Wujudkan Visi Indonesia Hebat, Politik Kebangsaan Harus Dibangun Dalam Bingkai Kerukunan Nasional

 
bagikan berita ke :

Sabtu, 27 Februari 2021
Di baca 1032 kali

Jakarta, wapresri.go.id – Indonesia diberkati memiliki keberagaman yang menjadi suatu khazanah kekayaan budaya sekaligus sebagai pilar utama kekuatan bangsa. Hal ini menjadi keunggulan tersendiri bagi bangsa Indonesia jika dibandingkan dengan bangsa-bangsa lain di dunia. Oleh karena itu, untuk mewujudkan visi Indonesia Hebat, politik kebangsaan dalam ketatanegaraan Indonesia harus dibangun dalam bingkai kerukunan nasional.

 

“Indonesia merupakan negara yang sering dijadikan contoh bagaimana kerukunan nasional itu dibangun dan dikembangkan,” ungkap Wakil Presiden (Wapres) K.H. Ma’ruf Amin saat memberikan Ceramah Umum dengan tema “Politik Kebangsaan dalam Sistem Ketatanegaraan Indonesia Menuju Indonesia Hebat” pada acara Kongres Ikatan Alumni Universitas Kristen Indonesia (IKA UKI) Ke-6 melalui konferensi video di Kediaman Resmi Wapres, Jl. Diponegoro No. 2, Jakarta Pusat, Sabtu (27/02/2021).

 

Dalam kaitan itu, Wapres menyampaikan bahwa penting untuk menjaga kesepakatan nasional yang telah ditetapkan para pendiri bangsa sebagai dasar kebangsaan dan kenegaraan Indonesia yang sering ia sebut sebagai “4 bingkai kerukunan nasional”.

 

“Pertama adalah bingkai politis, yaitu komitmen seluruh bangsa Indonesia dalam implementasi kehidupan masyarakat terhadap Pancasila, UUD 1945, Bhinneka Tunggal Ika, dan NKRI,” paparnya.

 

Kedua, kata Wapres, adalah bingkai yuridis, yaitu kepatuhan terhadap aturan yang ada, untuk menjaga kerukunan nasional dan menghormati hukum karena setiap warga negara memiliki kedudukan yang sama di mata hukum.

 

“Ketiga, bingkai sosiologis, yaitu kearifan nilai-nilai budaya lokal telah turun-temurun manjadi perekat kebersamaan kita seperti budaya gotong royong, dalian natolu (Batak), tepo seliro (Jawa), pela gandong (Ambon), rumabetang (Dayak), dan lain sebagainya, perlu terus kita lestarikan,” lanjutnya.

 

Adapun yang keempat, papar Wapres, adalah bingkai teologis, yaitu pemahaman dan pengajaran keagamaan atau keyakinan yang moderat, santun, sejuk dan merangkul. Bukan ajaran yang saling curiga dan mengarah pada konflik atau bahkan pada penggunaan kekerasan.

 

“Dalam menyampaikan ajarannya setiap agama hendaklah menggunakan narasi-narasi kerukunan, bukan narasi konflik yang dapat menimbulkan perpecahan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara,” ujarnya.

 

Lebih jauh, Wapres mengingatkan bahwa dalam upaya membangun bingkai kerukunan nasional tersebut, segenap anak bangsa Indonesia agar memberikan loyalitas dan nasionalismenya untuk Indonesia, bukan lagi untuk kelompok atau golongan tertentu.

 

“Namun hal ini janganlah disalah-artikan bahwa kita dilarang menghormati dan mengamalkan keyakinan ataupun memajukan tempat asal kita. Nilai-nilai dan keyakinan individu ataupun kelompok tetap dihormati dan dijamin pengamalannya, di dalam koridor kesepakatan dan bingkai persatuan dan kesatuan bangsa,” pesannya.

 

Oleh sebab itu, Wapres meyakini apabila politik kebangsaan dalam sistem kenegaraan yang dijalankan bangsa Indonesia didasarkan pada kesepakatan nasional dan dilaksanakan dalam empat bingkai kerukunan nasional di atas, maka hal ini akan mengantarkan Indonesia menuju Indonesia Hebat.

 

“Karena sejarah perjuangan bangsa kita telah membuktikan bahwa hanya dengan menjaga dan menghormati kesepakatan nasional, kita akan mampu menjaga keutuhan bangsa. Pemerintah dan seluruh elemen bangsa harus bersama-sama bekerja dalam menjaga kerukunan dan keutuhan bangsa,” pungkasnya.

 

Pada kesempatan ini, Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat IKA UKI Saor Siagian mengungkapkan bahwa soliditas internal IKA UKI menjadi kunci untuk mewujudkan tema acara hari ini yaitu “IKA UKI Berkarya Untuk Almamater dan Ibu Pertiwi” dengan subtema “Merajut Kebhinnekaan Bangsa Dengan Semangat Melayani Bukan Dilayani”.

 

“Tema acara itu baru bisa terjadi bila di dalam internal kita bisa solid. Artinya membangun harus mulai inside kemudian outside. Tidak akan bisa kita berkontribusi ke Ibu Pertiwi kalau di dalam rumah tangga kita, almamater kita, kemudian tidak solid,” tegasnya.

 

Di samping itu, Rektor UKI Dhaniswara K. Harjono dalam sambutannya mengatakan bahwa tugas utama UKI adalah menghasilkan alumni unggulan yang berguna bagi bangsa dan negara.

 

“Pada hari ini saya membaca berita bahwa menurut Badan Pusat Statistik, tingkat daripada pengangguran lulusan universitas kali ini meningkat 25 persen. Di sinilah tentunya kita baik UKI sebagai lembaga akademis maupun juga IKA UKI yang mewadahi para alumni, kita harus bergandengan tangan,” pintanya.

 

Selanjutnya, Dhaniswara mengungkapkan bahwa salah satu kelebihan UKI adalah keberadaan alumninya secara kualitas dan kuantitas.

 

“Saya merasa bangga banyak sekali almuni-alumni (UKI) yang bisa berkiprah di berbagai lembaga atau institusi di tanah air ini. Kemarin saya mendengar ada alumni muda kita, S1 dan S2 dari UKI dilantik sebagai Wakil Bupati Minahasa,” Bangganya.

 

Tampak hadir dalam acara ini Anggota Dewan Pertimbangan Presiden Agung Laksono, Pembina Yayasan UKI Teras Narang, Alumni UKI Irman Gusman, segenap Pengurus Yayasan UKI, serta segenap Civitas Akademika dan Alumni UKI. (EP-BPMI Setwapres)

Bagaimana pendapat anda mengenai artikel ini?
0           1           0           0           0