Pertengahan bulan Maret 2019, Indonesia memiliki transportasi publik yang akan digunakan masyarakat khususnya masyarakat di Daerah Khusus Ibukota (DKI) Jakarta. Ya, transportasi publik itu ialah Mass Rapid Transit atau Moda Raya Terpadu dan yang lebih dikenal dengan MRT ini akan segera beroperasi. Selasa (8/1), PT MRT Jakarta mengundang sejumlah Pejabat dan Pegawai di lingkungan Kementerian Sekretariat Negara (Kemensetneg) untuk dapat mencoba (trial) MRT Jakarta.
Bertempat di Stasiun MRT Bundaran Hotel Indonesia (HI), Pejabat dan Pegawai Kemensetneg diberikan pengarahan terlebih dahulu oleh pihak MRT Jakarta sebelum mencoba MRT. “Sebelum naik MRT, mohon Bapak Ibu membaca dengan baik tata tertib ketika memasuki MRT dan dimohon semua alat pelindung yang dipakai seperti sepatu, helm, dan rompi dipakai selama berada di kawasan ini,” jelas A. Pratomo, Corporate Communication PT MRT Jakarta.
Sembari menunggu MRT datang, Pejabat dan Pegawai Kemensetneg disambut oleh Direktur Utama PT MRT Jakarta, William Sabandar. Ia mengungkapkan bahwa pengerjaan MRT Jakarta ini sudah 98,1 persen. “Proyek MRT Jakarta total pengerjaannya sudah 98,1 persen dan rencananya pertengahan Maret 2019 ini sudah bisa digunakan oleh masyarakat. Saat ini kita berada di stasiun terakhir MRT Jakarta yaitu Stasiun Bundaran HI. Nanti, Bapak dan Ibu akan dibawa sampai Stasiun Lebak Bulus, yang merupakan stasiun pertama MRT Jakarta,” jelas William.
Tepat pukul 10.10 WIB, MRT Jakarta tiba dan disambut antusias oleh rombongan Pejabat dan Pegawai Kemensetneg. Gerbong MRT Jakarta yang bersih ditambah pendingin udara yang sejuk menambah rasa kagum rombongan. Sekretaris Kemensetneg, Setya Utama yang turut mencoba MRT Jakarta saat itu, terlihat menikmati seraya duduk di dalam .
Selama di perjalanan Tomo menjelaskan bahwa MRT Jakarta melaju dengan kecepatan 50-60 km/jam dan perjalanan dari Stasiun Lebak Bulus sampai Stasiun Bundaran HI membutuhkan waktu kurang lebih sekitar 30 menit. “Satu gerbong MRT Jakarta mampu menampung maksimal 300 penumpang, dan MRT Jakarta melaju di kecepatan 50-60 km/jam dengan waktu tempuh kurang lebih 30 menit,” jelas Pratomo. Terdapat berbagai fasilitas di dalam MRT Jakarta, seperti Interkom Darurat yang dapat digunakan oleh penumpang jika ada kondisi darurat. “Interkom Darurat ini fungsinya menghubungkan penumpang dengan masinis, dan ini terhubung oleh control room MRT, contohnya apabila penumpang perempuan mengalami pelecehan asusila di dalam MRT Jakarta, penumpang dapat menekan tombol interkom ini dan nanti akan terhubung oleh masinis. Setelah masinis menjawab, kemudian masinis akan meminta tim keamanan MRT Jakarta untuk mendatangi penumpang. Seluruh gerbong di MRT Jakarta ini juga diawasi oleh kamera CCTV,” lanjut Pratomo.
MRT Jakarta juga memperhatikan penumpang disabilitas, lansia, ibu hamil, dan juga ibu dengan membawa anak. Terdapat sedikit perbedaan dari segi tempat duduk dan juga wilayah untuk kaum prioritas tersebut. Jumlah gerbong kereta yang saat itu dinaiki oleh rombongan adalah enam gerbong dengan masing-masing berkapasitas 48 kursi, termasuk lima kursi untuk ibu hamil dan lansia.
“Jika melihat hand holder dan tiang yang berwarna kuning, itu tandanya untuk disabilitas dan prioritas, warna tempat duduknya pun berbeda, untuk prioritas tempat duduk berwarna biru tua,” kata Pratomo.
MRT Jakarta juga memberi kemudahan untuk penumpangnya. Terbukti dengan adanya layar Passenger Information Display (PID) untuk menginformasikan penumpang. “PID ini fungsinya untuk menginformasikan penumpang posisi di mana MRT Jakarta ini berada dan nama stasiun berikutnya. Selain itu, jika diperhatikan ada informasi letak elevator atau terdekat dari pintu MRT Jakarta, dan ada informasi tentang suhu ruangan didalam MRT Jakarta,” pungkas Pratomo.
Rombongan Pejabat dan Pegawai Kemensetneg terlihat sangat menikmati trial MRT Jakarta. Hal itu terbukti di sepanjang perjalanan pejabat dan pegawai kerap melakukan swafoto dan mengajukan beberapa pertanyaan kepada pihak MRT Jakarta.
Presiden Apresiasi Proyek MRT Sebagai Wujud Perbaikan Pelayanan Publik di Bidang Transportasi
Presiden Joko Widodo didampingi Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan, dan Dirut PT MRT William Sabandar pada Selasa (6/11), meninjau perkembangan proyek MRT Jakarta di Stasiun MRT Bundaran HI.
Dari Stasiun MRT Bundaran HI, Presiden bersama dengan rombongan menjajal moda transportasi terbaru di Jakarta itu dengan tujuan Depo MRT Lebak Bulu, Jakarta Selatan. "Kita bersama-sama mencoba MRT dari Bundaran HI sampai di Lebak Bulus sepanjang 16 kilometer," jelas Presiden setibanya di Depo MRT Lebak Bulus.
Saat Presiden menjajal MRT Jakarta, proyek ini sudah berada dalam tahap penyelesaian akhir dan diharapkan dapat segera beroperasi untuk melayani masyarakat pada Maret 2019 mendatang. Secara khusus, Kepala Negara juga memuji kualitas dan kenyamanan kereta yang saat itu dinaiki. Ia menyebut suara gerbong yang dinaikinya tidak berisik meski menempuh perjalanan dengan kecepatan 60 kilometer per jam.
Selanjutnya, Kepala Negara berharap agar proyek pembangunan MRT ini akan berlanjut ke tahap kedua yang menghubungkan Bundaran HI hingga Ancol, Jakarta Utara. Selain itu, pemerintah juga mengharapkan agar MRT ini terintegrasi dengan moda transportasi lain yang sudah ada.
"Harus terintegrasi antara MRT, Light Rail Transit (LRT), kereta bandara, Transjakarta, Kopaja, dan angkot. Kalau itu terintegrasi ya pertama akan mengurangi kemacetan, yang kedua mengurangi penggunaan mobil-mobil pribadi di Jabodetabek," kata Presiden.
Presiden juga menegaskan, butuh keberanian untuk melakukan pembangunan moda transportasi massal seperti (MRT) ini. Transportasi massal tersebut menurutnya merupakan masa depan transportasi masyarakat untuk menghindari kemacetan di kota manapun. (Humas Kemensetneg)