Arsip Kepresidenan dalam Sejarah Perpindahan Ibu Kota Negara

 
bagikan berita ke :

Selasa, 13 Agustus 2024
Di baca 378 kali

Biro Tata Usaha dan Arsip Kepresidenan (TU Arpres), Kementerian Sekretariat Negara menggelar Bincang Santai dengan tema "Pemindahan Ibu Kota Negara dalam Arsip Kepresidenan", Selasa (13/8). Diskusi ini merupakan bagian dari rangkaian kegiatan Pameran Bersama Arsip Kepresidenan “Mari Kemari ke Nusantara!”, yang terbuka bagi masyarakat umum, di Galeri Emiria Soenassa, Taman Ismail Marzuki (TIM), Jakarta.

Juga disiarkan secara hybrid, talk show yang mengundang dua narasumber bertujuan agar publik lebih memahami sejarah pemindahan ibu kota, mengupas tuntas histori dan dinamika di balik pemindahan ibu kota negara dari sisi kearsipan, serta menajamkan materi-materi arsip yang ditampilkan dalam pameran sejak 8 hingga 20 Agustus 2024 mendatang.

Mengawali pemaparannya, sejarawan sekaligus kurator Pameran Bersama Arsip Kepresidenan, Erwien Kusuma menjelaskan bahwa pameran ini memberikan wawasan baru tentang bagaimana arsip kepresidenan menjadi saksi bisu dari peristiwa-peristiwa penting bersejarah. Pada Pameran Bersama Arsip Kepresidenan, Erwien menggunakan ilustrasi pemindahan ibu kota negara atau kerajaan sejak zaman nusantara dahulu.

"Sejak zaman dahulu itu perpindahan pusat kekuasaan/pemerintahan itu sudah biasa dilakukan oleh penguasa atau Raja berdasarkan kepentingan di masanya," kata Erwien.

Erwien melanjutkan penjelasan terkait perpindahan ibu kota, antara lain pada pra-Indonesia saat masih bernama Hindia Belanda di mana Batavia kala itu ingin dipersiapkan sebagai pusat perdagangan, kekuasaan, dan pemerintahan. Pada periode tersebut, muncul usulan perpindahan ibu kota pemerintahan ke Bandung. Erwien menyampaikan alasan usulan pemindahan ibu kota saat itu karena Hindia Belanda mulai terdesak oleh Perang Dunia yang berisiko pada Batavia karena letak Batavia yang merupakan kota paling awal (pinggir) di bagian utara Jawa.

Menyambung pemaparan Erwien, sejarawan Asep Kambali pun mempertegas penjelasakan Erwien dengan menyampaikan fungsi mempelajari arsip dan sejarah. “Supaya cerita tentang kita tidak dianggap dongeng oleh generasi selanjutnya maka kita yang hidup hari ini harus sadar arsip,” ujar Asep.

Asep melanjutkan, “Cerita soal pemindahan ibu kota ini, cerita soal pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN), arsipnya harus betul-betul dikawal supaya nanti cerita tentang pemindahan ibu kota ini tidak dianggap dongeng, ini nyata".

Menanggapi sesi tanya jawab dengan para pengunjung pameran, Erwien dan Asep menjawab salah satu pertanyaan terkait cara meyakinkan generasi emas Indonesia bahwa tahun 2024 merupakan momen yang tepat untuk memindahkan ibu kota dari Jakarta ke Nusantara.

“2024 ini perpindahan kekuasaan kita yang baru. Menjahit antar kebijakan satu Presiden dengan Presiden yang lain itu prinsip yang harus kita sepakati adalah harmonisasi dan regenerasi. Kalau kita berkesinambungan seperti itu, semua akan bisa direncanakan dan dimatangkan, halnya dengan IKN ini. Tentu Presiden tidak langsung menetapkan IKN dalam lima tahun (ke depan) jadi, tetap ada Renstra (Rencana Strategis)-nya. Jadi, silakan datang ke booth IKN, dalam pameran,” jelas Erwin.

Asep menambahkan pula dengan menerangkan bagaimana generasi muda saat ini merespons soal pemindahan IKN. Generasi muda Indonesia masa ini yang masih hidup akan menyaksikan proses pemindahan ibu kota negara dan harus bangga karena bisa menyaksikan.

“Kita adalah saksi dari pemindahan ibu kota itu sendiri. Bagaimanapun yang menentukan arah kebijakan di masa depan adalah palu yang dimiliki pemerintah kita. Anak muda yang saat ini menyaksikan, jangan hanya berpangku tangan, jangan hanya mengutuk kegelapan, mari kita nyalakan lilin! Jadi, anak muda harus ambil peran, silakan jadi anak muda yang aktif,” pungkas Asep.

Bincang Santai atau taks show hari ini diharapkan bisa memberikan manfaat, terutama berkenaan dengan arsip kepresidenan dalam sejarah perpindahan ibu kota negara di Indonesia. (KHA/DEW - Humas Kemensetneg)

Kategori :
Bagaimana pendapat anda mengenai artikel ini?
3           0           0           0           0