaan dan pernyataan yang disampaikan sebagai bahan diskusi bersama. (KHA/YLI-Humas Kemensetneg)